Sweet Pea

3.2K 156 1
                                    

Sweet Pea memiliki arti terima kasih untuk saat-saat yang menyenangkan. Tidak ada yang tidak menyukai momen bahagia yang akan selalu dikenang sampai nanti. Dimana hanya ada kita, dan orang-orang tersayang disana. Semua bahagia, tanpa hadirnya kesedihan. Ah, benarkah kesedihan benar-benar tidak akan mengusik?

***

LILY’s POV

Aku menghentikan permainan pianoku begitu ada pengganggu yang sebentar lagi akan berulah untuk merusak hari Mingguku. Dengan malas aku melirik ke arah pintu kamarku yang dibuka lebar oleh Kak Rion yang menampilkan senyum lebarnya.

“Mau apa Kak Rion kesini?” tanyaku saat ia berjalan memasuki kamarku. “Lily sedang sibuk sekarang. Sana keluar!” usirku mulai keki melihat senyum tidak jelasnya.

“Galak banget sih sama Kakak lo yang paling ganteng ini,” ucap Kak Rion sambil cekikikan. Kan, apa banget coba? Gak jelas!

“Keluar!” usirku lagi dengan nada membentak.

“Tidak mau~” ucap Kak Rion dengan nada menyebalkan. Oke, hari Mingguku yang baru saja dimulai sudah rusak sekarang.

Aku bangkit dari tempat dudukku dan menatap sosok yang lebih tinggi dariku itu dengan tajam. Sebelum aku melancarkan seranganku pada Kak Rion, sebuah suara lembut milik Kak Mira membuatku terdiam.

“Lily, di depan ada temenmu nungguin tuh.”

“Hmmm … jadi itu Si Hujan yang diceritakan sama Ayah, ya?” tanya Kak Rion lebih menjurus ke mengejek. “Sadar masa depan banget deh lo, Ly. Sekali ngegebet cowok langsung kalangan kelas atas. ”

“Berisik!” seruku mendorong Kak Rion dengan kuat. “Ayah cerita apa aja sih?!”

“Oh, ternyata itu toh yang namanya Hujan,” gumam Kak Mira membuatku menoleh kearahnya. Kak Mira mengulas senyum mengejek di wajahnya. “Pantas saja Oliver excited banget waktu melihat anak itu datang.”

Tiba-tiba kepalaku menjadi sangat pusing. Apa saja sih yang sudah Ayah bicarakan pada dua orang menyebalkan ini? Dan ada keperluan apa Kak Hujan datang kemari pagi-pagi? Daripada banyak mikir, aku harus segera memastikannya sendiri.

“Eits, mau kemana lo?” Kak Rion menahan lenganku.

“Ih, apaan sih!” aku menyentak lenganku, namun tidak berhasil karena cengkraman Kak Rion semakin kuat. “Lepasin Lily, dasar rese!”

“Kamu bercanda, Ly? Kamu yakin mau datangin cowok keren itu dengan penampilan kayak gini?” tanya Kak Mira dengan kekagetan yang dilebih-lebihkan.

“Memangnya ada yang salah, hah?!” aku masih berusaha melepaskan cengkraman Kak Rion yang sudah berhasil menahan kedua tanganku. “Kak Rion, lepasin Lily sekarang!!!” perintahku pada Kak Rion mulai brutal.

“Udah, kamu tenang saja, Lily.” Kak Mira kini ikut-ikutan menahan diriku yang semakin susah melepaskan diri. “Kamu itu mau di buat cantik kok, gak bakal diapa-apain.”

Lalu, dengan paksa mereka berdua menyeretku keluar dari kamar untuk menuju salon mini yang ada di rumah ini. Dua orang ini benar-benar paling mengerti bagaimana membuatku kesal.

***

AUTHOR’s POV

Hujan dan Oliver terdiam saat samar-samar mendengar suara cempreng teriakan Lily. Oliver lalu berdehem pelan untuk mencairkan suasana kembali.

“Biasalah, Lily berantem dengan Kakak dan Mamanya,” ucap Oliver sedikit salah tingkah. Ingatkan Oliver untuk menegur Miranda dan Rion nanti.

“Hari libur Anda pasti sangat ramai ya, Om.” Hujan terkekeh kecil.

PainHealerWhere stories live. Discover now