His Temptress | 57

Start from the beginning
                                    

Kali ini Cassius mengangkat alisnya tinggi-tinggi karena ia mengerti apa arti tatapan Ewan kepadanya. Ia mendengus sambil tertawa, "Dasar Sialan, tidak perlu memperlihatkan sikap posesif-mu itu dihadapanku, Wellington." Ia bersidekap dan menunjuk keruangan lain dengan dagu-nya. "We need talk privately, Wellington."

"Harusnya daritadi kau mengatakannya, Pettroff. Tidak perlu membuatku marah."

"Jadi kau marah?" goda Cassius dengan senyum miring khas seorang Pettroff. "Kali ini aku berhasil membuatmu marah?"

"Tidak."

"Baiklah, lain kali aku akan berusaha menggoda wanitamu untuk menghangatkan tempat tidurku kalau begitu," jawab Cassius seenaknya walaupun ia tidak akan pernah melakukan hal itu. "Next time, kau harus memberikanku akses menuju ruangan pribadimu, Kitten."

Pistol yang masih ada di tangan kanan Ewan terangkat kembali dan terancung kearah Cassius. Dengan tenang dan aura dominan, Ewan berkata, "Berani melakukannya, aku akan membuat kejantananmu tidak akan pernah berfungsi kembali, Pettroff." Ewan mengangkat alisnya tinggi-tinggi seolah membalas Cassius, "Ngomong-ngomong, ruangan pribadi-nya berada di ruangan pribadi-ku. Berani untuk masuk?"

"Tidak. Sepertinya aku masih menyayangi selangkangan dan masa depan Cassius Junior," jawab Cassius sambil mendengus kasar. Perlahan Cassius mendekat kearah Ewan, memukul bahu pria itu dan berkata, "Aku akan menunggumu di ruangan, Wellington."

Ketika Cassius berjalan melewati tubuh Ewan yang masih memeluk tubuh Lidya, Cassius tersenyum kearah wanita itu. "Aku sedikit kasihan padamu, karena terlibat dengan pria paling berengsek di dunia, Kitten. Seharusnya kau memilihku dibanding dia."

Cassius mengucapkannya bercanda dan Lidya mengetahui hal ituu, karena saat pria itu berjalan melewatinya, Lidya melihat kedipan mata dari pria itu.

Setelah Cassius masuk ke salah satu ruangan di tempat makan ini dan meninggalkan mereka, Lidya berbalik untuk menatap Ewan. Ia masih sedikit takut karena nada yang digunakan oleh Ewan terdengar mengerikan. Ia menoleh kearah tangan Ewan, menatap pistol yang ada ditangan pria itu dan bertanya pelan. "Kau... selalu membawanya?"

Tatapan Ewan terarah pada tangan kanannya. Ia tahu apa yang dimaksud oleh Lidya, wajah kakunya perlahan berubah menjadi santai. Ia memasukkan kembali pistol tersebut di belakang punggungnya, lalu menarik tubuh wanita itu masuk kedalam pelukannya."Tidak semua pria tampan itu pintar, Agapi Mou."

Lidya mendongak.

"Maksudnya?" Tanya Lidya tidak mengerti.

Ketika Lidya mendongak, ia melihat Ewan tersenyum kearahnya. Senyum iseng pria itu menghiasi wajah tampannya dan perlahan-lahan rasa takut yang dirasakan oleh Lidya mulai mereda. "Cassius Pettroff mungkin tampan, tapi dia bodoh."

"Marshall, aku tidak—"

Ewan mengecup telinga Lidya, mengulum daun telinganya lalu berbisik pelan. "Karena pria tampan seperti Pettroff sekalipun tidak akan tahu kalau pistol yang kubawa berisi air Wine."

Mendengar hal itu Lidya langsung mendorong tubuh Ewan menjauh, matanya menatap pria itu tidak percaya. Ewan hanya tersenyum menggodanya, tangan pria itu kemudian merogoh bagian dalam jasnya, dan perlahan mengeluarkannya kembali. Lidya menatap takjub ketika pria itu mengeluarkan sebatang Baby Breath dari jas. Lalu pria itu menyelipkannya ke belakang telinganya, dengan gerakan halus jemari Ewan mengelus wajah Lidya.

Nafas Lidya seolah berhenti sementara itu, kepala Ewan menunduk kearahnya dan kembali berbisik. "Ίσως δεν είμαι ο άνθρωπος που ζητάτε από τον Θεό ως τον σωστό άνθρωπο. Και ίσως δεν είμαι καλός άνθρωπος που θα σας χαρίσει καθημερινό χαμόγελο. Αλλά δεν θα βρείτε κάποιον άλλον που μπορεί να σας δώσει πάθος, προσοχή και την επιθυμία μου να κυριαρχήσω στην καρδιά σας τόσο μεγάλη όσο η δική μου."

Lidya mengernyit.

"Itu... artinya apa?"

Ewan mmengecup bibir wanita itu pelan. Setelah menjauhkan bibirnya, Ewan barulah menjawab. "Artinya... kau harus tahu dimana statusmu. Jangan menggoda pria lain dan jangan tergoda." Setelah mengatakan itu, Ewan mengacak-acak rambut Lidya lembut. "Aku akan meninggalkanmu sebentar disini untuk berbicara dengan Pettroff. Be a nice girl, okay?"

"I'm not child anymore, Marshall." Lidya memegang puncak kepalanya dan mengernyit kembali. "Apakah itu benar-benar arti dari ucapanmu barusan?"

"Kalau bukan itu artinya, memangnya kau tahu apa arti dari ucapanku yang barusan?"Tanya Ewan seolah-olah hal tersebut sama sekali tidak penting.

Mau tidak mau Lidya mengernyit lebih dalam dan mulai menerima kalau Ewan berbicara jujur. Lagipula tepat seperti yang dikatakan oleh Ewan, Lidya memang tidak mengerti apa yang diucapkan oleh pria itu barusan, jadi mau tidak mau ia harus menerima kalau pria itu memang mengatakan hal yang sebenarnya. Iyakah?

Ewan hanya tersenyum sebelum akhirnya membalikkan tubuhnya meninggalkan Lidya di ruangan itu. Ketika ia berjalan keruangan lain dimana Cassius menunggunya, kalimat yang merupakan arti dari ucapan yang dilontarkannya tadi mulai terbersit di benaknya dan membuatnya tersenyum.

"Maybe I'm not the man you ask God as the right man. And maybe I'm not a good man who will give you a smile every day. But you will not find another man who can give you passion, attention and my desire to dominate your heart as big as mine."

TBC | 22 Agustus 2017
Repost | 24 April 2020

Kalau kalian tidak mengerti isi percakapan diatas, mohon dibaca lagi. Karena aku sudah memberikan translate-an yang mudah dimengerti. Leave a comment? :)

Thanks, 

-Nath-

P.s : selamat menjalankan ibadah puasa dan selamat berbuka puasa bagi yang menjalankan 🤗
-Miss K-

His TemptressWhere stories live. Discover now