Chapter 13

4.2K 252 1
                                    

Ali memijakkan kaki nya tepat di depan rumahnya, supir nya pun bergegas berlari ke arah bagasi untuk mengambil koper Ali.

"Terima kasih, Pak." ucap Ali tulus menerima koper dari supir nya, Pak Sukiman. Ia menghela nafas dan melangkah masuk ke dalam rumah nya.

"Eh tuan Ali.." Ali terpekik kaget melihat seorang wanita paruh baya di depannya.

"Gimana bisa bi Surti ada disini?" tanya Ali keheranan, pasalnya bi Surti adalah pembantu di rumah Mama nya sejak lama.

"Nyonya menyuruh saya kesini untuk sekedar beres beres dan masak buat tuan Ali dan nyonya Prilly. Tapi nyonya kok gak keliatan ya?" jelas bi Surti sambil celingak celinguk.

"Oh iya itu dia ada sedikit keperluan," jawab Ali dengan guratan kecewa di matanya. Bi Surti yang tidak tau apa apa hanya mengangguk seraya tersenyum.

"Mari saya antar barang barang nya ke kamar, Tuan." ucap bi Surti dengan cepat mengambil koper dari tangan Ali.

"Biar saya saja bi," seru Ali saat bi Surti sudah melangkah dengan langkah gesitnya itu.

"Tidak usah Tuan, biar saya saja!" tolak bi Surti sedikit keras agar Ali bisa mendengar suaranya. Ali melangkah ke sofa dan duduk disana serta menyandarkan punggungnya lelah.

Ia mengambil handphone dari saku celananya dan mulai mengetik pesan pada Prilly.

To My Wife
Rumah kita di jln cempaka no 14. Segeralah pulang, sblm orangtuamu menanyakan keadaan kita.

Setelah mengirimkan pesan itu pada Prilly, ia kembali memejamkan matanya berusaha menghilangkan isi pikirannya yang membuatnya stress.

***

Prilly membulatkan matanya saat membaca sms dari Ali, "Wow, aku bakal tinggal berdua doang sama Ali Dit!" sorak Prilly senang.

Radit pun juga ikut senang karna dengan begitu orang tua Prilly tidak tau kondisi Ali dengan Prilly, dan Prilly dengannya.

"Boleh aku tinggal di rumah mu yang baru Pril?" tanya Radit seenak jidat. Prilly pun mengernyitkan dahinya heran mendengar permintaan Radit.

"Itukan rumah Ali, bukan rumah aku. Mana boleh, Dit." jawab Prilly tertawa.

"Serius rumah dia? Tapi kamu bilang dia cuma karyawan biasa."

Prilly merasa kesal kepada Radit, kenapa sepertinya Radit ini matre sekali sih? Tentang keuangan dia nomor satu nya. Padahal orang tua nya juga kaya seperti aku.

"Manatau aku, kamu aja yang tanya gih sana. Lagian itu juga bukan urusan aku." ucap Prilly jenuh.

"Ya kan aku cuma nanya, emangnya gak boleh? Pelit amat sih." sewot Radit tak suka. Prilly hanya diam malas menanggapi, hanya ia yang selalu mengalah disaat mereka bertengkar, karna Radit itu tidak pernah mengalah.

"Anterin aku ke jalan Cempaka," pinta Prilly datar.

Don't Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang