Chapter 9

3.9K 245 7
                                    

“Heh!”

Aku tersentak kaget saat Kak Auston tahu-tahu sudah berkacak pinggang dan menatapku garang. “Kamu pikir kakakmu ini gak pintar, sampe harus panggil orang pintar ke rumah kita!”

Kumanyunkan bibir gemas. “Bukan yang kayak gitu, Kak. Tapi semacam...,” kuteguk liur ragu-ragu. “Paranormal.”

Baru selesai aku bicara begitu, Mia tiba-tiba saja sudah menempel padaku. Aku berdecak risih. “Ini apalagi?”

“Kakak bicara hantu-hantuan, kan?”

Sudut bibirku terangkat menahan tawa saat melihat ekspresi parno Mia. Aku bahkan lupa kalau harusnya jangan mengatakan hal ini padanya.

“Mia!”

Spontan kami berdua berjengkit kaget. Lagi-lagi Kak Auston membentak kami. Sepertinya mood-nya memang sedang tidak baik sejak pagi tadi. “Hantu itu gak ada!”

Ucapannya yang tegas itu membuat kami saling lempar pandang bingung. Lalu masing-masing bahu kami diputar agar menatap matanya yang memunculkan ekspresi tegas. “Hantu. Itu. Gak. Ada.”

Aku tercengang. Baru kali ini aku melihat dia begini. Benar-benar tegas seolah aku dan Mia tidak boleh mengetahui, sesuatu.

“Tapi kalo emang beneran ada gimana, Kak?”

Kak Auston menatap tajam pada Mia, hingga membuat anak itu kicep di tempat. Apalagi kata-kata yang Kak Auston ucapkan selanjutnya, benar-benar membuat Mia mengkerut parno. “Kamu yang kakak umpanin sama hantu itu.”

“Sekarang kalian masuk ke dalem.”

Mataku mengikuti telunjuk Kak Auston yang mengarah ke dalam rumah dan ternyata baru kusadari kalau lampunya belum dinyalakan.

“Kak, hantunya gimana?” Mia merengek.

Kak Auston berdecak sebal. “Kamu mau liat beneran?” lalu dia melangkah masuk begitu saja, menyalakan lampu lalu memutar bola matanya jengkel karena melihat kami masih anteng di tempat tadi. “Buruan masuk!”

Aku dan Mia masih tetap stay di tempat. Sementara kulihat, di dalam sana lelaki itu mulai terlihat jengkel.

“Kalo gak masuk juga, pintunya kakak kunci!” teriaknya.

Tentu saja aku dan Mia langsung lari seperti orang kesetanan begitu melihat Kak Auston hendak menutup pintu.

***

Bak!

Stevia langsung  menatap horor ke arahku yang baru saja membanting tas ke atas meja tepat di depan wajahnya. For your information, dia tadi sedang bercermin sambil memanyunkan bibirnya aneh. Menggelikan.

“Ini masih pagi, Mona. Jangan bikin ribut, deh.”

Aku hanya cengengesan sambil mengusap bagian atas kepalaku. Setelah menghela nafas panjang, aku mendudukkan diri di kursi. Lalu menopang dagu dan melamun menatap whiteboard yang masih bersih.

Bahkan tak kupedulikan Stevia yang menatap keki padaku. “Kamu kenapa, sih? Masih pagi udah aneh.”

Bibirku maju beberapa senti dan mataku ikut menyipit heran. “Apa? Apa?” kejarku.

Stevia menghela nafas lalu menaruh cermin yang sejak tadi dipegangnya. Kemudian bertopang dagu menatapku. “Ada masalah ya?”

“Maksudnya?” sebelah alisku terangkat heran.

My Friendly GhostWhere stories live. Discover now