Bagian - 6

60.5K 3.6K 49
                                    

Typo banyak, bantu koreksi ya!! Thank you😙😙












Fabian memarkirkan mobil sport hitamnya di garasi. Sudah larut sekarang, hampir pukul dua belas malam. Fabian terlebih dulu mengantarkan Monica ke apartemen perempuan itu, setelahnya ia baru memutuskan untuk pulang. Bukan ke apartemennya melainkan ke rumah orang tua angkatnya.

Malam ini Fabian cukup sibuk. Dimulai dari makan malam dengan keluarga Ferdyansah, berlanjut dengan bincang-bincang yang sebenarnya membuatnya bosan namun tak punya pilihan lain selain mendengarkan. Dan yang paling membuatnya tidak suka adalah putri keluarga Ferdyansah yang tergila-gila padanya. Fabian melihat jelas hal itu dari bagaimana Monica menatapnya, tersenyum padanya dan nada suara wanita itu saat berbicara padanya.

Menolak ajakan sopan putri partner bisnisnya sangat tidak sopan, apalagi ayah dari gadis itu terlihat antusias dengan kedekatan putrinya dengan Fabian. Fabian tidak mempunyai alasan yang cocok untuk menolak ketika Monica mengajaknya jalan-jalan di taman hotel tempat mereka makan malam.

Di sanalah media menemukan mereka, dalam sekejap Monica dan Fabian menerima rentetan pertanyaan tentang hubungan mereka. Fabian yang sudah terbiasa dengan media, sangat tenang menghadapinya. Dengan penuh pengendalian diri ia menjawab beberapa pertanyaan yang dirasanya pantas untuk dijawab, kemudian bungkam ketika pertanyaan berikutnya perihal hubungannya dengan Monica.

Fabian kerab tampil bersama dengan wanita, hampir setiap saat wanita yang digandengnya berbeda. Fabian tidak pernah mempublikasikan hubungannya, karena memang ia tak pernah punya kekasih. Semua wanita-wanita itu hanyalah teman satu malamnya. Fabian membiarkan media berspekulasi tentang kehidupan asmaranya. Seperti sekarang ini, ia yakin kalau pemberitaan tentang dirinya sudah ada di media. Entah apa yang mereka sebutkan di sana ia tidak peduli. Mungkin saja mereka mengatakan kalau Monica adalah kekasihnya, lebih baik lagi calon istrinya.

Baginya itu tidak masalah. Selama pemberitaan itu tidak mempengaruhi bisnisnya, terserah pada mereka mau memberitakan apa tentang dirinya.

Membuka pintu mobil, Fabian keluar lalu melangkah memasuki kediaman orangtua angkatnya yang akhir-akhir ini sudah jarang ia kunjungi sejak bisnisnya membuatnya sibuk. Kalau tidak karena ibunya yang  memintanya datang, Fabian tidak akan kemari.

Fabian membuka pintu kamar ibu angkatnya dengan pelan, takut membangunkan wanita yang telah membesarkannya itu. Namun ternyata wanita itu belum tidur, ia sedang membaca buku di atas tempat tidur dengan selimut menutupi setengah tubuhnya.

"Kupikir kau tidak akan datang," katanya, saat melihat Fabian di depan pintunya. Ia menutup bukunya kemudian meletakkannya di atas meja di sampingnya. "Masuklah, aku sudah rindu padamu."

Fabian berjalan masuk. "Kenapa Mama belum tidur?" Ia mengambil duduk di samping Ibunya, memperhatikan wajah wanita itu yang kurang sehat. "Sekarang sudah larut, Ma."

"Aku tahu, tapi aku menunggumu. Ada yang ingin kukatakan padamu."

"Apa yang begitu mendesak sampai tidak bisa menunggu sampai besok? Mama bisa masuk rumah sakit lagi kalau tidak menjaga kesehatan seperti ini."

"Aku tahu," wanita itu meletakkan tangannya di atas tangan Fabian, matanya menatap lembut pada pria itu. "Kau sekarang sudah dewasa ternyata! Padahal aku seperti baru kemarin menemukanmu."

Fabian tidak ingin mengingat masa kecilnya yang menyedihkan. Tuhan tahu betapa bersyukurnya ia karena wanita yang dipanggilnya mama ini telah menyelamatkannya. Karena itulah ia bekerja keras untuk mempertahankan perusahaan keluarga Bachtiar setelah ayah angkatnya meninggal karena serangan jantung sepuluh tahun lalu. Ibunya yang sekarang sudah ia anggap sebagai Ibu kandungnya, walaupun tidak ada ikatan darah di antara mereka.

I Feel The Love (Playstore)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora