Chapter 10

4.5K 265 0
                                    

Ali yang melihat pintu kamar mandi di banting oleh Prilly hanya menggeleng gelengkan kepalanya sambil terkekeh, ia pun membenarkan tempat tidur mereka agar terlihat rapi.

***

"Ckck, ternyata lo rajin juga ya, padahal kan ini di hotel palingan nanti juga ada yang beresin." celetuk Prilly saat melihat penampakan kamarnya terlihat rapi daripada sebelumnya.

Ali yang melihat Prilly menautkan alisnya, "Sudah selesai mandi? Kamu di dalam tidur apa mandi sih?" tanya Ali terheran heran, karna sudah hampir sejam Prilly berada di kamar mandi.

"Iya gue tidur. Kenapa? Gak boleh?" jawab Prilly sewot.

"Boleh kok boleh," ucap Ali tertawa pelan.

"Btw di daerah sini ada toko pakaian gitu gak ya?" tanya Prilly ragu. Ali pun memperhatikan baju Prilly yang ia kenakan sekarang, hmm tidak masalah. Jadi mau apa ke toko baju?

"Emang mau beli apa? Nanti siang kita juga pulang."

Prilly memainkan jari jarinya gugup, bingung apa yang harus dikatakannya.
"Gak jadi deh," Ali pun mengangguk ngangguk.

"Yaudah yuk kita sarapan," ucap Ali dan mengajak Prilly keluar dari kamar hotel menuju restaurant hotel tersebut. Mereka berjalan berdua layaknya pengantin baru, tapi bedanya tak berpegangan tangan, muka datar, dan berjalan kaku. Kalau begini bagaimana bisa dikatakan seperti pengantin baru? huh? Dasar kau author aneh.

Sedari tadi hanya ada suara sendok yang beradu ke piring, tidak ada percakapan sama sekali, kalaupun ada pasti itu adalah hal hal yang penting saja.

"Ali?"

Mereka berdua pun langsung menoleh ke asal suara, "Maya? Sedang apa kamu disini?" tanya Ali menghentikan suapannya.

"Tadi malam aku menghadiri party temanku di lantai paling atas, bagaimana denganmu? Kenapa bisa ada disini?" ucap seorang perempuan yang berwajah bak model dengan tubuh nya yang sangat langsing itu.

"Ah itu, aku mengadakan reseps-"

"Aku mengundangnya ke acara syukuran lahiran keponakanku di sini," potong Prilly tanpa menatap ke arah Maya maupun Ali. Ali yang mendengar itu melotot tajam ke arah Prilly, istriku ini menjengkelkan sekali!

Padahal Ali sangat bangga memperkenalkan Prilly sebagai istrinya, tapi kenapa Prilly malah tidak mau.

"Oh begitu.. Hmm, Ali? Boleh aku bagi nomor mu? Kata Tiara kau ganti nomor telepon tapi teman sekolahmu tidak ada yang tahu nomor telepon mu yang baru! Aneh sekali!"

"Nanti aku akan telepon, aku masih ada kontakmu kok May." jawab Ali singkat. Maya yang mendengar hal itu terlihat binar bahagia di matanya.

"Baiklah, aku tunggu. Aku duluan ya Ali, dan kamu." jawab Maya tersenyum lebar dan berjalan meninggalkan mereka berdua. Ali bernafas lega akhirnya Maya pergi dari sini, ia tahu kalau Maya menyukai dirinya karna itu ia pun seberusaha mungkin menjauhi Maya. Sebenarnya dia orang yang sangat baik, lembut, dan mempunyai hati yang tulus. Namun ia selalu merasa perasaan nya tak enak saat berdekatan dengannya.

"Kenapa gak dimakan?" tanya Prilly memecahkan keheningan.

"Aku kepikiran." jawab Ali pelan.

"Kepikiran apa?"

"Kenapa kamu bohong sama Maya? Apa temanmu juga gak tau kalo kamu udah nikah?" tanya Ali melontarkan pertanyaan yang daritadi hinggap di otak gantengnya.

"U know what i mean. Aku punya Radit."

Don't Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang