"Kenapa? Actingku semakin baik, kan?" sahutnya bangga, dengan cepat memasukkan sesendok penuh ice cream ke dalam mulutnya sekali lagi sebelum Jungkook merebut benda itu kembali. Geraman nikmat keluar dari pita suaranya saat ice cream meleleh melewati kerongkongannya.

Jungkook memutar mata, lantas berjalan menjauh. Meninggalkan Taehyung dan bakat aktingnya yang meningkat sejak terakhir kali ia mendapatkan tawaran film perdananya.

"Heee, Jungkookie marah, ya?" Taehyung berlari kecil, berusaha menyamakan langkahnya dengan pemuda itu. Menarik-narik lengan bajunya; membujuk. Namun sama sekali tidak ada raut penyesalan di wajahnya.

Hal-hal seperti itu tidak terjadi satu atau dua kali. Taehyung tahu bagaimana memanfaatkan kelebihannya, dan pemuda itu selalu melakukannya acap kali menginginkan sesuatu. Memasang raut menyedihkan untuk menarik simpati orang-orang di asrama, dan voila! dengan mudahnya ia membuat semua member bertekuk lutut. Julukan 'penipu ulung' rasanya pantas sekali disematkan untuk Kim Taehyung.

.
.
.

Tapi bodohnya, meski Taehyung kerap kali melakukan tipuan-tipuan kekanakan seperti itu, Jungkook masih saja terus jatuh ke dalam perangkapnya.

"Jungkookie."

"Tidak boleh," sahut Jungkook cepat. Berjalan tiga langkah lebih jauh dari tempat semula. Dengan santai, dan tanpa memerdulikan tatapan memohon dari yang lebih tua, Jungkook menancapkan sedotan pada susu pisang terakhir yang di temukannya di dalam lemari pendingin.

Taehyung melipat bibir, berjalan menghentak-hentak sambil bersidekap. "Dasar pelit! Jeon Jungkook pelit! Aku benci kau! Aku— uh, perutku," makian itu berganti menjadi ringisan kepedihan beberapa saat kemudian. Pemuda itu membungkuk memegangi perutnya, terlihat begitu tersiksa dengan apapun itu yang mengganggu perutnya.

Jungkook mulai panik, namun masih enggan mendekat. Bisa saja ini adalah bagian dari rencananya. "Hyung, kau bercanda, kan?"

Dengan susah payah, Taehyung meraih kursi terdekat. Menariknya perlahan, namun gagal. Tubuh kurusnya mendadak limbung di tengah usahanya menemukan sandaran. Beruntung Jungkook sempat menangkap tubuh itu sebelum benar-benar mendarat di atas ubin.

"Hyung, kau baik-baik saja? Astaga, kumohon jawab aku." Jungkook menuntun Taehyung untuk duduk. Melemparkan pertanyaan yang sama berkali-kali karena Taehyung tidak sekalipun memberikan jawaban.

"Hyung—"

"Aduh, sakit." Taehyung berdiri cepat seraya terkikik geli. Tangannya diangkat tinggi-tinggi, menggenggam susu pisang yang entah sejak kapan berpindah ke tangannya. "Hehe, enak," serunya setelah sedotan pertama berhasil diteguk.

Jungkook tidak bicara, tidak juga menunjukkan raut kesal seperti biasa. Pemuda itu diam sambil menatapnya lurus-lurus.

"Hey, kau marah, ya?" tanyanya mulai takut. "Aku hanya bercanda," lanjutnya tertunduk.

Jungkook masih diam, dan Taehyung semakin gemas. "Ayolah, kita bisa berbagi, oke? Katakan aaa." Pemuda itu kini membuka mulutnya lebar-lebar. Menyodorkan botol susu di tangannya sejajar dengan bibir yang lebih muda.

Netra Taehyung melebar kala Jungkook menepis tangannya kasar. "Candaanmu keterlaluan, hyung. Kau tau betapa khawatirnya aku!?"

"Maaf," jawabnya lirih, yang dibalas helaan nafas berat dari Jungkook.

Setelah hening berkepanjangan, Taehyung kembali menyodorkan botol susu ke hadapan yang termuda. "Um, kau mau?" Dan kali ini, Jungkook menyambut tawarannya. Meski pemuda itu sempat memberikan lirikan peringatan sebelum bergerak maju.

Sekali lagi, Jungkook melupakan kenyataan bahwa Taehyung memiliki segudang kejahilan yang menyebalkan, tanpa memerdulikan waktu dan tempat, bahkan juga situasi. Karena sedetik kemudian, botol itu sudah menghilang dari depan bibirnya.

"Hehe, tidak boleh." Dan kembali berada di antara belah bibir Taehyung.

Jungkook semakin menelan jarak di antara mereka, tidak lagi peduli pada segala gurauan yang Taehyung lontarkan. Seolah dirinya masih mengejar botol susu yang masih Taehyung genggam erat-erat. Tiap satu langkah maju yang Jungkook ambil, berarti satu langkah mundur bagi Taehyung.

"J-Jungkook."

Dan Taehyung berhenti dilangkahnya yang keenam; ketika punggungnya beradu dengan sisi meja makan, membunuh aksesnya untuk melarikan diri.

"Hyung, aku belajar beberapa hal darimu," katanya dengan nada rendah.

Taehyung berkeringat, wajah mereka yang terlampau dekat membuatnya sulit bernafas. "A-Apa?"

Pemuda bersurai cokelat itu menelan salivanya gugup ketika Jungkook menarik sebuah seringai. "Beberapa orang tidak akan berhenti hanya dengan teguran, ada kalanya hukuman dibutuhkan," ujarnya dengan nada amat rendah. Lalu setelahnya, Taehyung tidak bisa mencerna apa yang terjadi.

Saat di mana permukaan bibirnya disapa teramat lembut, dilumat dengan hati-hati, dan cara Jungkook mencecap seluruh partikel mulutnya membuat warasnya menguap tak bersisa. Meninggalkan raganya yang berdiri pasrah, menutup mata khidmat, serta-merta menerima perlakuan Jungkook tanpa perlawanan.

Jungkook yang pertama kali menarik diri, menyisakan Taehyung yang meraup oksigen dengan rakus. "Lebih manis dibanding meminumnya langsung dari botol," komentar Jungkook lugas, membuat Taehyung merona seketika.

Jungkook terkekeh, hanya sebentar, karena setelahnya Taehyung mengalungkan tangannya di sekitar leher Jungkook, lantas memulai ciuman itu sekali lagi. Kali ini keduanya saling membalas, menggerakkan kepala ke kiri dan kekanan bak profesional. Membiarkan lenguhan kenikmatan bergema di dalam dapur. Melupakan fakta bahwa mereka tidak sendiri.

.
.
.

"Jungkook, kau menambah piercing lagi?"

Sahutan Hoseok dari ruang tengah membuat semua mata beralih dari layar televisi menjadi fokus menontonnya.

"Sekalian saja pasang di hidungmu, lalu bibirmu, lidahmu, dan tara~ kau akan terkenal sebagai manusia piercing," komentar Yoongi panjang lebar dengan nada datar, sarat akan satir.

Jungkook menjatuhkan diri di lantai, duduk berselonjor di bawah Taehyung yang bersandar nyaman di atas sofa. "Bukan ditambah, kuganti dengan diameter yang sedikit lebih besar," balas pemuda itu santai, dan memilih untuk tidak ambil pusing saat Taehyung mulai bermain dengan rambutnya.

Seluruh member mengangguk paham, lantas kembali menyaksikan apapun yang ditampilkan oleh layar televisi di hadapan mereka.

"Ini, sih, besar sekali, Kook." Taehyung berbisik di telinganya. Jemari kurusnya bermain dengan logam yang terkait di daun telinga Jungkook. Memasukkan, lalu mengeluarkan jari kelingkingnya berulang-ulang di lubang cincin piercingnya. "Tuh, sampai muat dijariku," lanjutnya polos, membuat Jungkook menggigit pipi bagian dalamnya tanpa sadar. Kenapa hyungnya ini menggemaskan sekali, sih?

Jungkook segera melepaskan benda metal di telinganya cepat, kemudian menangkap pergelangan tangan Taehyung tanpa aba-aba. Dengan hati-hati, mendorong benda itu melewati jari kelingking Taehyung teramat mudah. Dan dalam hitungan detik, piercing itu sudah tersemat sempurna di jemarinya.

"Suka?" bisik Jungkook kemudian.

Taehyung mengangguk kecil dan melanjutkan acara menontonnya yang sempat terusik oleh kehadiran Jungkook.

Karena, tidak satupun dari mereka yang mampu mengabaikan eksistensi satu sama lain.

.
.
.

fin.

YoursWhere stories live. Discover now