Side Story - Chapter 18

309 24 1
                                    

J O E

Di sore hari yang cerah saat itu, aku duduk manis bersandar pada jendela lantai dua di salah satu kamar yang paling besar. Sekarang ditempati oleh satu-satunya lelaki yang tinggal di rumah ini, karena dua lainnya adalah perempuan.

Aku menguap bosan lalu menumpukan kepala pada lutut yg kulipat di dada. Mona dan Mia adiknya itu, sedang duduk di dekat pintu keluar. Darisini, aku bisa melihat mereka dengan jelas. Mungkin saja mereka sedang menunggu kakaknya pulang.

"Kyaa!! Hantunya ganteng!"

Mendengar Mia memuji riang, hidungku langsung mekar begitu saja dengan tak tahu malunya. Oh, tentu saja aku tampan. Tapi kenapa Mona tidak kunjung mengetahui itu, ya? Dia malah terus kabur setiap melihatku.

Tak lama, lamunanku terhenti karena suara mobil yang mendekat. Ternyata itu mobil Auston yang sudah terparkir manis di garasi. Kulihat, lelaki itu keluar bersama seorang pria setengah tua yang berpakaian hitam-hitam. Oh, itu pasti orang pintar yang diminta Mona.

Aku tertawa ngakak karena melihat penampilannya itu. Bagaimanapun, aku ini sudah hidup lama, manusia model begitu, sudah sering kulihat di mana-mana. Yang jelas, pria tua itu pasti punya niat terselubung. Dan ketiga anak manusia yang polosnya tak terkira itu, pasti tidak paham kalau rumah mereka dalam bahaya.

Yhaa! Berhubung aku ini anak baik, jadi kuputuskan untuk melindungi mereka dan rumahku. Eh? Rumah mereka maksudnya. Aku tahu kalau mereka adalah anak pemilik rumah ini. So..., sebagai balas budi untuk orangtua mereka yang sangat baik terhadap rumahku yang dulu, aku akan dengan senang hati membantu mereka.

Begitu melihat pria itu memasuki rumah, aku langsung melayang menghampirinya yang ternyata sedang mengamati televisi besar. Kemudian aku duduk manis di atas kabinet dan memperhatikan gerak-geriknya yang membuatku kembali ngakak.

"Hahaha! Kenapa pria itu norak sekali, sih?!"

Lihat saja, bukannya menyiapkan alat-alat untuk memulai ritual pengusiranku, pria itu malah sibuk memandangi televisi dan mengelusnya dengan wajah yang menjijikan.

Haish! Jelas sekali kalau dia bukannya ingin membantu mereka untuk mengusirku, tapi lebih ingin membantu mereka untuk menghemat biaya listrik. Yaah, dengan mencuri salah satu perabot elektronik di sini mungkin.

Selepas memperhatikan televisi, kulihat pria itu berjalan ke sisi sebelahnya dan memperhatikan macam-macam benda bahkan sesekali menyentuhnya. Astaga, coba saja kalau anak-anak itu melihat apa yang pria ini lakukan, pasti mereka langsung mengamuk. Seisi rumah sudah habis dijelahi oleh tanganya yang entah sudah cuci tangan atau belum saat masuk tadi. Tak satu benda pun yang terlewat dari sentuhan tangannya.

Bahkan, alat-alat yang kulihat dibawanya tadi dia sembunyikan di balik pakaiannya. Batal sudah rencananya itu untuk mengusirku. Lagipula kalau diperhatikan seksama, pria ini sama sekali bukan orang pintar. Dia pasti hanya penipu cap kaleng.

Tak lama, pria itu menuju lantai dua. Dia memasuki satu persatu kamar yang ada di sana. Pertama, kamar yang paling ujung jauh dari tangga. Seingatku, itu ruang yang sering digunakan Auston untuk melakukan sesuatu dengan kertas-kertas berserakan dan beberapa botol minuman. Pria itu menyentuh benda persegi panjang yang ada di atas meja dan menimangnya perlahan.

"Waah..., ini kalo dijual pasti mahal, nih."

Aku tertegun saat pria itu bicara demikian. Benar, kan firasatku tadi? Orang ini bukan orang baik. Lihat saja nanti. Akan kuajak dia bermain permainan menyenangkan. Keluar dari ruangan itu, dia beralih ke pintu di sebelahnya. Kamar Mia. Tapi begitu pintu dibuka, dia terdiam sejenak lalu segera menutupnya kembali dan memegangi kepala seolah baru saja pening karena melihat kapal pecah.

My Friendly GhostWhere stories live. Discover now