Bagian 24

871 124 70
                                    

Part by Aliviazlf_
Edit by Vei_la

Grace mengingat sepotong memori mereka.

Grace mengingat Lean.

Dan, Grace merindukan Lean.

"Syal itu ... cincin itu .... Gue inget siapa yang ngasih, Bang," ucap Grace. Lalu melepaskan pelukan Petra. "Anak laki-laki itu adalah Lean, dia beneran ada di dalam masa lalu gue."

Mendengar hal itu, Petra terdiam. Entah mengapa ada rasa tidak suka ketika mendengar Grace telah mengingat semuanya. Bukan berarti jahat, dia hanya menyayangkan semua ini terjadi di waktu tidak tepat. Kala Lean dan Grace tidak dapat dipersatukan lagi.

"BANGGGG!!!" Grace menyentak, membuyarkan segala fokus pemikiran Petra. "Kenapa lo jadi aneh gini? Abang Setan!!! Gue bilang, gue udah inget semuanya. Semuanya. Tapi, kenapa wajah lo malah murung kayak gitu? Lo gak suka gue inget semuanya? Iya?"

Petra menggeleng.

"Bukan gitu, Dek. Abang seneng banget kalo lo udah inget semuanya, tapi Lean ...." Petra menghentikan kalimatnya, dia kembali mengingat kata terakhir yang diucapkan oleh Lean. Ketika malam-malam Lean menemuinya.

"Gue gagal, Bang. Dan tenggang waktu gue udah habis. Gue harus balik ke Inggris, ada janji yang harus gue penuhi. Titip salam buat Ela, ya. Sampein ke dia kalo selamanya dia akan jadi bagian terindah dalam hidup gue," kata Lean dengan suara yang dibuat sekecil mungkin agar tidak mengganggu Grace yang sedang beristirahat.

"Jadi, ini alasan lo ngejauh dari Grace?" tanya Petra dengan suara yang tidak kalah kecilnya.

Lean mengangguk, membenarkan argumentasi Petra barusan. Memang benar itu alasannya, agar Grace tidak merasa kesepian.

"Apa lo udah mikirin semuanya dengan matang, minta tambahan waktu mungkin? Gimana sama Grace nanti, gimana kalo dia tanya kenapa lo tiba-tiba menghilang?"

Lean menunduk. Dan dapat Petra lihat bahwa Lean menggeleng secara samar. Diam-diam, Petra ikut bersedih karena keadaan menjadi serunyam ini. Mereka yang telah lama berpisah, mereka yang kembali dipertemukan dalam keadaan yang tidak tepat, mereka yang baru merasakan kehangatan, dan mereka yang harus kembali terpisah karena sebuah keadaan.

Takdir memang kejam, ia mempertemukan serta memisahkan. Ia juga membolak-balikkan perasaan dari semula tidak suka, menjadi saling menyayangi. Dari semula membenci, menjadi tumbuh rasa cinta. Dari yang semula terusik, menjadi terindukan.

"Gue gak bisa minta tenggang waktu lagi, Bang. Gue telanjur menyanggupi semuanya. Tapi lo tenang aja, gue bakal berusaha kembali, gue bakal ke Indonesia kalo diberikan izin oleh Papi. Dan semoga saat gue kembali nanti, Ela udah inget semuanya," kata Lean yang diikuti oleh gerakan mengangkat kepalanya.

Pandangan Lean mulai dialihkan ke arah Grace, matanya terfokus pada gadis cantik itu. Lean selalu suka melihat Grace yang tertidur seperti ini, karena dia tidak akan melihat Grace mengeram kesakitan. Lean lalu mengelus lembut rambut Grace, membuat Grace sedikit melenguh dalam tidurnya.

Air mata Lean tertahan, perpisahan ini sungguh menyakitkan.

"Gue pamit, Bang."

Tanpa mendengar jawaban dari Petra, Lean langsung membalikkan badan dan bergegas pergi.

Petra yang teringat akan suatu hal pun langsung berlari menyusul Lean.

"Lean!!"

Mendengar panggilan dari Petra, Lean sontak menghentikan langkahan kakinya dan berbalik.

Sepotong Memori #Wattys2017Where stories live. Discover now