Bagian - 14

50.1K 3.8K 132
                                    

Banyak yg protes karena up datenya gk tepat janji,..😭😭
Hehe...😊😊 maaf ya,..

Sekarang udah up date, semoga suka dengan part ini!!

_____________________

"Apa?" Cindy menatap tak percaya pada Devika, bibir perempuan itu mencebik kesal pada apa yang baru saja dikatakan oleh Devika. "Nias? Mau ngapain kamu ke sana?? Tidak, aku tidak mau."

''Please," Devika menyatukan kedua tangannya, memelas dengan tatapannya. "Aku tidak mungkin pergi sendiri."

"Kau kenapa, sih? Ini masih pagi, kesambet kau ya!! Bangun, bangun langsung ingin pergi ke Nias."

"Fabian salah paham, Cindy." Ia menjelaskan apa yang terjadi tadi malam, perkataannya yang menyebabkan Fabian tidak mau mengangkat teleponnya hingga sekarang. "Aku harus menemuinya, menjelaskan kalau sebenarnya dia cuma salah paham."

"Ya kan kau bisa tunggu dia pulang! Tidak mesti menyusul kesana juga."

"Kelamaan," protes Devika nyaris berteriak. "Di sana pasti Fabian mikir macam-macam tentangku. Ayolah, Cin! Temani aku ya."

Cindy menghampiri Devika yang sedang duduk ujung ranjang, ia menghela napas. ''Terus tokoku bagaimana?" tanyanya.

"Suruh karyawanmu yang handle untuk sementara. Tidak lama kok."

"Memangnya tidak bisa dijelaskan lewat telepon, ya?"

Devika menggeleng. "Dia tidak mau mengangkat teleponku."

"Lagian, kau kenapa sampai bisa menyebutkan nama Arga, sih?" Cindy lalu tersenyum nyengir. "Hayo, kau suka ya sama sepupuku aku itu?"

"Apaan sih? Aku cuma menganggap Arga teman, tidak lebih. Tadi malam hanya salah paham karena kesadaranku yang masih setengah-setengah dan Fabian malah berbicara serius."

"Eh, tapi tunggu dulu!" Cindy mengetuk-ngetukan jarinya di dagu, seolah berpikir sesuatu. "Fabian marah karena kau menyebut nama Arga saat dia bicara denganmu?"

"Hhhmm."

"Aha, aku tahu." Cindy berujar girang, matanya penuh kilatan pencerahan. "Dia cemburu." Putusnya kemudian.

"Hah? Mana mungkin." Devika tidak percaya. Sedari awal Fabian sudah mengatakan bahwa takkan ada yang lebih dari hubungan mereka. Semalam itu hanya keegoisan Fabian yang tak mengizinkannya dekat dengan pria mana pun selain dia. Yah, Devika tidak mau menaruh harapannya terlalu tinggi bila hanya untuk dihempaskan ke dasar jurang terdalam.

"Mungkin saja," gumam Cindy. "Kalau tidak buat apa dia marah?"

"Entahlah," Devika merenung. "Kurasa dia memang suka marah-marah, apalagi padaku." Ujarnya pelan.

***

Devika tidak jadi pergi ke Nias, karena Cindy tidak mau menemani. Devika tidak berani pergi seorang diri, maraknya kriminal akhir-akhir ini membuat nyalinya yang memang sudah kecil malah semakin mengkisut. Akhirnya mereka berdua pergi ke toko sepatu Cindy.

Devika: kamu cuma salah paham, itu bukan seperti yang ada dalam pikiranmu.

Devika: Fabian, angkat teleponku ya.

Devika: kamu masih marah.

Devika: Aku bisa jelasin semuanya.

Sudah banyak sekali pesan yang telah Devika kirimkan kepada Fabian. Tapi tak satu pun yang dibalas oleh pria itu, panggilannya pun tak dijawab. Tampaknya Fabian benar-benar marah padanya.

I Feel The Love (Playstore)Where stories live. Discover now