Chapter 12

4.3K 262 1
                                    

Ali membelakakan mata nya saat melihat Prilly mengganti pakaian nya menggunakan hotpants dan kaos oblong berwarna hitam.

"Kamu kok ganti baju sih, padahal baju yang tadi lebih bagus dan sopan." omel Ali berkacak pinggang. Prilly mengacuhkan ucapan Ali, ia tetap berkutik pada barang barangnya.

"Cepat ganti, Prilly.." suruh Ali dengan penuh sabar. Prilly yang mulai jengah ia memutar badannya dan menghadap Ali, "Kok lo sewot sih? Emangnya yang pake siapa? Gue kan? Yaudah, situ diem aja."

'Dia ini.. Padahal tadinya ia malu malu kucing kepadaku karna kepergok memakai dalamanku.' batin Ali geram.

"Aku ini suami kamu! Aku gak mau istri aku gak pake celana!"

Prilly melotot mendengar ucapan Ali, "Gue pake celana, gak liat? Makan sana wortel biar mata lo sehat. Lagian ya gue gak sudi jadi istri lo, ini terpaksa!" Ali terdiam mendengar ucapan Prilly, sikap nya kenapa semakin kasar? Perasaan tadi baik baik saja.

"Manaada celana sependek ini," kata Ali tak mau kalah.

"Serah lo deh, udah ayok gue mau cepat pulang, bete gue sekamar sama lo." ucap Prilly lalu menenteng kopernya dan pergi meninggalkan Ali di kamar.

"Tunggu, Pril.. Arghhhh," ucap Ali cepat cepat mengambil kopernya dan memastikan kalau tidak ada barang yang ketinggalan di kamar hotel.

Sampai di lobby mereka berjalan keluar dari gedung dengan muka yang tidak ada bagus bagusnya. Muka Ali tampak frustasi sedangkan Prilly malah menekuk mukanya. "Prilly!" sapa seorang pria yang tiba tiba menepuk pundak Prilly.

Ali pun ikut menoleh ke arah pria itu, seperti familiar, "Radit! Oh gosh, i miss u so much." balas Prilly dan langsung memeluk Radit erat.

"Radit, anter aku pulang yuk. Sekalian lepas rindu sama kamuu," pinta Prilly manja tanpa memperdulikan Ali yang berada di sampingnya. Radit mengacak rambut Prilly gemas, dan mengangguk seraya tersenyum manis.

"Li, gue pulang sama PACAR gue aja ya, bye!" ucap Prilly tanpa dosa dan berjalan bersama Radit meninggalkan Ali yang menggeram. Seketika Ali teringat sesuatu...

"Pril, kamu bukan tinggal di rumah orang tua kamu lagi. Heii Prill.." ucap Ali sedikit keras, tapi Prilly tetap tidak membalikkan badannya ntah karna tidak dengar atau memang pura pura tidak dengar.

***

"Gak papa tuh sayang sama suami kamu?" tanya Radit saat mereka sudah berada di dalam mobilnya.

"Biarin ajalah, lagian dia suami ter-pak-sa aku! Inget itu." sahut Prilly.

"Iya sayang, karna kamu itu milik aku bukan milik dia, I love you." ucap Radit mencium punggung tangan Prilly.

"I love you too."

"Ngomong ngomong Ali kerja apa sih Pril?" tanya Radit penasaran sambil menyetir.

"Paling juga karyawan biasa, mengingat dia tidak ada mewah mewahnya." jawab Prilly santai, Radit tersenyum miring saat mendengar jawaban Prilly. Cuma karyawan biasa? Huh? Kalau begini gue gak usah takut Prilly berpaling dari gue karna itu gak akan terjadi. batin Radit.

Di lain tempat yang seharusnya Ali duduk berdampingan dengan Prilly di dalam mobil tapi sekarang ia tidak, Ali bingung mau kemana, ke rumah baru nya atau kerumah orang tuanya? Untuk apa ia pergi ke rumah yang baru ia beli untuk tempat tinggalnya dengan Prilly tapi kalau Prilly tak ikut dengannya. Padahal Ali selalu memastikan keadaan, dan barang-barang di dalam rumah itu agar Prilly merasa nyaman saat tinggal disana. Ia merasakan sesak di dadanya, kenapa rumah tangga nya seperti ini? Tak bisakah Prilly menerima nya saja sebagai suami? Kurang apa dia? Apa dia kurang kaya? Bagaimana bisa? Ia termasuk pengusaha yang sangat sukses di kalangan Jakarta.

Don't Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang