"wah.. Kayaknya cocok deh ditubuh lo!" ujar Rafael.

"coba lo test dulu dressnya" ujar Rafael lagi.

Rachel pun hanya menurut dan ia berjalan menuju ruang ganti.

Tak menunggu lama, Rachel pun keluar dari ruang ganti dengan menggunakan dress tersebut semua yang ada didekat mereka terpana melihat kecantikan Rachel terutama Rafael.

Dress selutut berwarna cream tanpa lengan dengan corak bunga berwarna hitam tersebut sangat cocok ditubuh Rachel.

" hey! Back to earth Rafael?" ujar Rachel menyadarkan lamunan Rafael.

Seketika Rafael tersadar dan langsung menatap Rachel dengan tatapan yang salting.

"sumpah ini lo?" tanya Rafael.

"nggak ini malaikat pencabut nyawa yang berubah menjadi seorang peri yang sangat cantik" ujar Rachel ngawur.

"iyalah ini gue" ujar Rachel lagi.

"udah yok bayar dulu dressnya udah hampir jam 1 lo kan belum makan siang" ujar Rafael mengalihkan topik.

"wait, ini harganya berapaan ya?" tanya Rachel yang memang dia sedari tadi tidak memperhatikan harga dress tersebut.

Lalu Rafael menuju belakang badan Rachel dan melihat harga yang tertera disana.

"hmm ini kurang lebih 22 juta. Udah yok bayar!" ajak Rafael.

Rachel yang mendengar harga baju tersebut hanya diam diri saja. Ia hanya merenung sekejap. Ia ingat sewaktu almarhum bundanya yang selalu membelikan dress untuknya seharga 20 jutaan keatas untuknya.

"Chel? Lo gapapa?" tanya Rafael lembut.

"gak kok gue gapapa cuman mungkin gue kelelahan aja" ujar Rachel berbohong.

Rafael hanya manggut - manggut tak jelas, lalu mereka berdua menuju kasir untuk pembayaran setelah Rachel mengganti pakaiannya lagi.

"tumben lo beliin gue pakaian. Ada apa gerangan tuan Rafael?" sindir Rachel saat sudah selesai membayar dress tersebut.

"gue mau lo waktu dirapat pake pakaian yang gue beliin buat lo. Oke? Nona Rachel?" tanya Rafael.

"nggak janji!" ujar Rachel datar.

"dih harus janji dong!" ujar Rafael yang tak mau kalah.

"udah ah yok cari makan! Cacing gue udah pada demo massal nih!" ujar Rachel mencari topik lain.

"dih cacing dipelihara jorok lo jadi cewek!" ujar Rafael.

"biarin, apa urusan lo?" ujar Rachel lagi.

"mau makan apa nih?" Tanya Rafael.

"hmmm?? Gue mau. Yang. Itu! Pancake aja!" ujar Rachel semangat melihat pancake coklat, karena Rachel adalah penggemar berat pancake.

"katanya laper? Kok malah makan cake?" tanya Rafael yang heran melihat Rachel.

"bodo amat yang makan gue kok, kan yang rasain gue bukan lo!" ujar Rachel yang langsung berlalu pergi menuju kecafe kecil tersebut meninggalkan Rafael sendiri.

"et... Ceritanya gue ditinggal sendiri gitu?" tanya Rafael kepada dirinya sendiri.

Setelah itu Rafael pun melangkah menyusul Rachel yang sudah duduk manis dan memesan sebuah pancake untuknya sendiri.

"gue gak lo pesenin?" tanya Rafael.

"penting gitu?" tanya Rachel skeptis.

"cishh" desis Rafael antara gemes pengen tabok sama pengen nyosor si Rachel.

Akhirnya Rafael pun ikut memesan sebuah pancake dan juga milk shake.

Setelah menunggu 5 menit akhirnya pesanan yang mereka pesan tadi datang, tanpa babibu lagi Rachel langsung menyantap pancake tersebut.

"lo makan ga bisa pelan napa? Gue ga bakalan ambil pancake lo kok! Jadi bisa dipelanin?" ujar Rafael yang laget melihat tingkah Rachel seperti anak kecil yang dibelikan es krim kesukaan mereka.

"diem lu ah. Makan aja punyaan lo sendiri gausah ngurusin orang lain" ujar Rachel kesel.

Akhirnya mereka pun makan dengan suasana hening.

Setelah 15 menit menghabiskan waktu makan dengan hening akhirnya mereka berdua selesai makan, sampai akhirnya Rachel membuka pembicaraan.

"Raf, berangkat yok? Udah hampir jam 1 daripada gue dimarahin dosen nanti" ajak Rachel.

"emang urusan gue? Yang dimarah kan lo bukan gue" ujar Rafael yang memulai perdebatan.

"gak mulai deh Raf!" ujar Rachel yang udah keselnya kebangetan.

"iya deh iya. Yok kita berangkat sekarang!" ujar Rafael mengalah.

Setelah Rafael membayar makanan yang tadi mereka pesan akhirnya mereka berdua berjalan menuju parkiran.

"oh ya Chel, entar lo pulang jam berapa?" tanya Rafael saat mobil telah berjalan.

"hmm. Jam 7-an. Kenapa?" ujar Rachel.

"oke entar gue jemput ya?" tanya Rafael.

"emang lo kan yang harus jemput? Gue kan kagak bawa mobil dodol!" ujar Rachel yang memang sadari tadi sudah kesal.

"oh iya lupa gue" cengir Rafael.

Rachel hanya menanggapi Rafael dengan memutar bola matanya malas saja.

21 menit kemudian akhirnya mereka sudah sampai dikampus Rachel, saat Rachel turun dari mobil Rafael banyak mahasiswa/i yang memperhatikan karena setahu mereka Rachel tidaklah pernah berdekatan dengan seorang pria bahkan Ryann pun tidak pernah mengantarkan Rachel kekampusnya.

"tuh kan! Gue jadi bahan tontonan disini" ujar Rachel yang tidak jadi keluar dari mobil Rafael saat sadar bahwa ia menjadi bahan perhatian disini.

"udah. Ga usah dihirauin tatapan mereka semua. Lo jalan sendiri apa perlu gue temenin?" tanya Rafael.

"ga mau ah, kalo lo anter nanti makin banyak lagi yang lihatin karena kebetulan gue ini cewek terfamous dikampus" ujar Rachel membanggakan diri.

"dih sombongnya mulai kumat nih!" gidik Rafael.

"lo itu sebenernya masuk fans atau haters gue sih?" kesal Rachel dibuatnya.

"ditengah - tengah aja dah, boleh gak?" tanya Rafael.

"ga boleh! Tau ah mending gue masuk ruang sekarang daripada ngomong sama orang setengah kayak lo!" ujar Rachel frustasi dan langsung membuka pintu mobil dan berjalan cepat melewati lorong depan menuju ruangannya.

Rafael yang melihat itupun langsung ikut membuka pintu mobil dan berteriak berharap Rachel mendengar ucapannya, ia tak peduli banyak orang yang memperhatikannya.

"Rachel!! Entar gue jemput! Lo tunggu aja diparkiran!" teriak Rafael.

"cih.. Cewek dingin itu ternyata bisa ngambek juga?" ucap Rafael dengan suara kecil sambil kembali kedalam mobilnya dan menuju pintu keluar karena ia ada urusan sebentar.






















Segini dulu ya guys!!
Otak lagi mentok, presentasi disekolah belum kelar jadi aku selesaiin satu - satu dulu aja.

Jadi hargain perjuangan aku ya?
Gausah mahal - mahal kok cukup vote/kasi bintang sama comment aja ya? Please?

Besok aku update lagi tata!!

Salam Astrid😂😂
...

Flexible Where stories live. Discover now