Camellia

4.5K 201 6
                                    


Camellia, khususnya berwarna merah muda, memiliki arti kerinduan untukmu. Sangat wajar untuk seseorang merindukan seseorang lainnya, dan akan sangat melegakan jika bisa melepas rindu itu. Lalu, bagaimana jika seseorang itu menolak rasa rindumu? Apa … rasa rindu itu benar untuknya?

***

AUTHOR POV

“Lily, ayo kita makan dikantin sama-sama,” ajak Anggi kepada Lily yang dengan cueknya mencoret-coret halaman paling belakang buku tulis.

“Tidak mau,” jawab Lily tanpa melihat lawan bicaranya.

“Yakin? Gak usah malu-malu dengan temanmu ini,” ucap Lia sambil menarik pelan lengan seragam Lily.

“Teman?” Lily mendongak dengan wajah merona samar. “Siapa juga yang mau jadi teman kalian, hah?!”

“Lo gak mau jadi teman kita?” tanya Lia dengan mata berkedip-kedip tak mengerti.

“Intinya sekarang ayo kita makan siang dulu,” timpal Jasmine berdiri dari kursinya. Tanpa persetujuan Lily, Jasmine menarik tangan Lily. “Ayo, kita ke kantin sama-sama!” seru Jasmine dan memberikan wink kepada Anggi dan Lia tanpa sepengetahuan Lily.

Tersenyum tipis, Anggi dan Lia berjalan mengikuti Jasmine, dan juga Lily yang mencoba berontak dari seretan Jasmine.

***

“Dasar orang-orang tidak tahu diri!” seru Lily sambil bersidekap dada. “Apa yang kalian mau dari Lily sih?”

“Pesanan lo mungkin? Kuy ah, biar gue yang pesankan,” jawab Jasmine ringan, membuat Lily melongo sebentar mendengarnya.

“B-bukan gitu … argh! Tau ah!” Lily membuang wajahnya ke lain arah dengan mulut mendumel tak jelas.

“Oke, kalo kalian berdua pesan apa?” tawar Jasmine kepada Anggi dan Lia.

“Gue mau es jeruk sama bakso aja deh,” ucap Anggi.

“Gue samain kayak Anggi aja,” ucap Lia.

Jasmine mengangguk lalu melirik kearah Lily yang masih mendumel ditempatnya. “Kalo lo mau apa, Ly? Biar gue pesenkan.”

“Gak usah. Lily gak la─”

Groaakkk(?)

Lily membelalakkan matanya saat bunyi mengerikan dan memalukan itu terdengar dari perutnya. Jasmine, Anggi, dan Lia yang mendengarnya tak kuasa menahan tawa dan itu semakin membuat Lily malu.

“Nah, gak ada alasan ngelak lagi ‘kan lo?” Jasmine tersenyum miring melihat Lily yang bergerak tak nyaman ditempatnya disertai wajah yang memerah tak karuan.

“Dalam medis pernah dijelaskan kalo perut bisa saja berbunyi meski tidak lapar,” elak Lily sesantai mungkin, meski kenyataannya tidak begitu. “Tapi, karna kamu memaksa, pesankan Lily apa saja yang penting halal.”

“Wah, memangnya lo selapar itu? Apa saja yang penting halal itu terdengar hopeless banget,” komen Anggi.

“Ya udah, Lily mau omelet dan jus stroberi!” seru Lily sembari menatap Anggi dengan tajam. “Dan kamu, jangan sok tau gitu ya!”

Sekolah Lily memiliki kantin yang sebenarnya tidak bisa dibilang kantin, karna lebih pantas untuk dibilang restoran. Tempat yang bersih, menu yang banyak, dan fasilitas yang memadai. Hanya saja, untuk memberikan kesan kantin pada umumnya, para murid tetap memesan sendiri ke penjual dan membawanya ke meja pun juga sendiri. Yah, meski harus membayarnya di kasir dan tetap saja mengurangi kesan kantinnya sih. Oke, itu gak penting juga sih.

PainHealerWhere stories live. Discover now