Gillyflower

2.6K 144 2
                                    


Gillyflower memiliki arti Ikatan kasih sayang. Sejak awal ikatan kasih sayang itu selalu ada. Entah antar sesama manusia, makhluk hidup lainnya, atau kepada Sang Pencipta. Ikatan berharga yang menghubungkan satu sama lain. Lalu, apakah semua tetap sama jika salah satunya melepas ikatan itu?

***

AUTHOR’s POV

Hujan menatap datar pemenang balapan liar malam itu lagi-lagi diraih oleh Mimi a.k.a Jasmine. Kali ini Hujan tidak ikut balapan karena moodnya cukup buruk. Hujan benar-benar kesal melihat Lily yang mulai membuka diri dengan Sauzan.

Tanpa Lily maupun Sauzan sadari, Hujan mengikuti mereka berdua dengan perhitungan yang sangat sempurna hingga kegiatan mata-matanya berjalan mulus. Sesuatu yang tidak terlalu mengejutkan jika yang melakukan adalah Hujan.

“Tumben lo gak ikut balapan. Biasanya paling nafsu kalo ngelawan gue,” ucap Jasmine bersidekap dada dan berjalan mendekati Hujan. Seketika suasana menjadi hening ketika dua jagoan yang tak pernah akur itu saling berhadapan.

“Ah, ratu jalanan sombong sekali.” Hujan berucap datar.

“Kenapa lo gak nantangin gue? Dan kenapa lo gak ikut balapan? Lo nyerah karna gak bisa menang dari gue?” tanya Jasmine membuat Hujan tertawa kecil.

“Segitunya lo merasa paling hebat?” Hujan mengepalkan tangannya diatas bibir, menahan tawa yang siap meledak. Hujan berjalan mendekat dan mendekatkan wajahnya ke telinga Jasmine. Beberapa orang yang melihat kejadian langka itu pun menahan nafas.

“Ma-mau apa lo!?” Jasmine merasakan bulu kuduknya bergidik ketika tawa kecil Hujan terdengar jelas ditelinganya. Tawa itu terdengar mengerikan kali ini.

“Ini akan menjadi kemenangan terakhir lo. Siap-siap untuk segalanya, Jasmine,” bisik Hujan membuat tubuh Jasmine membeku. Hujan lalu menepuk pundak Jasmine sekali, menciptakan sensasi dingin yang menusuk. “Did you felt déjà vu now? “

Hujan pun pergi dari tempat tersebut dengan tawa kecil yang keluar dari bibirnya. Jasmine menoleh kebelakang, melihat punggung lebar Hujan yang berjalan menjauh dari kerumunan yang kini mulai berisik membicarakan mereka.

Jasmine seketika merasa sangat takut. Perasaan takutnya lebih kuat daripada saat Hujan mengancamnya dibelakang gedung sekolah.

***

Hanya ada Oliver dan Lily di meja makan di minggu pagi yang cerah ini. Rion masih sibuk bergelung manja dikamarnya, sedangkan Miranda sibuk buang hajat akibat sok lomba makan mie instan paling pedas di dunia─Habanero Ramyun─bersama Angel dan Cindy kemarin sore. Sekarang akibatnya wanita itu jadi sakit perut tak karuan.

“Kemarin Ayah tidak sengaja bertemu dengan temanmu didepan gerbang,” ucap Oliver membuka pembicaraan setelah menandaskan nasi goreng yang ia makan.

Lily yang baru saja mau menyuapkan nasi gorengnya pun menghentikan pergerakannya begitu mendengar penuturan Oliver. “Dia bukan teman Lily," ucap Lily datar.

“Lantas siapa? Pacarmu?”

“B-bukan!” Lily merasakan wajahnya memanas. “Pokoknya dia bukan siapa-siapa,” ucap Lily lagi lalu menyuapkan nasi goreng yang ada disendoknya dengan salah tingkah.

“Dia itu Sauzan, ‘kan? Adiknya Hujan?” tanya Oliver membuat Lily tersedak makanannya. “Lily, makannya hati-hati.” Oliver menyerahkan segelas air putih kepada Lily yang langsung gadis itu tandas habis.

“A-a-adiknya Kak Hujan?!” Lily tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Ayah jangan bercanda dengan Lily! Mereka tidak bersaudara.”

“Seingat Ayah keluarga Markab punya dua anak. Anak sulungnya si jenius Hujan, sedangkan anak keduanya cukup misterius dan tidak terekspos bernama Sauzan.”

PainHealerWhere stories live. Discover now