KELIMABELAS

1K 59 0
                                    

Alva begitu bahagia setelah selesai menonton salah satu film yang dia suka. Sempat dia bertanya padaku ingin menonton film apa, tapi aku membebaskannya memilih film apa yang ingin di tonton hari ini. Dan akhirnya dia memilih salah satu film bergenre komedi. Alva tak henti tertawa sepanjang film di putar, dan dia berhasil menularkan tawanya padaku. Energi kami terkuras habis setelah hampir dua jam lamanya tertawa, setelah film selesai, Alva mengajakku makan di foodcourt yang ada di mall ini.

"Bagus kan film pilihan aku?" kata Alva.

Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis pada Alva.

"Kamu itu hembat banget sih ngomongnya, mesti ngangguk ngangguk aja kalo di tanyain." Omel Alva.

Aku hampir terkikik mendengar pertanyaannya. Kacamata yang naik turun karena omelannya.

"Aimm.."

Aku dan Alva bersama menoleh kearah suara yang memanggil namaku.

"Maya?" wanita berperawakan mungil dengan kaca mata hitamnya berdiri tepat di belakang ku dan Alva.

"Heyy, astaga kangen banget sama Aim." Maya langsung memelukku erat, entah sudah berapa lama kami tidak bertemu.

"Kok kamu disini??" Tanyaku.

"Oh ini aku lagi jalan-jalan aja sama Zacha." Jawab Maya sambil menunjuk sosok Zacha yang berdiri disebelahnya kalem.

"Kalian balikan?" tebakku. Raut wajah Maya dan Zacha seketika tersipu malu. Aku ikut tersenyum karena merasa tebakanku benar.

"Tama mana, Im?" tanya Zacha.

Ku mendengus malas mendengar pertanyaan Zacha, "banyak banget pertanyaan yang bisa kamu tanyain kenapa harus bab Tama yang kamu pilih." protesku.

Zacha tertawa kecil, begitu juga dengan Maya. "Oh iya kenalin, ini Alva temen kuliah aku." kata ku mengenalkan Alva yang sedaritadi diam di sebelahku.

Alva menjabat tangan Zacha dan Maya secara bergantian. Tatapan Maya penuh tanya kearahku, aku hanya mengedikkan mata untuk menjawabnya.

Tak terasa pesananku dan Alva sudah selesai di sajikan, karena nya aku pamit terlebih dahulu untuk mencari tempat duduk bersama Alva. Meninggalkan Maya dan Zacha yang harus menunggu pesanannya.

"Tama siapa, Im?" Tanya Alva di tengah keguatan makan kami.

"Mantan." jawabku singkat.

"SMA/SMP?"

"SMA"

"Ganteng?"

"Biasa aja.."

"Kenapa putus?"

Aku mengangkat sebelah alisku, deretan pertanyaan yang agak tidak ingin aku jawab sebenarnya. Laki-laki ini seperti ingin tau lebih jauh tentang laki-laki bernama Tama yang dia dengar dari Maya dan Zacha tadi.

"Aku di intrograsi nih ceritanya?" kataku balik bertanya.

"Penasaran aja." jawabnya sambil membenarkan posisi kacamata.

"Nanti ada waktunya aku cerita ke kamu." jawabku.

Kami meneruskan kegiatan makan sore ini dengan tenang.

***

"Yakin Maya sama Zacha balikan? Jangan bikin gosip." kata Isa.

Diseruputnya jus jambu bikinan bibi yang aku pesankan sekitar limabelas menit yang lalu.

"Yaudah sih kalo nggak percaya." Kataku santai.

"Eh cerita dong kemaren ngapain aja sama Alva? Kalian belum jadian, kan?" Tanya Isa

Refleks menoleh kearah Isa dengan tatapan sebal.

"Jadian darimana. Orang cuma jalan biasa aja." jawabku.

"Kamu suka ya sama Alva?"

Pertanyaan yang agak menusuk hati. Tiba-tiba otakku kosong. Tak memiliki jawaban pasti atas pertanyaan Isa. Entah terlalu cepat, atau bagaimana aku tidak tau.

"Im? Kemapa? Kok sedih gitu, aku salah nanya ya." Kata Isa yang sadar akan perubahan wajahku.

Aku tersenyum tipis pada Isa, "aku biasa aja sama Alva."

Isa mengusap lembut pundakku, mencoba mentransfer energi positif kepadaku. Mungkin Isa mengerti apa yang sedang aku pikirkan.

"Kamu juga butuh bahagia, Im. Hidup kamu nggak boleh berhenti disini terus. Banyak hal baik yang bisa kamu temui kalo kamu mau keluar dari semua ini."

Tatapan kami mendalam, ingin aku benarkan semua yang dikatakan oleh Isa. Tapi seperti ada hal yang masih mengganjal di hatiku. Entah apa, entah karena apa.

"Sebanyak apapun nasehat yang aku kasih buat kamu, nggak bakal pernah bisa nolong kamu. Yang bisa nolong kamu sekarang cuma diri kamu sendiri." lanjut Isa.

"Kamu boleh terus sayang, tapi jangan sampe sayang itu menghalangi cinta kamu yang lain."

Ku peluk Isa seerat yang aku bisa, ingin aku menangis tapi rasanya sudah tidak perlu lagi aku menangis untuk hal yang tidak seharusnya aku tangisi.

Sore ini kami habis kan dengan menatap langit oranye milik senja yang indah dari balkon kamar.

Sesungguhnya yang bisa membuat kita bahagia adalah diri kita sendiri...

Setelah Aku Tau |✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang