10 Part 5

2.7K 142 0
                                    

Viandri duduk di kursi balkon sambil menatap kosong pemandangan di depannya. Suara derit pintu membuat Viandri menoleh

"Kaget?"

Viandri menggeleng. Dia baru tahu kalau balkon miliknya dan Davian menjadi satu. Davian berjongkok di depan Viandri, tangannya menarik pergelangan tangan kiri Viandri lembut. Davian mengobati luka di jemari Viandri

"Ma boy"

"Hm? Ada apa?"

"Boleh kita jalan-jalan habis ini?"

"Boleh. Kamu mau kemana?"

"Entahlah. Hanya ingin jalan-jalan saja"

Davian mengangguk singkat. Dia menyelesaikan kegiatan mengobati luka Viandri dan berdiri. Tangannya memegang handuk yang sejak tadi bertengger di kepala Viandri. Davian menggerakan tangannya mengacak rambut Viandri dari atas handuk

"Kalau keringin rambut yang benar Baby. Nanti kamu sakit"

Viandri hanya mengangguk

"Sudah selesai. Aku ganti baju dulu. Kamu pakai jaket saja. Nanti kita jalan-jalan sekalian cari sarapan"

Viandri kembali mengangguk. Viandri keluar dengan memakai sebuah sweater, Viandri sengaja membawa syal miliknya. Dia dan Davian kini tengah berjalan di jalan setapak menuju ke perkampungan terdekat

"Ma boy"

"Hm? Ada apa?"

"Tidak. Tidak ada apa-apa" Viandri menggelayut manja di lengan Davian dan Davian sendiri juga tidak keberatan

Davian mengajak Viandri berbelanja di pasar untuk makan pagi mereka berdua. Viandri memilih makan sate kelinci di warung sate yang mereka jumpai

"Yakin mau makan sate? Ini masih pagi loh, baby"

Viandri mengangguk yakin. Sangat yakin. Davian tersenyum dan memesankan seporsi sate untuk Viandri. Davian mendengarkan cerita yang meluncur mulus dari bibir Viandri. Sesekali Davian tersenyum menanggapi perkataan Viandri

"Mau pulang?" Tawar Davian setelah Viandri selesai makan

"Boleh. Ayo pulang!" Viandri menarik tangan Davian

....

"Kalian darimana?" Tanya Andre dengan wajah kesal

"Habis cari makanan" Davian mengangkat kantung di tangannya

"Kalian sudah kembali?" Tanya Clarissa yang baru saja turun dari lantai atas

"Sudah kak. Ini kami belikan sarapan untuk kalian" ujar Viandri

"Terima kasih"

Viandri tersenyum. Dia menatap ke arah Davian yang kini sedang berada di dapur sambil memegang gelas

"Aku ke atas dulu ya" pamit Viandri

Viandri terduduk lesu di atas ranjang. Kepalanya terasa berdenyut sejak tadi, mungkin efek keramas di pagi hari dengan air dingin membuat kepalanya sakit seperti sekarang. Viandri memijat dahi dan pelipisnya pelan, dia memilih merebahkan badannya di ranjang dan menutup matanya

"Viandri mana?"

"Ke atas katanya Dav"

"Oh ya sudah. Gue ke kebun dulu. Mau minta bi surti ambilkan buah stroberi disana"

"Yang banyak Dav mintanya"

"Hn."

Davian keluar dari vila dan berjalan ke arah kebun milik keluarganya yang sengaja ditanami pohon buah. Buah-buahan di kebun itu tentu saja boleh dijual olh pembantu dan penjaga Vila keluarga Ratmadiatmaja. Davian membantu bi Surti dan yang lain untuk memetik stroberi dan baru kembali ke vila jam empat sore

"Viandri masih di kamar?"

"Iya. Dari tadi dia belum turun. Dia gak makan siang juga Dav"

Clarissa menatap ke arah tangga dengan tatapan khawatir. Davian meletakan keranjang berisi stroberi di atas meja dapur

"Gue ke atas dulu"

Clarissa mengangguk. Selepas Davian pergi Clarissa menemani suaminya menonton acara TV di ruang tamu

Tok tok tok

"Baby" panggil Davian

"Ma baby..."

Tak ada jawaban membuat Davian sedikit cemas terlebih pintu kamar dalam keadaan terkunci. Davian bergegas masuk ke kamarnya dan menuju ke balkon. Dia melihat pintu yang membatasi balkon dengan kamar Viandri sedikit terbuka. Davian membuka pintu itu dan masuk ke dalam kamar kekasihnya

"Baby"

"Baby?"

Davian duduk di sisi lain ranjang Viandri. Viandri kini tengah berbaring membelakanginya. Tangan Davian terulur mengguncangkan pelan bahu Viandri

"Ma baby, ayo bangun ini sudah sore"

"Nggh.." Viandri melenguh dan membalikan badannya

Kening Davian berkerut saat melihat wajah Viandri agak bersemu merah dengan keringat mengucur di wajah cantik Viandri

"Baby?"

Davian mengulurkan tangannya dan meletakan telapak tangannya di dahi Viandri. Panas. Suhu dahi Viandri terasa sangat panas di telapak tangan Davian

"Baby!"

Davian segera membuka pintu kamar Viandri dan meminta bi Surti membawakannya sebaskom air hangat ke kamar Viandri

"Baby, ayo bangun!" Panggil Davian

Karena Itu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang