KEDUA PULUH SATU

939 57 1
                                    

Ku tatap bayangan diriku sendiri di cermin, wajahku kini sudah penuh riasan tipis hasil karya ku sendiri. Hari ini Maya sedang berulang tahun, dan dia sengaja mengadakan pesta ulang tahun di sebuah kafe tengah kota. Tadinya aku ingin mengajak Alva, hanya saja Alva tidak bisa ikut karena terlanjur memiliki janji dengan keluarganya. Lelaki ku itu memang begitu cinta dengan keluarganya.

Suara dering ponsel membuyarkan lamunanku. Tertera nama Alva disana, refleks bibirku mengembang manis.

"Halo, Va." sapaku.

"Udah siap berangkat ya?" katanya.

"Udah kok, tinggal nunggu Isa jemput aja."

Terdengar kekehan dari seberang sana. Beberapa waktu yang lalu aku memperkenalkan Alva pada Isa. Sekarang ini aku dan Isa seperti satu paket, siapa saja yang aku kenal, Isa juga akan mengenalnya. Begitu pun sebaliknya.

"Aku juga udah mau jalan sama Mama. Bilangin Isa jangan ngebut nyetirnya."  katanya.

"Iya sayang, kamu dari semalem ngomong gitu terus." Jawabku.

Baru kali ini aku memiliki seseorang yang selalu mengkhawatirkan aku, selalu memastikan jika diriku pergi dan pulang dengan selamat, memastikan jika aku makan tepat waktu, dan hal-hal kecil lainnya.

"Aym, astaga ini anak di panggilin nggak nyaut daritadi." suara nyaring mengejutkan aku yang sedang asik berbicara dengan Alva.

"Kok udah dateng sih, masih jam berapa ini." Omelku.

"Nggak sadar apa kalo rumah situ jauhnya udah kayak perjalanan Indonesia ke Makkah."

Alva cekikikan di balik telpon, mendengarkan aku dan Isa.

"Itu si Alva?" Tanya Isa.

Aku mengangguk, ku tekan tanda speaker agar Isa juga bisa mendengar Alva.

"Jadi pergi, Va?" Tanya Isa.

"Iya, jagain pacar aku. Pulang pergi kudu selamet dia."

"Tenang." jawab Isa.

Aku menutup telpon setelah Alva mengatakan jika dirinya akan segera berangkat makan malam bersama orang tuanya. Tak lama setelahnya Isa mengajakku berangkat menuju kafe yang sudah di tunjukkan Maya kepada kami sebelumnya.

***

Kafe sudah ramai saat aku berjalan masuk, ku lirik Isa yang menepuk pundakku sebelum kami benar-benar masuk kedalam kafe. Setelah sekian lama baru lah kali ini aku kembali bertemu dengan semua teman semasa SMA ku. Masa dimana semua hal indah dan buruk aku alami bersamaan. Aku melihat Aze, Ari, Zacha dan Putra sedang mengobrol di sudut kafe dengan masing-masing membawa segelas minuman berwarna merah gelap. Ada juga Amar dan Yoga yang sedang asik mengobrol dengan Mawar dan kekasihnya. Aku tersenyum lebar melihat teman-temanku berkumpul disini, pasti banyak cerita yang akan aku dengar nantinya. 

"Aymaaaa...." sebuah teriakan nyaring yang berhasil membuat langkahku dan Isa terhenti di tengah kafe yang sedang ramai ini. 

Aira memelukku sangat erat, wangi parfum lamanya tercium dengan jelas olehku. Wanita ini tetap seperti dulu. Hanya sedikit yang berubah. Penampilannya sedikit feminim dari biasanya.

"Aku kira kamu nggak bakal dateng." Katanya.

Aku tersenyum kepadanya, "dateng dong nih sama Isa." Jawabku.

Setelah Aku Tau |✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora