Dandelion

1.8K 152 15
                                    

Dandelion memiliki arti Keinginan yang Terkabul. Aku menuliskan semua keinginanku sembari menunggu bintang jatuh malam ini. Ada banyak sekali, mungkin aku butuh semua bintang yang ada di langit. Tapi, seketika segalanya berbeda dengan kedatanganmu laksana malaikat. Bersamamu, aku tidak perlu lagi menunggu bintang jatuh.

***

AUTHOR’s POV

“Kiamat! Sebentar lagi akan kiamat!!”

“Rumah ini mulai dihuni hantu!”

“Ini pasti mimpi, ‘kan?!”

“Tidak mungkin ….”

“Siapa yang membuat makan malam kemarin?! Cepat panggil dan tanyakan apa yang ia masukkan ke dalam makanan dua Tuan Muda kita!”

Kira-kira begitulah bisik-bisik para pengurus kediaman Markab yang sebenarnya tidak bisa dibilang bisikan. Sangat berisik sampai Hujan dan Sauzan yang sedang sarapan sambil bercengkrama santai bisa mendengarnya. Mereka terlihat seperti dua bersaudara yang baik-baik saja, seakan tidak pernah hampir saling membunuh satu sama lain.

“Masakan lo enak juga.” Hujan memuji nasi goreng buatan Sauzan yang disantapnya. “Lo bakat jadi istri yang baik.”

“Wow, makasih banyak atas pujiannya, ya, Tuan Hujan.” Sauzan memutar bola matanya setelah menjawab dengan nada yang sarkastik. “Lain kali gue bikinin lebih enak dengan tambahan racun terbaik.”

“Sama-sama, Nona Sauzan. Ah, racun terbaik? Gue gak sabar menantikannya.” Hujan tersenyum manis.

Sauzan tidak menanggapinya, ia memilih kembali memakan nasi gorengnya. Keningnya lagi-lagi berkerut samar mendengar kehebohan para pembantu dirumahnya. Memang sih, pemandangan dimana Sauzan dan Hujan akrab seperti ini pastilah baru pertama kalinya mereka lihat.

“Zan, boleh gue tanya sesuatu?”

“Apa?”

Hujan menaruh sendok dan garpu ditangannya ke piring yang sudah bersih dari nasi goreng. Ia terlihat sedikit ragu untuk bersuara. “Lo gak ada rasa sama Lily, ‘kan?”

“Kenapa?” Sauzan mulai melirik Hujan.

“Gue sangat suka dengannya,” jawab Hujan kali ini tanpa ragu.

“Hmmm … gimana, ya?” Sauzan mengusap dagunya. “Gue tuh benci dia.”

“Syukurl─”

“Iya, benar-benar cinta.” Sauzan memotong ucapan Hujan seenak jidatnya.

Hujan melotot kaget. “Lo serius─”

“Bercanda kok.” Sauzan tertawa mengejek. “Lo harusnya lihat tuh muka jelek banget. Tenang, gue gak bakal ganggu lo.”

Hujan tersenyum lega sembari tertawa kecil. “Gak lucu, brengsek.”

Sauzan menyeringai tipis. “Tapi, kalau ada celah sedikit saja, gue bakal rebut Lily dari lo, loh~” ia lalu bangkit dari tempatnya dan kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk menjenguk Nyonya Dwita hari ini.

“Itu tidak akan terjadi!” seru Hujan sedikit berteriak.

Dan, kehebohan para pengurus rumah Markab semakin menjadi. Mereka semakin dikejutkan dan dibuat penasaran oleh sosok yang mereka yakini penyebab utama dari akurnya dua saudara yang dari kecil tidak pernah akrab; Lily.

***

“Lily itu hebat, ya?” Hujan memetik bunga lili putih di Rumah Kaca milik keluarganya. “Dia mampu menjadi pahlawan tanpa menjadikan yang lainnya penjahat.”

PainHealerWhere stories live. Discover now