Bagian 17

1K 153 21
                                    

Part by Maray_za
Edit by AryNilandari

"Huah!" Grace terbangun dari tidur dengan pening yang dirasanya. Mimpi itu lagi, kini selalu menghantuinya setiap malam. Seolah memang harus diputar terus untuk Grace. Matanya menatap jam weker di atas nakas.

Masih jam 11 dan gue kebangun. Alamat gak bisa tidur lagi, batin Grace mengeluh.

Grace mengambil handphone-nya lalu memasang headset. Dicarinya lagu slow yang menurutnya bisa mengundang kantuk, dan pilihannya jatuh pada lagu Kenangan Terindah milik grup band Samsons.

Sambil menunggu matanya terpejam, Grace menyalakan data selulernya. Belum sempat tangannya membuka aplikasi Line, getar notifikasi sudah membuat jemari tangan Grace geli.

"Dasar perusuh. Notifikasi diramein kayak gini," gumam Grace saat melihat satu nama yang gencar meneror akun Line-nya.

Leandro : Grace udah malem. Cepetan tidur.

Leandro : Udah tidur beneran ya, Grace? Good night.

Leandro : Mimpi indah ya, Grace.

Leandro : See you, Grace.

Grace Finella : Rusuh lo, Sinting!

Grace menekan tombol send, dan sejumlah pesan sudah kembali masuk. Sangat menyebalkan. Grace Menyesal ia membalasnya. Sekarang Lean jadi tahu ia masih bangun. Ah, peduli amat. Grace pun berfokus pada lagu yang sedang didengarkannya agar dia bisa segera terlelap. Dimatikannya data seluler handphone-nya lalu diletakkan di sebelah bantalnya.

Yang kan terukir abadi

Sebagai kenangan yang terindah...

Grace menutup mata dan di sana Lean sedang menunggu balasan lagi dari Grace.

***

"Dek, bangun. Dek!!!"

"Apaan sih, Bang ... masih malem ini," racau Grace yang malah membenamkan wajahnya dalam selimut. Tapi bukan Petra namanya kalau tidak jail. Petra mengambil napas dalam-dalam lalu berteriak penuh kepanikan.

"Dek, Lean kecelakaan. Dek, dia di rumah sakit!"

Mata Grace langsung membelalak kaget, diraihnya tangan Petra yang ada di sebelahnya lalu bertanya dengan khawatir. "Kapan? Kok gue gak tahu? Bang anterin ke rumah sakit cepetan!"

Kaki Grace sudah melangkah dengan gelagapan menuju kamar mandi untuk bersiap ke rumah sakit, Petra hanya terkikik geli.

Pikiran Grace melayang-layang, bagaimana bisa Lean kecelakaan? Apa dia baik-baik saja? Apa Lean ... arrgghh .... rasanya kepala Grace ingin pecah saja. Perasaan baru tadi malam Grace dan Lean bersua melalui chat.

"Dek lo ngapain nyiapin baju gituan? Lo gak sekolah?"

"Kita ke rumah sakit, Bang! Lean kecelakaan! Punya rasa kemanusiaan dikit kenapa!" bentak Grace dengan kesal. Dia sangat heran dengan abangnya, tadi dia panik tapi sekarang malah santai aja.

"Bang lo panasin motor dulu sana. Ntar gue langsung nyusul. Lima menit oke."

Sejurus kemudian Grace sudah memasuki kamar mandi. Petra langsung terbahak-bahak. Dengan sigap, Petra mengganti baju santai yang disiapkan Grace dengan baju sekolahnya. Petra tahu betul kebiasaan Grace, mungkin sebentar lagi dia akan keluar kamar mandi.

Petra menunggu Grace di luar kamarnya, matanya terus menatap jam tangan cokelat yang dipakainya sambil sesekali bibirnya menghitung-hitung menit. Bosan? Pasti. Jangan ditanya lagi, Petra paling benci menunggu apalagi menunggu adik menyebalkannya ini. Tetapi jangan salah, Petra adalah orang pertama yang akan melindungi Grace dari lelaki busuk selain dirinya tentunya.

Sepotong Memori #Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang