KETIGA PULUH

913 46 4
                                    

Ku tatap kerdus berukuran sedang yang selesai aku hias. Hari ini adalah hari ulang tahun Alva. Ulang tahun kedua bersama ku. Tidak seperti tahun kemarin, tidak ada pesta, tidak ada udangan atau sebagainya. Sederhana saja.

Hari ini Alva sedang sibuk mengurusi satu kegiatan di kampus. Dari pagi dia sudah meninggalkan rumah. Sejak pagi aku sudah berada di rumah Alva untuk menyiapkan semuanya bersama dengan Mama dan kakak Alva. Keluarga Alva begitu baik padaku, menerima keberadaanku seperti bagian dari keluarga mereka sendiri.

"Wah, Alva pasti seneng banget di kasih kado sama kamu." Kata wanita paruh baya dengan sebuah piring penuh berisi makanan di tangannya.

Aku tersenyum manis padanya, "ada yang bisa aku bantu lagi tante?" Tanyaku.

"Enggak kok, udah kamu siap-siap aja. Bentar lagi Alva dateng, tadi mas Rasel udah coba telpon dia." Kata Tante Mira.

Entah terlalu sibuk atau bagaimana, satu hari ini Alva tak menghubungi aku sekali pun. Dan itu membantuku untuk tidak berbohong apapun padanya. 

Terdengar suara deru motor di depan rumah. Pasti Alva. Langkah kakinya mendekat lalu terdengar suara pintu terbuka.

"Selamat ulang tahun, Alva." Kataku saat Alva menampakkan dirinya.

Wajahnya begitu kaget saat melihatku disana. Ruangan sudah penuh dengan hiasan dan makanan kesukaannya.

"Selamat ulang tahun, sayang." Kata mamanya sambil memeluk lalu menciumnya.

Alva tampak begitu senang, memeluk erat keluarganya satu persatu. Ulangtahun memang selalu menjadi spesial untuk Alva karena disaat ini lah dia bisa bekumpul dengan keluarganya. Keluarga Alva begitu sibuk dan jarang dirumah, menyebabkan dia memperbanyak kegiatan agar sama sibuknya dengan keluarganya yang lain.

Alva melangkah mendekatiku, aku menyambutnya dengan senyum lebar.

"Selamat ulang tahun." Kataku sambil menyodorkan kotak kado yang tadi aku hias bersama mamanya.

"Makasih ya, sayang." Kata Alva.

Alva memelukku erat. Ku balas sama eratnya. 

"Aku sayang banget sama kamu." Bisiknya.

***

Perayaan ulang tahun Alva yang hanya dihadiri keluarga Alva dan aku terasa begitu menyenangkan. Sama menyenangkannya seperti mengundang terdekat. Pembicaran kami begitu intensif. Aku ikut bahagia melihat Alva yang bisa tertawa lepas dengan Papanya. Selama ini dia selalu mengeluh jika papanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Begitu juga dengan Mamanya. Dia memiliki seorang kakak, hanya saja umur mereka sedikit lebih jauh, di tambah lagi kini kakaknya memiliki kekasih yang mana waktunya lebih banyak di habiskan dengan kekasihnya tersebut.

Satu minggu yang lalu aku memberanikan diri untuk datang dan berbicara dengan mama Alva tentang apa yang di ingin kan Alva. Dia hanya butuh waktu bersama keluarganya. 

Ulang tahun yang lalu kedua orang tua Alva hanya menyempatkan datang apa akhir acara karena mereka harus bekerja sampai larut malam.

"Semua ini pasti ide kamu, ya." Kata Alva.

Aku melirik Alva yang masih sibuk menatap langit yang berhiaskan bintang indah.

"Iya." Jawabku singkat.

Sudah hampir setengah jam kami berdua duduk di teras rumahku. Alva tak mengatakan apapun. Dia hanya duduk sambil menatap langit dan menggenggam erat tanganku.

"Kenapa sih megangin terus dari tadi?" Tanyaku.

Dia menatapku sambil tersenyum, lalu mengeratkan genggamannya. 

Setelah Aku Tau |✔Where stories live. Discover now