"Vi, kamu mau pulang?" Satu pertanyaan yang mampu merobohkan Viandri dalam sekejap
Viandri tidak membalas apapun, dia memilih melewati sosok di depannya. Viandri menganggap orang itu tidak ada disana. Sebuah tangan menangkap lengan Viandri
"Mau sampai kapan kamu mendiamkan kakak? Kakak rindu sama kamu Vi" ujar orang itu yang tak lain adalah Violla
"Sayangnya gue gak rindu sama lo" ujar Viandri sambil menepis tangan itu
"Vi, maafin kakak. Kakak gak tau kalau pria yang kamu maksud adalah Souichiro. Maafkan kakak Vi" pinta sang kakak
"Gue udah maafin lo kok. Lagi pula bukan Sou yang jadi masalahnya sekarang"
"Vi"
"Lepas! Gue mau pulang"
Viandri menghempaskan tangan itu dengan keras, cukup keras hingga Violla terhuyung ke belakang
"Viandri!!!" Bentak Davian
Viandri melihat ke arah Davian, saat pria itu membantu sang kakak dan membentaknya
"Gue balik. Permisi" Viandri buru-buru masuk ke dalam Lift
Jebol pertahanan Viandri, setetes airmata jatuh saat Viandri melihat Davian membantu kakaknya dan membentaknya. Viandri buru-buru menghapus arimata itu dengan kasar dan segera meninggalkan gedung kantor itu
"TPU joglo pak" ujar Viandri pada supir taksi yang ia temui di jalan
....
"Ayah..." Tangis Viandri
Viandri kini berada di makam sang ayah. Mengadu pada ayahnya, berkeluh kesah sambil menangis
"Ayah, Via harus apa?" Tanya Viandri
"Via harus apa agar dia melihat Via?"
"Ayah, jawab..."
"Ayah sudah di surga, tanyakan pada Tuhan kenapa semua orang hanya memandang kak Vio saja? Dulu bunda, lalu Souichiro, dan bahkan Davian juga orang tuanya. Apa salah Via sampai mereka tak pernah melihat Via?!" Jerit Viandri
"Ayah..." Air mata Viandri tak berhenti
Langit menangis, hujan turun dengan deras secara tiba-tiba. Viandri tetap di tempatnya dan tidak bergerak sedikitpun. Dia tetap menangis di samping makam sang ayah. Viandri kesal dan sedih di saat yang bersamaan
"Ayah, bantu Viandri! Apa ayah juga lebih memilih kak Vio?!"
"Kenapa Viandri gak bisa inget tentang ayah? Tentang masa kecil Viandri?!"
"Ayah... Viandri cape. Viandri terlalu lelah dengan semuanya" lirih Viandri
Berada di bawah guyuran hujan selama hampir dua jam, dan selama itu juga Viandri menangis. Kini Viandri yakin matanya sembab. Viandri tetap belum ingin beranjak. Dia masih ingin di tempat itu, mengadu pada ayahnya
Pukul enam sore Viandri baru pulang dengan tubuh basah kuyup. Bunda Viandri sedang ke rumah sang kakak. Viandri sendirian lagi di rumahnya. Dia mengguyur badannya dengan air dingin dan segera mengerjakan tugas-tugas miliknya yang sebenarnya tidak terlalu banyak
"Lo masih memilih dia, bahkan di depan gue. Gue harus apa agar lo melihat gue?" Lirih Viandri saat menatap wallpaper ponselnya
Viandri kembali menangis. Kali ini dia menangis dalam diam. Ia menelungkupkan kepalanya di meja belajarnya. Menangis hingga dia tertidur akibat kelelahan
.......
Tak ada sms, tak ada telefon. Sang bunda juga tidak kunjung pulang dari rumah Violla. Viandri berangkat ke kampusnya dengan lesu. Dia memesan ojek online yang sedang trend saat ini
"Pagi Vi" sapa Nisa saat melihat Viandri datang
Seperti biasa Viandri duduk di meja yang sama dengan Nisa. Tak lama kedua teman Viandri yang lain ikut datang, Aisah dan Putri. Viandri duduk dan menelungkupkan kepalanya di meja
"Viandri sehat?" Tanya Aisah
Viandri diam saja untuk beberapa saat
"Baik Aisah... Cuma agak ngantuk" jawab Viandri dengan senyum manis
Viandri mengikuti semua pelajaran. Sesekali ia melirik ponselnya, namun dia tidak mendapati satu pesan pun dari Davian
"Vi kantin dulu mau???" Tawar Nisa
"Boleh, gue mau makan. Aisah sama Putri ikut yuk"
"Oke"
"Ikut" Aisah dan Putri menjawab bersamaan
Viandri berdiri dari kursinya dan seketika ia merasakan dunia berputar. Dia hampir jatuh namun Nisa menahannya
"Lo kenapa? Sakit?" Tanya Nisa
"Gak Nis, gue sehat. Agak pusing aja" Viandri mengelak
Mereka duduk di kantin dan mulai memesan makanan, Viandri memesan bubur, sedangkan teman-teman yang lain memesan siomay. Bisik-bisik teman Viandri tentang sosok Davian mulai terdengar di telinga Viandri
"Oh iya Vi, lo kan janji mau cerita ke gue" todong Nisa
"Hm? Oh... Yang kemaren. Ya intinya dia pacar gue" ketiga orang di depannya terkejut bukan main
"Lengkapnya?"
"Nanti gue kasih tau di WA"
"Oh, ok"
Viandri pulang dan ponselnya di boyong dengan pertanyaan Nisa. Viandri menjawab pertanyaan itu dengan jujur sejujur-jujurnya
"He's my boyfriend but, not mine"
"Maksud u apa Vi?"
"Nisa, his heart already taken, not by me. But, by somebody else"
"What? So why he wants to become your bf?"
"Coz, my face look like her"
"Maksud u, dy naksir kk u???"
"Hn..."
"Owh... Btw, dy kok g jemput?"
"G tw. Gy ngurusin kk w kli. Kmrn w ktemu dy n dy sdikit cekcok sama w. Nah dibelain sm my Bf"
"Wew... Riweh bet"
"Anyway, w ngntuk mw bocan dl. Bsk w g msk dh kyknya. W g enk bdn"
"Y dh ntr w izinin ke dosen"
"Oke then. Thks vry much"
"Iy. C u"
"C u"
Viandri meletakan ponselnya dan memejamkan matanya. Kepalanya sedikit berdenyut-denyut. Sakit rasanya. Viandri merebahkan dirinya di ranjangnya, dia juga sudah memastikan semua lampu menyala. Viandri pergi tidur tanpa makan atau minum obat
YOU ARE READING
Karena Itu Kamu
Teen FictionCinta itu buta... Karna suatu kejadian konyol, dua insan yang berbeda kepribadian ini saling bertemu. Awal perkenalan yang aneh, menjadikan hubungan mereka aneh juga apa sih hubungan mereka sebenarnya? Dan lagi, Akankah mereka bertahan dengan hubung...