His Temptress | 24

Start from the beginning
                                    

Dia bukan lagi Marshall yang pernah kau kenal Miss Prescott. Dia adalah Ewan Wellington. Lidya mengingat ucapan Gabriel Montano kepadanya, dan entah kenapa hal itu membuatnya sadar kalau pria yang ada dihadapannya bukan Marshall-nya...

Lidya menarik nafas, menutup mata dan berkata lirih, "Aku setuju dengan kesepakatan itu, Mr. Wellington." Air mata Lidya mengalir membasahi wajahnya ketika ia memohon kepada Ewan. "Please... bantu aku menemukan Harletta..."

Dengan suara tegas, Ewan berkata kepada Thomas yang masih berada diseberang telepon. "Lakukan apa yang harus kau dan Fenton lakukan, Thomas. Kalau pria itu tidak bisa diajak kerja sama atau tidak bersedia untuk mengatakan apapun..." Ewan menatap air mata Lidya dengan perasaan aneh dan langsung saja genggamannya pada ponselnya mengetat. "...berarti dia sangat siap disiksa, lakukan saja yang diinginkannya. Kalau dia menginginkan penyiksaan, kalian bisa menyuruh salah satu mafia kenalan kita dari Jepang untuk melakukannya."

"Kau serius?" tanya Thomas terkejut.

"Apa aku pernah bercanda dalam memberikan tugas, Thomas?"

Thomas mendesah dan berkata, "Ini akan menjadi penyiksaan yang sangat berat. Semoga Tuhan masih memaafkanku karena mengikuti pria sekejam dirimu Wellington."

"Do it, Thomas," perintah Ewan tegas.

"Aye Aye Boss!"

Lalu ia memutuskan sambungan ponselnya, perlahan Ewan berlutut dihadapan Lidya yang sudah duduk diatas keramik dengan air mata yang membasahi wajahnya. Tangan Ewan terulur dan mengusap air mata wanita itu, cairan itu terasa hangat dikulit Ewan dan ia harus melawan desakan dirinya untuk tidak memeluk wanita itu.

Wanita itu tidak pantas untuk mendapatkan rasa kasihannya, putus Ewan. Langsung saja Ewan menarik tangannya dan berkata kepada Lidya dengan ketus, "Kalau begitu aku akan memberikan perintah kedua kepadamu, Miss Prescott."

Lidya mengangkat kepalanya.

"Jangan menangis," ucap Ewan. Ia memasukkan tangan kedalam sakunya lalu berdiri tegak. Ewan menatap Lidya sinis dan kembali berkata, "Aku tidak suka melihat air matamu. Jangan menangis. Kalau kau memang ingin menangis, lakukan saja dikamar mandi tapi jangan pernah melakukannya didepanku. Karena aku tidak ingin melihatnya."

Lidya tidak menjawab.

"Statusmu mungkin sama dengan wanita lain yang pernah hadir dalam hidupku, tapi jangan memiliki sifat seperti mereka yang sengaja memanfaatkan air mata untuk mendapatkan simpatiku, Miss Prescott karena aku tidak akan bersimpati kepadamu sama sekali."

'Berjanjilah untuk tidak pernah menangis dihadapan orang, Dee...' Ketika mengingat ucapan yang pernah dilontarkan dirinya dimasa lalu, Ewan langsung membalikkan tubuh dan berjalan meninggalkan Lidya sendirian ditempat itu. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk bernostalgia, dan Ewan tidak akan melakukannya lagi...

Jangan menangis...

Di lain pihak, Lidya hanya melihat punggung Marshall menjauh dan air matanya kembali mengalir. Ucapan Marshall yang dulu pernah diucapkan pria itu kembali mengalun ditelinganya dengan menyakitkan.

'Kalau kau menangis, aku akan memegang tanganmu dan berkata segalanya akan baik-baik saja, Dee.'

Ketika bayangan Marshall sudah tidak berada dihadapannya, Lidya berbisik pelan. "Aku sedang menangis Marshall..." Ia mengangkat tangannya yang gemetar dan memeluk tubuhnya. Lidya terisak pelan sambil berkata, "...Aku menangis dan kau belum memegang tanganku Marshall. Kau belum mengatakan kepadaku kalau segalanya baik-baik saja..."

Aku tidak sedang baik-baik saja Marshall...

°

Ewan masuk kedalam mobilnya dan ia hanya memukul setir seperti orang gila. Ia pasti sudah gila karena melakukan hal itu. Sekali lagi ia memukul setir mobilnya dan menelungkupkan kepala diatas setir itu. Ia memang sialan, pria paling sialan yang sudah membuat seorang wanita menangis. Sialan kau Wellington.

Kemudian ponselnya berdering dan dengan malas ia mengangkat tanpa menjawabnya. "Kau serius ingin memanggil salah satu mafia kita, Ewan?" Suara Eugene terdengar dari seberang telepon.

"Terserah saja, Gene."

"Tidak perlu memanggil orang itu, Ewan. Aku sudah mendapatkan jawabannya," jelas Eugene. "Mereka hanya ingin membuat Harletta sadar dengan membawanya ke rumah sakit yang telah di siapkan oleh Prescott. Mereka menginginkan dokumen yang dicuri oleh Harletta."

"Dokumen apa?"

"Entah. Hanya Harletta dan Tuhan yang tahu," ejek Eugene. "Yang pasti dokumen itu sepertinya sangat penting bagi Prescott."

Ewan menegakkan tubuhnya dan bertanya sekali lagi kepada Eugene, kali ini dengan nada lelah. "Lalu, bagaimana kau mendapatkan jawaban dari mereka? Thomas mengatakan mereka dilatih untuk siap disiksa supaya tidak memberikan informasi apapun."

"Iya, tapi mereka tidak dilatih untuk siap mati. Mau mendengar langsung dari mereka?"

TBC | 11 Juli 2017

Repost | 24 Maret 2020

V.O.M.M.E.N.T?

Terimakasih kasih atas doa dan dukungan nya. Happy reading semuanya 😊

His TemptressWhere stories live. Discover now