Oleander

3.2K 164 7
                                    


Oleander memiliki arti Peringatan. Ada banyak peringatan yang berguna agar kita lebih hati-hati dalam mengambil langkah selanjutnya, mungkin beberapa melarang kita melangkah sedikitpun. Tapi, beberapa peringatan sangatlah samar, menjadikannya ranjau yang mematikan saat terinjak. Oh, sayang, kuharap kamu dapat dipercaya tidak akan membunuhku dengan ranjau-ranjaumu.

***

AUTHOR POV

Hujan baru saja turun dari motor, dan entah dari mana Jasmine datang dan mendorong tubuhnya hingga termundur beberapa langkah. Bukannya marah, Hujan hanya menatap Jasmine dengan senyum simpul.

“Ada apa ini? Tiba-tiba menyerang seperti ngajak kelahi begitu,” ucap Hujan sangat tenang.

“Heh! Gak usah sok bego, ya!” Jasmine menarik kerah baju Hujan dan menatap lelaki itu dengan sorot kebencian. “Jangan kira gue gak tau apa yang lo rencanain ke Lily! Lo ada masalah sama gue doang, jadi gak usah libatkan orang lain.”

“Bukti?” tanya Hujan sembari menjauhkan tangan Jasmine dari kerah bajunya. Hujan merapikan seragamnya dengan gerakan teramat tenang, sangat kontras dengan Jasmine yang penuh emosi. “Gue gak terima tuduhan tanpa bukti.”

Jasmine terdiam. Tentu saja, Jasmine tidak punya bukti yang jelas. Semua tuduhan itu dia menyimpulkannya sendiri karena menurutnya sangat aneh melihat Hujan yang belakangan sangat dekat dengan Lily. Firasat Jasmine berkata kalau itu semua ada hubungannya dengan dendam Hujan terhadap dirinya.

“Gue bakal dapetin bukti kalau niat lo itu busuk!” seru Jasmine lalu berbalik badan meninggalkan Hujan sendirian disana.

Sepeninggalan Jasmine, Hujan menyeringai licik sejenak. Lalu, berjalan menuju kelas seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

***

“Guys, Bu Yuni hari ini gak masuk. So, kita free class lagi dong!” Fariz, sang ketua kelas, sontak membuat anak-anak dikelas bersorak bahagia.

Bukan kejutan lagi sebenarnya Bu Yuni tidak masuk, karna gerimis semenit saja pun beliau bisa tidak masuk. Tipikal guru yang disukai beberapa murid yang butuh sedikit waktu senggang disekolah.

Beberapa murid mulai berhambur. Entah itu ke kantin, bergosip, bermain game, ngerjakan PR yang dikumpul saat pelajaran berikutnya, atau tidur. Dan Lily masuk dalam jejeran yang tidur dikelas kalau saja Jasmine tidak mengganggunya.

“Jasmine, kamu bisa ribut sama Lia atau Anggi, ‘kan? Gak musti dengan Lily, ‘kan?!” Lily memandang Jasmine seakan gadis disebelahnya itu adalah hama paling mengganggu di dunia ini. “Sana pergi jauh-jauh!”

“Lo deket sama Hujan?” tanya Jasmine membuat Lily terdiam, juga membuat Lia dan Anggi berbalik badan kebelakang.

“Gosip itu bener?” Lia melotot tak percaya. “Beneran? Beneran?!”

Anggi menatap Lily curiga. “Gue lihat loh waktu lo dibonceng sama Kak Hujan.”

“I-itu bukan urusan kalian sama sekali!” Lily memukul meja didepannya dengan kepala menunduk untuk menyembunyikan wajah meronanya.

“Lo beruntung banget, Ly.” Anggi menumpu wajahnya dengan kedua tangan. “Gue denger dari kakak sepupu gue di kelas 11, katanya Kak Hujan itu jarang banget deket sama cewek. Suatu keajaiban kalau Kak Hujan deket sama cewek loh.”

“Hah? Beruntung apanya?” Jasmine terlihat tidak setuju sama sekali. “Gue gak setuju kalau Lily deket-deket sama tuh cowok brengsek.”

“Kenapa? Lo cemburu, Min?” tanya Anggi lagi-lagi menatap dengan sorot curiga. Tentunya kali ini tatapan tersebut diberikan pada Jasmine.

PainHealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang