Chapter 8 Part 1

3.1K 172 0
                                    

Viandri kini berdiri di depan pintu utama rumah Davian. Rumah yang cukup besar menurut Viandri. Viandri merasakan tangannya digandeng dengan lembut oleh Davian

"Ayo masuk" ajak Davian

Viandri mengangguk dan ikut di belakang Davian

"Selamat datang den" sapa seorang wanita paruh baya

"Mommy mana bi?" Ujar Davian tanpa menjawab salam si bibi

Pletakk

"Aw... Sakit Vi"

"Makanya kalau orang tua kasih salam tuh dijawab kakak"

Sang bibi takjub melihat ada orang yang berani menggeplak kepala tuan mudanya yang terkenal galak

"Malam bi, mommy dimana ya?"

"Eh... I-itu nyonya ada di ruang tamu den"

Davian hendak beranjak dan tangannya ditarik oleh Viandri

"Apa lagi sayang?"

"Bilang apa?"

"Terima kasih bi"

Viandri tersenyum sedangkan sang bibi hanya bisa senyum sambil mengangguk kikuk

"Viandri..." Ujar Sofia

"Malam tante" sapa Viandri

"Ayo sini tante kenalkan dengan tantenya Davian"

Sofia langsung menarik Viandri menjauh dari Davian

"Re, lihat nih, ini yang mau aku perkenalkan pada kamu" ujar Sofia

"Malam tante. Saya Viandri"

Viandri mengulurkan tangannya namun tak ada tanda-tanda uluran tangan itu akan dibalas oleh orang di hadapannya

"Re, kok malah bengong sih? Ayo kenalin"

"Eh, oh iya. Renata Sartika Ratmadiatmaja"

Viandri merasa bingung sendiri. Renata dan suaminya atau orang yang dianggap Viandri sebagai suaminya menatap Viandri tanpa berkedip

"Tante..." Bisik Viandri

"Iya sayang ada apa?"

"Boleh Viandri ke tempat kakak?"

"Kakak?"

"Kak Davian maksud Viandri"

"Oh... Boleh-boleh"

"Saya permisi"

Viandri langsung segera kabur dari tempat itu. Dia segera berdiri di dekat Davian

"Hey, kamu sudahan kenalannya?" Tanya Davian

Viandri hanya diam saja. Davian merasa khawatir, akhirnya dia memberi kode pada Andre dan segera membawa Viandri ke taman rumahnya

"Ada apa?"

Viandri menggeleng

"Mommy menjelekan kamu?"

Viandri menggeleng lagi

"Lalu kenapa sayang?"

"Kakak..."

"Hm?"

"Apa aku kelihatan aneh hari ini?"

"Maksudku, apa pakaian dan riasanku aneh hari ini?" Ralat Viandri saat mata Davian menatapnya penuh kebingungan

"Tidak"

"Yang benar?"

"Benar"

"Lalu kenapa mereka melihatku tanpa berkedip kak?"

Davian tercengang dan tersenyum setelahnya. Dia menarik Viandri ke pelukannya

"Itu karna kamu kelihatan cantik hari ini Vi"

"Kakak bohong"

"Untuk apa aku bohong? Apa untungnya buatku?"

"Kakak serius? Bukan karna aku aneh?"

"Serius sayang. Mereka begitu karna kamu sangat cantik hari ini"

Viandri tersenyum simpul. Setidaknya dia tidak memberikan kesan buruk bagi ayahnya dan keluarganya

"Kakak, mumpung kita disini, ada yang mau aku bicarakan"

"Ada apa?"

"Siapa kak Adlen itu?"

"Dia-"

"Lalu, kenapa mereka, maksudku kak Adlen dan teman-temannya mengikuti dan mengawasiku terus?"

Davian terkejut, dia tidak menyangka Viandri akan menyadarinya. Seingatnya Adlen sangat hebat bersembunyi dan mengintai

"Lalu..."

Davian menarik nafasnya dan menahan nafas itu. Dia takut Viandri akan marah dan merasa tidak nyaman

"Terima kasih, sudah mengirim mereka untuk menjaga aku" ujar Viandri dengan tulus

Davian menghembuskan nafasnya. Dia melepaskan pelukan mereka dan menatap mata coklat Viandri

"Kamu tidak marah?"

"Marah sih awalnya. Tapi, sudah tidak sekarang"

"Bagaimana bisa?"

"Kak Andre sudah memberitahu alasannya padaku tadi"

"Hah?"

"Kak Andre bilang, kakak melakukan itu untuk melindungi aku dari musuh dan saingan bisnis kakak"

Davian terdiam

"Kak Andre juga bilang kalau kecelakaan yang aku alami waktu itu karna ulah saingan bisnis kakak"

"Vi, maaf"

"Kenapa minta maaf?"

"Kamu jadi dalam bahaya karna aku"

"Tapi Viandri gak merasa dalam bahaya kok. Viandri percaya kakak akan lindungi Viandri"

"Vi..."

Davian menatap mata kekasihnya dengan sangat lekat dan Viandri hanya tersenyum manis padanya. Bahkan hanya polesan pelembab dan bedak saja sudah membuat Viandri sangat cantik. Mata khas Asia namun memiliki lepitan mata dengan kulit putih tanpa noda apapun, hidung mancung keturunan sang bunda, bulu mata yang lentik dan juga bibir tipis yang mungil, terbingkai indah dengan garis wajah yang lancip dan mungil menambah kesan imut dan cantik di wajah Viandri

"Terima kasih Vi..." Ujar Davian lagi

Davian memeluk Viandri dan mencium kening Viandri cukup lama. Davian melepaskan pelukannya dan mengajak Viandri duduk di kursi taman

"Sayang"

"Hm? Kenapa kak?"

"Boleh minta sesuatu?"

"Apa? Jangan yang aneh-aneh!"

"Gak kok gak aneh. Aku cuma minta kamu berhenti panggil aku kakak"

"Memangnya kenapa?"

"Kalau kamu panggil aku kakak, semua orang akan mengira aku ini kakak kamu dan kamu adik aku"

Viandri terkekeh

"Lalu, aku harus panggil kakak apa?"

"Apa kek. Panggil nama seperti dulu juga boleh"

Viandri menggeleng

"Itu kan dulu"

"Ya sudah panggil apa kek gitu jangan kakak"

"Jangan kakak? Bagaimana kalau om?"

Dahi Davian berkedut tanda dia kesal sedangkan Viandri sudah lari entah kemana

"Awas kamu ya! Ayo sini!"

"Gak mau... Bwe.." Viandri menjulurkan lidahnya

Davian berlari mengejar kekasihnya itu dan tanpa mereka sadari mereka kini telah menjadi bahan tontonan keluarga Ratmadiatmaja

"Gotcha" ujar Davian saat dia berhasil menarik Viandri

"Ampun kakak...hahaha... Sudah..." Viandri masih tertawa meski dia mulai lelah berlari

Karena Itu KamuUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum