4 Part 4

3.2K 173 7
                                    

Sekitar pukul empat sore bunda Viandri pulang. Melihat keberadaan Davian di rumahnya membuat sang bunda terkejut. Sang bunda menghampiri Viandri di kamarnya

"Via, bangun!" Desis sang bunda

Kedua mata Viandri yang semula tertutup berkedut saat telinganya mendengar namanya dipanggil. Viandri membuka matanya dan terlonjak kaget. Dia segera bangkit dari posisinya dan duduk dengan tegak di atas ranjangnya

"Apa-apaan kamu?! Kenapa ada Davian disini sedangkan kamu ada di kamar?! Kamu mulai bertingkah ya?! Mau jadi perempuan gak bener kamu!?!" Bentak sang bunda

"Bun, aku gak tau kalau-"

"Gak tahu apa?! Emang kamu kira Davian bisa masuk sendiri ke sini?!"

"Ta-tapi bun..."

"Cukup! Kamu memang selalu buat bunda malu! Gak bisa apa kamu sekali-sekali buat bunda bangga! Nyesel bunda besarin kamu, tahu gitu bunda biarkan saja kamu mati sejak kecil!!!"

Viandri tersentak. Hatinya sakit. Bahkan, rasa sakit di kepalanya kalah oleh rasa sakit di hatinya. Bagaimana bisa sang bunda menyumpahinya seperti itu? Sedangkan suara sang bunda yang lumayan kencang itu juga terdengar oleh Davian dan membuat Davian terkejut

'Ternyata benar perlakuan tante ke Viandri beda dengan perlakuannya ke Violla' pikir Davian

Bunda Viandri meninggalkan Viandri di kamar dan beranjak ke ruang tamu. Menemui Davian. Dengan senyum di wajahnya kini sang bunda menghampiri Davian

"Davian, maaf ya. Tante baru pulang. Davian sudah lama disini?"

"Nggak kok tante. Baru sekitar sejam yang lalu. Maaf ya tan, tadi Davian panjat pager. Habisnya, waktu tadi saya ketuk pintu Viandri gak jawab. Saya takut Viandri kenapa-kenapa"

Davian sengaja memberi penjelasan. Davian merasa bersalah melihat Viandri disalahkan dan dimaki oleh bundanya sendiri. Davian dapat melihat wajah wanita di depannya sedikit terkejut

"Oh, iya Davian, tante juga mau mengucapkan terimakasih sudah menjaga Via meski, kamu batal jadi menantu tante"

"Nggak usah berterima kasih tante. Oh, iya mumpung tante ada di rumah. Saya mau minta izin ke tante"

"Minta izin?"

"Iya saya minta izin untuk menjadikan Viandri kekasih saya"

Bunda Viandri terlonjak. Dia sedikit banyak tahu seberapa keras kepalanya Davian. Meski anak itu sangat sopan, tapi, segala keinginannya haruslah terpenuhi

"Kalau masalah itu sih tante gak larang, selama Davian bisa menjaga Via. Selain itu apa mama kamu setuju?"

"Nanti Davian akan bilang ke mommy. Davian yakin mommy akan setuju"

Bunda Viandri hanya mengangguk. Karna hari mulai malam Davian memutuskan untuk pulang. Davian berjanji untuk menjenguk Viandri besok. Berkat penjelasan Davian, Viandri lolos dari amukan sang bunda, meski sang bunda masih memandang kesal dirinya

"Hhh..." Viandri menghela nafas kesal. Ya, kesal. Kesal pada dirinya sendiri bukan pada bundanya ataupun Davian

Dia kesal pada dirinya karna dia selalu tidak bisa melepaskan diri dari bayang-bayang sang kakak. Dia juga kesal karna dia tidak pernah bisa mengingat tentang masa kecil dan tentang ayahnya. Dia juga kesal karna dia tak pernah tahu penyebab sang bunda membencinya

Viandri memutuskan untuk menutup pintu kamarnya dan mengunci pintu tersebut. Dia tak peduli jika sang bunda akan menemuinya. Karna Viandri yakin seyakin-yakinnya sang bunda tak akan pernah menemuinya untuk sekedar mengobrol

"Sakit, bunda. Sangat sakit" lirih Viandri di balik selimutnya

Seminggu setelah kejadian itu, Viandri masih saja tetap diam. Tak terbesit sedikit niat pun untuk berbicara pada Davian

Meski Davian tetap mengantar dan menjemput Viandri, rasa kesal dan kecewa Viandri masih melekat kuat di hatinya. Davian sendiri bukannya tidak mengetahui kemarahan Viandri, dia tahu dan berusaha meminta maaf pada Viandri

"Vi, udah dong marahnya. Jangan marah lagi" bujuk Davian

"Makasih udah anterin aku ke kampus" ujar Viandri singkat tanpa merespon ucapan Davian

Viandri melangkah masuk ke dalam kampusnya dan masuk ke kelasnya dan duduk di kursi paling belakang

Karena Itu KamuWhere stories live. Discover now