Betony

6.4K 238 6
                                    


Betony adalah nama bunga yang berarti kejutan. Seperti hidup yang tiap harinya selalu saja dipenuhi dengan kejutan. Kejutan dari Tuhan yang tak pernah terfikirkan oleh umatnya, dan tentu saja itulah yang membuat cerita hidup kita menjadi lebih bermakna. Lantas, kejutan apa yang akan diberikan Tuhan hari ini?

***

AUTHOR POV

“Kak Mira, Lily gak mau telat di hari pertama sekolah, ya!” Lily melirik sebal kearah Miranda yang menyetir. Miranda sendiri hanya mendengus kasar lalu mencibirnya. “Kalo Lily telat berarti itu salah Kak Mira.”

“Kok jadi Kak Mira sih?” tanya Miranda nampak tak terima. “Yang telat bangun ‘kan kamu. Jadi bukan salah Kak Mira dong!”

“Pokoknya salah Kak Mira!” Lily membuang wajah dengan angkuh. “Lily tidak sudi di cap sebagai murid yang buruk di hari pertama sekolah.”

“Memang buruk, ‘kan? Kamu aja gak mau ikut MOS dan nyogok kepala yayasan sekolahnya,” ucap Miranda membuat Lily tersentak.

“L-lily tidak punya waktu untuk acara tidak berguna seperti tu,” balas Lily cepat.

Miranda tertawa. “Yah, terser─ANJIIIRRRR!!!”

TIIIIIIINNNNNNNNNNN

Miranda membanting stirnya saat ia hampir menabrak truk didepannya. Miranda maupun Lily merasakan jantung mereka berdegup lebih kencang dan keringat dingin mengucur. Terlebih Miranda yang langsung lemas seketika.

“T-tadi itu malaikat maut lagi nyapa kita, ya?”

“Kak Mira ih sembarangan aja ngomongnya!” Lily melotot horror kearah Miranda yang menjatuhkan kepalanya di setir mobil. “Terus gimana nih sekarang? Lily beneran gak mau telat loh, ya!”

“Bodo amat! Gak lihat apa Kak Mira lagi shock gini?” Miranda menatap Lily dengan wajah yang sudah memucat. “Dedek gak kuat lagi. Trauma dedek, bang.”

“Ck! Yaudah, Lily naik taksi saja.” Lily turun dari mobil dengan wajah bete. Mau nelpon GrabCar, apadaya Lily meninggalkan ponselnya di kamar.

Sayangnya, tidak ada satupun taksi yang berlalu lalang di sekitar tempatnya berada. Hal yang membuat Lily menjadi naik darah dan ingin sekali memaki siapapun didekatnya. Dan, sebelum akhirnya Miranda yang menjadi korban amarah Lily, sebuah mobil berwarna kuning nyentrik berhenti tepat didepannya.

“Kenapa lo? Butuh tumpangan?”

Lily sedikit melebarkan matanya melihat seorang siswi berpakaian ala beranda lengkap dengan rambut pendek yang dipirang dan bibir di tindik. Dapat Lily perkirakan siswi itu adalah murid dari sekolahnya dan juga seangkatan dengannya. Bisa dilihat dari lambang kelasnya yang berwarna hijau, warna khusus untuk kelas 10.

“T-tidak perlu. Lily tidak suka ikut dengan orang asing. Terlebih yang dandanannya tidak jelas sepertimu.” Lily bersidekap dada lalu membuang muka dengan sombongnya.

Bukannya merasa tersinggung dan pergi, siswi itu malah tertawa dan keluar dari mobil. Melihat hal tersebut membuat Lily mengernyitkan dahi tak mengerti.

“M-m-mau apa kamu?” tanya Lily waspada saat siswi itu meraih pergelangan tangannya. “Lepaskan Lily!”

“Gak bisa. Lily harus ikut Jasmine sekarang!” siswi itu mengikuti logat bicara Lily ditambah dengan wajah yang di buat seketus mungkin. “Pfftt! Gue jadi mual. Tapi, kenapa lo yang ngomong gitu jatohnya bagus aja, ya?”

“Apaan sih?! Gak jelas banget!” Lily menyentak tangan siswi yang di ketahui bernama Jasmine itu. “Sana! Pergi jauh-jauh sekarang!”

“Ini yakin gak mau ikut gue? Kita searah loh,” tawar Jasmine sekali lagi. “By the way, nama gue Jasmine.”

PainHealerWhere stories live. Discover now