KETIGA PULUH DELAPAN

914 48 0
                                    

Satu tahun berlalu. Kini aku sudah bekerja di perusahaan papa yang kebetulan waktu itu membutuhkan pegawai untuk bagian keuangan. Papa langsung menawarkan pekerjaan tersebut padaku. Karena wisuda sudah berlangsung dan semua berkas yang aku butuhkan untuk bekerja sudah siap, aku menerima tawaran tersebut. Tak butuh waktu lama untuk membuatku di terima di perusahaan tersebut. Pastinya atas bantuan papa.

Alva juga begitu, dia ikut bekerja di perusahaan tempat kakaknya bekerja. Kami kini memiliki kesibukan masing-masing. Alva semakin bahagia sejak bekerja di perusahaan tersebut. Katanya disana semua orang ramah kepadanya. Menerimanya selayakanya mereka menerima Mas Rizky disana. Aku tentu ikut bahagia dengan berita tersebut.

Alva membantuku memakaikan seatbelt mobil yang dia bawa untuk menjemputku sore ini.

"Mas Rizky pulangnya naik apa kalo mobilnya kamu pake?" Tanyaku.

"Mbak Putri kan sekarang udah punya mobil sendiri. Tadi dia dijemput sama Mbak Putri, katanya mau bayar katering." Jawab Alva.

Kata Alva, tidak lama lagi kakaknya itu akan melakukan pernikahan. Sekarang ini mereka sedang sibuk-sibuknya menyiapkan persiapan pernikahan yang begitu menguras tenaga. Untungnya Rizky dan Putri bisa menangani situasi gawat tersebut setenang mungkin.

"Gimana hari ini?" Tanya Alva.

Aku tersenyum dan mengangguk sejenak. "Hari ini baik, nggak terlalu sibuk kayak minggu lalu sih. Kamu gimana?" jawabku.

Alva melirik spion dan bersiap untuk belok dipertigaan jalan raya ini.

"Ada meeting dadakan gitu sih tadi. Lumayan sibuk hari ini." Jawabnya.

Jalanan tampak sama seperti biasanya, sangat ramai dan macet. Surabaya selalu macet seperti ini jika jam pulang kantor. Ditambah dengan pengendara motor yang tak jarang ugal-ugalan.

Satu pesan masuk ke ponsel ku.

Dari : Vanessa.
Hai sayang sayang kuu. Besok aku sama Pika bakal main ke Surabaya. Ketemuan yuk, jam 2 di kafe biasa.

Senyumku otomatis mengembang membaca pesan di grup yang sudah lama sunyi itu.

"Kenapa sayang senyum-senyum sendiri?" Tanya Alva yang masih fokus menyetir.

"Vanessa sama Pika besok kesini. Mereka ngajakin ketemu." Jawabku kegirangan.

Alva ikut terkekeh. Sudah lama sekali sejak Vanessa dan Pika kembali ke Semarang, jarang sekali ada obrolan intens. Hanya beberapa kali aku dan Tata bertemu lalu melakukan panggilan Video dengan mereka berdua.

"Jadi aku besok berangkat ke bandara sendirian nih?" Tanya Alva.

Ku lemparkan senyumanku kepadanya. Kemarin juga berjanji akan mengantarkannya ke bandara. Dia akan pergi ke Jakarta menemani atasannya rapat proyek besar disana.

"Aku nganterin kamu dulu, baru nanti ketemu sama anak-anak." Jawabku padanya.

Alva kembali tersenyum lega mendengar jawabanku. Kami memang tidak selalu punya waktu berdua hanya jika ada kesempatan kecil seperti saling mengantar seperti ini lah yang kami gunakan untuk menghabiskan waktu berdua. Menjadi karyawan yang termasuk baru di perusahaan membuat kami semakin sibuk dan mulai kehabisan waktu berdua.

***

Aku berjalan cepat menuju kafe yang letaknya di tengah mall yang sering kami kunjungi saat kuliah dulu. Aku telat karena harus membantu Alva bersiap karena dia akan pergi ke Jakarta untuk rapat bersama perusahaannya. Jadwal nyang harusnya berangkat pukul 1, tiba-tiba diundur hingga jam 3 sore.

Setelah Aku Tau |✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon