Zinnia

2K 138 6
                                    

Zinnia, khususnya yang berwarna kuning, memiliki arti kenangan setiap hari. Suka dan duka yang kita lewati adalah bagian kecil dari alur klasik yang diciptakanNya. Namun, tak kupungkiri kehadiranmu adalah berkah yang luar biasa, laksana mukjizat terindah yang pernah ada. Aku yakin, Tuhan menunjukkan rasa cintanya padaku dengan cara mengirim dirimu ke dalam hidupku.

***

AUTHOR’s POV

“Lily turut senang mendengarnya, Kak.” Lily tersenyum mendengar cerita Hujan tentang kebahagiaan luar biasa yang ia rasakan selama ini. Senyum paling tulus yang pernah Lily berikan untuk orang lain. Hujan harus bangga melihat fenomena selangka double rainbow itu.

“Kadang, aku berpikir apa jadinya semisal aku dulu tidak SKSD mendatangimu dan memberimu bunga lili di Rumah Sakit.” Hujan meraih tangan Lily yang ada diatas meja dan menggenggamnya. “Ini memang agak menggelikan, tapi kamu membuatku percaya pada takdir, Ly.”

Wajah Lily merah padam. Biasanya dia akan merinding jika mendengar kalimat semacam yang Hujan katakan barusan. Tapi, cara Hujan mengucapkannya justru membuat hati Lily meleleh seperti es krim dibawah sinar mentari. Lily mendadak mati gaya dan semakin tidak tahu harus bersikap seperti apa ketika kedua matanya dikunci oleh hangatnya kedua mata milik Hujan.

“Ekhem!”

Seseorang begitu saja menghancurkan momen mereka berdua. Hujan mendadak bete karna bisa menebak siapa yang mengganggunya hanya dari suara deheman menyebalkan itu. Sedangkan Lily reflek melepaskan genggaman tangan Hujan dan semakin salah tingkah dengan menunduk dalam menutupi wajahnya yang sangat merah sampai merambat ke telinga.

“Jasmine sialan, ngapain lo ada disini?” tanya Hujan penuh penekanan. Ia tanpa ragu menatap Jasmine tidak suka saat gadis itu duduk disebelah Lily yang masih salah tingkah.

“Kalian sendiri ngapain disini? Kencan, ya?” Jasmine merangkul Lily sambil tertawa puas melihat gadis itu tak berkutik. Tidak galak seperti biasanya. “Kebetulan banget ketemu kalian disisni. Gue join sabi kali.”

“J-JASMINE!” Lily mendorong Jasmine dengan kuat hingga nyaris terjatuh dari kursi yang didudukinya. “Ngapain kamu disini, hah?!” Lily menatap Jasmine dengan tajam dan wajah yang masih merona hebat. Lucu sekali bagi Hujan maupun Jasmine.

“ ... Please, jangan bikin gue makin suka sama lo, Ly.” Jasmine mencubit kedua pipi Lily dengan gemas. “Astaga, gue mau punya istri kayak lo!”

“Ngomong apa lo? Lily bakal jadi istri gue, ya, begundal!” Hujan bangkit dari tempatnya dan menarik paksa Jasmine agar menjauh dari Lily. “Lo cari istri yang lain sana.” Ia lalu duduk di kursi yang sebelumnya ditempati oleh Jasmine. “Orang ini sudah ada yang punya,” lanjutnya sambil merangkul Lily dengan protektif.

Jasmine mencibir Hujan dan sudi tak sudi menempati kursi yang baru saja ditinggalkan oleh lelaki itu. Kemudian, ia memperhatikan Lily yang nampak nyaman didalam perlindungan Hujan dan itu cukup membuatnya patah hati. Sepertinya memang tidak ada kesempatan untuk dirinya memiliki Lily.

“Kali ini gue menang dari lo, Mimi.” Hujan menyeringai penuh kemenangan sehingga menyadarkan Jasmine dari rasa galaunya. “Gak cuma ini, dibalapan selanjutnya gue bakal─eh, gak deng. Gue udah pensiun dari sekarang.”

“Pensiun?” Jasmine membeo tak percaya. “Jangan, dong! Cuma lo lawan yang seimbang sama gue.”

“Gue takut mati sebelum nikah sama Lily.” Hujan mengeratkan rangkulannya dibahu mungil Lily. Ia terkekeh melihat Lily yang semakin salah tingkah saja. Hari itu, Hujan mendapatkan hobi baru, yakni membuat Lily salah tingkah karena dirinya.

PainHealerDove le storie prendono vita. Scoprilo ora