Bagian-16

57.2K 3.6K 79
                                    

Typo koreksi bersama😉

Semoga suka!!

____________________





Ia masih ingat kalau tadi malam dirinya masuk ke dalam kamar seorang diri. Ia tak lupa mengunci pintu dan meletakkan kunci kamarnya di dalam wadah kecil yang berada di atas meja tepat di sebelah pintu. Wadah yang terbuat dari tanah liat yang dipelitur dan diberi warna biru muda itu memang biasa dijadikannya tempat menyimpan barang-barang kecil miliknya. Rumahnya, meskipun sekarang tidak dijaga oleh keamanan lagi tapi setahunya merupakan rumah dengan bangunan kokoh dan belum pernah dimasuki maling atau orang yang tak diinginkan. Jadi, betapa terkejutnya ia saat menemukan seorang pria berkulit coklat dan bertelanjang punggung sedang tidur di sampingnya.

Malam masih panjang, seharusnya masih beberapa jam lagi waktu Devika untuk bangun. Tapi ia merasakan sesuatu yang hangat, berkeringat dan keras di dekatnya. Ternyata penyebabnya tepat berada di sebelahnya.

Menyadari keadaan, Devika bangkit, terduduk di ranjangnya. Jantungnya berdentum sangat cepat hingga membuat dadanya sakit. Matanya mengerjap mencerna apa yang tengah terjadi. Siapa orang ini, yang dengan berani tidur di tempat tidurnya?

Pria! Ia menyadari orang itu adalah seorang pria. Orang itu berbahu lebar, lengannya berotot dan rambutnya pendek. Namun Devika tidak bisa melihat wajah pria itu karena kepalanya yang menghadap sisi lain darinya.

Untuk sesaat yang singkat, ia berpikir bahwa dirinya mungkin saja melupakan apa yang terjadi padanya. Bisa saja tadi malam ia lupa dirinya pergi ke suatu tempat hingga berakhir mabuk dan akhirnya sekarang tidur bersama dengan laki-laki asing.

Dengan cepat, Devika mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia menghela napas. Ini memang kamarnya. Dan ia tidak pergi kemana pun tadi malam.

Lalu...siapa pria ini??

Pria itu bergerak sedikit, sehingga selimut yang menutupi punggungnya menjadi turun dan memperlihatkan punggungnya lebih banyak. Devika terkesiap saat melihat tato yang dimiliki pria tersebut.

"Fabian," bibirnya melafalkan sebuah nama. Pikirannya berkecamuk membayangkan situasi saat ini. Kenapa bisa Fabian berada di sini? Apa yang dilakukan pria itu?

Lama Devika terdiam, hanya memandangi Fabian yang tidak menghadap padanya. Kalah dengan hatinya yang bingung dan tak percaya, ia turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Ia mencuci mukanya beberapa kali hingga kesadarannya lebih utuh, ia memandangi wajahnya yang terpantul melalui cermin di depannya. Fabian yang berada di atas tempat tidurnya sedang tidur benar-benar di luar imajinasinya.

"Ya ampun." Devika menggeleng, ia mengerang dalam hati.

Beberapa saat kemudian ia keluar dari kamar mandi. Langkahnya terhenti ketika melihat Fabian yang telah terbangun, pria itu sedang meneliti ponsel Devika yang mati tadi.

"Kenapa ponselmu kau buat seperti ini?" Fabian bertanya tanpa menatap ke arah Devika. Ia tak perlu melihat untuk menyadari keberadaan wanita tersebut, bau tubuh Devika sudah cukup dikenalnya hingga tak mungkin bisa lupa.

Devika tidak menjawab, ia tetap berdiri di tempatnya. Sedikit rasa kesal terhadap Fabian masih menggelayuti hatinya. Pria itu memang selalu memperlakukannya dengan sesukanya. Sesukanya membentak. Sesusakanya menuduh. Sesukanya mendatanginya jika ingin. Tapi Ia tak bisa berbuat apa-apa.

Tidak mendengar suara apa pun dari perempuan itu, Fabian mendongak. Baterai ponsel Devika telah dipasangnya kembali, sekarang menunggu benda pipih itu aktif lagi.

"Kenapa kau bisa ada di kamarku?" tanya Devika dengan datar, mencoba tidak terpengaruh dengan keberadaan pria itu yang membuatnya berdesir di dalam dada. ''Dari mana kau masuk?"

I Feel The Love (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang