Chapter 29

3.8K 260 23
                                    

Radit diam masih menatap Prilly tajam membuat Prilly menundukkan kepalanya takut, "Aku terima alasan kamu kali ini," ucap Radit penuh penekanan lalu pergi meninggalkan kamar.

****

Prilly menatap punggung Radit yang berjalan menjauh, tapi ia segera mengalihkan pandangan ke arah Ali. Sekarang ini yang penting Ali, Pril. batinnya.

Prilly pun berlari keluar kamar, beberapa menit kemudian ia kembali dengan membawa kompres, serta termometer.

"39 astaga!" pekik Prilly kaget melihat suhu tubuh Ali. Ia sedikit panik lalu menaruh kain kompresan di kening Ali dengan lembut berharap panasnya segera turun.

"Ali.. kamu harus makan dulu baru minum obat." lirih Prilly berusaha membangunkan Ali, tapi Ali tetap setia memejamkan matanya hanya tubuhnya yang tampak sedikit gemetaran membuat Prilly semakin takut.

Prilly menggenggam tangan Ali berharap suhu tubuh Ali kembali dengan normal. Ia tidak pernah merawat orang sakit, biasanya ketika Reno atau Rendi sakit Prilly tak pernah ikut merawatnya.

"Kakak yang sungguh kejam." gumamnya terkekeh.

Prilly pun hanya diam ditempatnya menunggu Ali bangun, tapi ternyata tanpa sadar pun ia tertidur tanpa melepaskan genggamannya.

****

Ali mengerjapkan matanya perlahan, ia meringis pelan karena kepalanya terasa sedikit berat. Ali menolehkan kepalanya dan melihat Prilly yang tidur dengan posisi yang sangat tidak enak untuk di buat tidur.

Ali tersenyum kecil dengan perasaan bahagia, ia mengelus punggung tangan Prilly pelan yang masih menggenggam tangannya. Prilly yang merasa geli pada tangannya merasa terganggu ia pun membangkitkan kepala dengan mata yang menyipit.

"Eh? Udah bangun Li?" tanya Prilly dengan suara serak khas bangun tidur.

Ali pun menganggukkan kepalanya tanpa menghapus senyumnya. "Maaf ya.. Badan kamu pasti sakit gara gara posisi tidurnya kayak tadi," ucap Ali tak enak.

"Gak papa," jawab Prilly singkat dan segera ingin beranjak karena merasa Ali sudah baikan. Sebenarnya ia masih khawatir, tapi ego nya lebih tinggi saat berhadapan dengan Ali yang sedang sepenuhnya sadar.

Tetapi tangan Ali langsung menahan lengan Prilly membuat Prilly menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang dengan pandangan yang bertanya tanya. Ali menarik lengan Prilly kearahnya membuat Prilly hampir terjatuh ke atas tubuh Ali.

Prilly melotot melihat wajah Ali sedekat ini dengannya, ingin rasanya protes tapi lidahnya terasa kelu. Tatapannya semakin melemah saat tatapan mereka beradu dengan waktu yang lama.

Ali yang terhanyut suasana menekan leher Prilly pelan kearahnya. Prilly langsung memejamkan matanya saat bibir Ali menempel di bibirnya.

Ceklek

1 detik

2 detik

3 detik

"Brengsek!"

"Awhh.." ringis Prilly saat Radit menarik Prilly kasar.

"Bisa gak lo gak kasar sama Prilly?" ucap Ali menatap Radit tajam. Ia tak suka melihat perlakuan Radit tadi kepada Prilly.

"Seharusnya gue yang marah disini! Lo apain Prilly hah?!" teriak Radit marah.

"Dia itu istri gue, wajar dong kalo gue mau cium istri gue. Ada yang salah?" jawab Ali santai membuat Radit semakin emosi.

"Radit.. udah.." ucap Prilly lembut berusaha menenangkan amarah Radit. Ia hanya takut terjadi pertengkaran apalagi Ali baru sembuh sakit.

"Mulai saat ini Prilly sama gue keluar dari rumah ini. Gue gak mau kehilangan Prilly, dia itu cuma milik gue! Milik gue!!" Radit menekankan semua kata katanya dengan muka yang sudah merah padam menahan emosi.

Ali maupun Prilly membelakakan matanya, Ali langsung berteriak tidak lalu bangkit dari tempat tidur. "Biarkan dia memilih." ucap Ali lagi berusaha tenang. Sejujurnya ia tak yakin dengan ucapannya, tapi Ali yakin kalau Prilly pasti akan memilihnya.

Prilly menatap kedua pria didekatnya dengan mata yang berkaca kaca, bolehkah ia egois untuk memiliki keduanya? Ia baru tersadar kalau dirinya sudah mulai mencintai Ali sejak lama dan sepertinya cintanya untuk Ali lebih besar daripada Radit.

"Sayang, setelah kamu cerai sama si brengsek ini kita akan langsung menikah." ucap Radit berusaha membujuk Prilly agar memilihnya.

"Pril.." gumam Ali lirih dengan tatapan sendu. Prilly mengusap air matanya kasar setelah memikirkan matang-matang. Ia melangkah mendekati Ali, "Li," panggil Prilly dengan senyumannya.

"Iya? Kamu pilih aku kan Pril?" jawab Ali dengan tatapan bahagia ketika melihat senyuman manis Prilly.

"Saat bulan kelima pernikahan kita tiba, segera kirim surat cerai ke aku ya Li."

Ali terdiam dan berusaha mencerna ucapan Prilly, jantungnya memompa lebih cepat dari sebelumnya kini ia sangat berharap apa yang didengarnya itu salah.

"Aku mau ikut sama Radit. Tolong rahasiain dari keluarga aku dan kamu ya," lanjut Prilly lagi membuat harapan Ali yang di dengarnya tadi salah pupus sudah.

"Bahkan ini belum setengah dari lima bulan Pril.." ucap Ali pelan masih tak percaya.

"Heh, lo udah denger kan apa kata Prilly? Makanya lo jangan ngarep apa apa deh dari Prilly, dia itu milik gue!" cetus Radit lalu menyuruh Prilly segera memberes bereskan barangnya dengan cepat.

Ali duduk di pinggir kasur memerhatikan Prilly yang memasukkan barang barangnya ke dalam koper. Ia kecewa kepada Prilly yang memilih Radit begitu saja, ia kira Prilly sudah mencintainya karena ia bisa melihat tatapan itu dari Prilly hanya saja Prilly terlalu gengsi untuk mengakuinya tapi sepertinya memang tidak.

Aku pasti akan bisa mencintai Radit lagi seperti dulu. Ini mudah. Maafin aku Li. batin Prilly saat melangkah keluar rumah sambil bergandengan tangan dengan Radit.

****

Ikuti kata hati atuh Pril, kok malah milih Radit sih?!
Updatenya kemaleman dan kelamaan yaa, maafkeun temen2😅

Don't Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang