Chapter 14 part 1

2.8K 139 3
                                    

Davian lagi-lagi mengetuk pintu kamar Viandri, meski tak ada satu respon pun dari Viandri. Davian terus mengetuk pintu itu sambil memanggil tunangannya dengan nada penuh penyesalan

"Aden, sebaiknya aden pulang dulu. Non sepertinya tidak mau diganggu" saran pembantu di rumah Viandri

Davian mengangguk dan keluar dari rumah Viandri dengan tangan terkepal erat

"I'm sorry, ma baby" gumam Davian

Semua kemarahan Viandri bukan tanpa alasan. Viandri tetap diam tak bergeming dalam kamarnya. Bahkan sempat terlintas niat untuk pergi ke Korea

Flashback

"Kamu dari mana ma boy?" Tanya Viandri saat dirinya bertemu dengan Davian di lobi kantor sang kekasih

"Nggak dari mana-mana. Cuma rapat di luar aja tadi"

"Oh.."

Viandri masih diam menatap Davian. Entah kenapa dia merasa Davian menyembunyikan sesuatu darinya. Viandri menggelengkan kepalanya berusaha menyingkirkan pikiran negatif dari otaknya

"Ma boy" gumam Viandri pelan. Hampir seminggu Davian tidak menghubunginya. Andai kata Viandri menelponnya maka, Davian akan mengatakan dia sedang sibuk dan langsung menutup teleponnya

"Sesibuk itu kah?" Tanya Viandri pada foto Davian di ponselnya

Hari ini Viandri berencana membawakan makan siang bagi kekasihnya. Dia datang sendiri ke kantor Davian dengan senyum mengembang di bibirnya

"I love you so much Davian. I couldn't help it you know?"

Viandri mengernyit heran. Suara wanita yang sangat manja terdengar di telinga Viandri. Rasa penasaran menarik Viandri mendekat ke ruangan Davian

Gasp!

Viandri tersentak kaget. Napasnya tercekat di tenggorokannya. Bahkan rasanya saat itu dia berhenti bernapas, tidak ada yang Viandri rasakan selain rasa panas di matanya dan pandangannya yang mulai mengabur. Viandri menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya. Secepat kilat dia berbalik dan menjauh dari ruangan itu. Keesokan harinya Viandri mengirimkan sebuah paket melalui Rudi ke tempat Davian. Dan sejak saat itu Viandri tidak pernah lagi pergi keluar dari rumahnya

Flashback off

Lagi, butiran bening itu meluncur di pipi Viandri. Viandri kembali terisak. Dia duduk di sudut kamarnya dan menekuk kedua lututnya, menyembunyikan wajahnya di lututnya

"Sakit sekali..." Lirih Viandri sambil meremat bagian depan kausnya

Sementara di tempat lain Davian tengah melampiaskan kekesalannya pada seluruh perabot di kamarnya. Sofia dan suaminya menatap bingung putra mereka. Sejak sepuluh hari yang lalu, Davian menjadi aneh dan suka membanting seluruh barang di kamarnya. Ketika ditanya ada apa, Davian selalu tersenyum dan bilang tidak ada apa-apa

Selain itu, calon menantu merek juga tidak kunjung datang ke rumah mereka membuat Sofia dan Robert semakin yakin ada yang tidak beres diantara Viandri dan Davian. Sofia memanggil Rudi dan menyuruh Rudi menemui mereka di ruang kerja Robert

"Ada apa nyonya memanggil saya?" Tanya Rudi

"Ada apa antara Davian dengan Viandri?" Tanya Sofia langsung

"Setahu saya, nona Viandri terakhir kali mengunjungi tuan muda sekitar sebelas hari yang lalu. Beliau tidak ingin diantar ke kantor tuan, tapi, beliau tidak kunjung kembali ke kantornya. Keesokan harinya, beliau menyuruh saya kembali kesini dan jangan datang lagi ke rumahnya. Beliau juga menitipkan sebuah kotak ukuran sedang untuk tuan muda pada saya"

"Apa kamu tahu apa yang terjadi diantara mereka?"

"Seingat saya, tuan muda meminta Adlen dan tuan Andrean menemuinya setelah beliau menerima kotak yang dititipkan nona Viandri. Mungkin Adlen atau tuan Andrean lebih tahu permasalahannya nyonya"

"Baiklah. Kamu boleh pergi"

"Saya permisi nyonya"

Rudi segera keluar dari ruangan itu. Sofia segera menghubungi Andrean dan menyuruh Andrean ke rumahnya saat itu juga. Dari mulut Andrean meluncurlah cerita yang cukup membuat Sofia dan Robert terkejut

"Dasar Jal**g! Akan aku beri dia pelajaran! Berani benar dia melakukan hal seperti itu!!" Geram Sofia

"Pa, aku pinjam anak buahmu! Pokoknya masalah ini biar aku yang urus!"

"Tapi, ma. Bukankah lebih baik kalau mereka menyelesaikannya sendiri?"

"Mereka akan selesaikan sendiri. Mommy hanya mau mengurus ular itu saja!"

Robert hanya mengangguk pasrah

Karena Itu KamuWhere stories live. Discover now