29 - Argumen

2.8K 435 147
                                    

Tarik napas, hembuskan perlahan.

Tarik napas lagi, hembuskan perlahan lagi.

Tarik napas dalam-dalam, lalu hembuskan hingga lega.

Gugup, takut, cemas, semua pikiran negatif bersatu di otak Min Yoongi. Semalam saja ia tidak bisa tidur setelah mengantar Seungwan ke rumahnya. Acara prom night kemarin sudah berlalu dengan menyenangkan, meski ada sedikit tragedi kecil. Sekarang, hari yang baru tiba. Tiga puluh menit lalu Seungwan, kekasih Yoongi, memberitahunya bahwa ia akan pergi ke rumah Yoongi hari ini.

Yoongi duduk di kursi ruang tamu rumahnya, mencerna kembali apa saja yang sudah ia pikirkan semalam. Pertama, ia harus meminta maaf pada Seungwan karena sudah membentaknya kemarin waktu prom night. Kedua, ia harus membawa Seungwan menemui ibunya. Mengapa? Karena ibu Yoongi sudah rindu setengah mati pada Seungwan.

Ketiga dan yang terpenting, Yoongi akan mengajak Seungwan ke kamarnya lalu menjelaskan semua hal yang ia sembunyikan darinya dengan perlahan. Yoongi tahu agar Seungwan tidak beraksi berlebihan, ia harus menjelaskan dengan tenang. Tentang impiannya untuk menjadi dokter dan bagaimana ia membuang kesempatan lain yang ada padanya.

Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya bel rumah Yoongi berbunyi. Yoongi segera berlari untuk membuka pagar rumahnya namun Seungwan sudah turun dari mobil. Seungwan mengenakan baju berwarna merah muda, rambutnya sebagian ada yang dikepang, benar-benar cantik dan memukau. Yoongi memberikan Seungwan sebuah senyum sambutan.

"Mobil kamu masukin garasi rumahku aja," ujar Yoongi. "Kaga ada mobil ayah sama kakak di dalam."

Seungwan mengerucutkan bibirnya kemudian memberi Yoongi kunci mobilnya. "Kamu aja dong yang masukin mobilku ke dalam, hehehe."

Yoongi tertawa kecil lalu menerima kunci mobil Seungwan. "Iya deh, biar aku aja. Kamu masuk ke dalam, ya. Ibu juga udah nungguin kamu."

Bodohnya Yoongi, ia sadar ia belum minta maaf pada Seungwan atas kejadian kemarin. Begitu masuk ke dalam mobil mini cooper Seungwan, Yoongi bertekad untuk segera minta maaf begitu selesai memarkir mobil Seungwan di garasi rumahnya.

Dengan langkah cepat Yoongi kembali masuk ke dalam rumahnya. Di dalam, Seungwan sedang mengobrol dengan ibunya sambil menyantap muffin keju. Yoongi memang meminta ibunya untuk membuatkan muffin keju favorit Seungwan agar gadis hati gadis itu selalu dalam keadaan baik. Melihat senyum Seungwan, Yoongi tahu saat ini rencananya berjalan lancar.

"Bubuk cokelat yang kamu beliin di Toronto udah habis, loh," cerita ibu Yoongi sambil menepuk paha Seungwan. "Enak banget, tante suka."

Seungwan mengangguk setuju. "Aku juga suka, tante! Nanti aku coba minta kakakku kirimin satu kardus isi cokelat bubuk ke tante, ya."

Ibu Yoongi bertepuk tangan antusias. "Beneran? Wah, makasih banyak, ya! Ngga perlu sekardus, soalnya di rumah ini cuma tante yang suka minum cokelat panas."

"Yang lain suka kopi, ya, tante?" tanya Seungwan diikuti anggukan ibu Yoongi. "Soalnya waktu di Toronto, Suga suka banget ngopi bareng dad."

"Iya, coba kalau kamu ngga beliin tante bubuk cokelat," balas ibu Yoongi sambil tersenyum. "Bisa-bisa tante ngga pernah pindah hati dari kopi!"

Yoongi tersenyum tipis. "Kalau aku, sih, ngga bakal pernah bosen minum kopi."

Seungwan menatap tajam Yoongi yang baru saja duduk di sebelahnya. "Ngga boleh sering-sering minum kopi! Mending minum air yang banyak, Ga."

Yoongi mengangkat bahunya pasrah kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Seungwan. Matanya bergantian mengamati Seungwan dan ibunya yang saling mengobrol. Setelah lama berpacaran dengan Seungwan, Yoongi tahu bahwa Seungwan adalah orang yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik.

True Angel ✔️Where stories live. Discover now