Setelah satu jam, Yoongi merasa bosan. Air Canada terlampau nyaman hingga Yoongi mengira pesawat mereka tidak terbang sama sekali. Penerbangan yang sangat mulus, sunyi, banyak orang lebih memilih untuk tidur atau menikmati hiburan pesawat dengan memakai earphone.

Pada akhirnya, Yoongi memutuskan untuk membangunkan Seungwan. Tidak peduli bagaimana kekasihnya itu akan memarahinya nanti, Yoongi hanya butuh orang untuk mengobrol. Padahal Yoongi bukan tipe orang yang suka berbicara banyak. Mungkin hari ini adalah pengecualian.

"Kok aku dibangunin, sih?" gumam Seungwan sambil mengusap matanya pelan.

"Temenin aku, Wen. Bosen banget," balas Yoongi sambil terkekeh. "Selamat pagi, Wen."

Seungwan menggerutu kesal. "Apanya yang 'selamat pagi', sih? Ini baru jam tujuh malam, Ga. Baru satu jam kamu udah bosen? Dasar. Eh, kamu laper, ngga?"

Yoongi mengangguk cepat. "Laper, Wen."

Mendengar perkataan Yoongi, Seungwan langsung memanggil salah satu pramugari dan memesan makanan untuk mereka berdua. Hanya butuh waktu kurang dari lima menit hingga makan malam tersedia di bangku Yoongi dan Seungwan. Kondisinya masih hangat, aromanya sedap, benar-benar membangkitkan selera makan.

"Wen, keluargamu... Kayak gimana, sih?" tanya Yoongi sambil menyantap makanan miliknya.

Seungwan mengerutkan keningnya. "Hmm... Bisa dibilang bawel. Mereka semua banyak bicara kayak aku, hehehe. Siap-siap, ya, kamu ditanyain banyak hal sama orang tuaku."

"Aku manggil orang tua kamu gimana, Wen?" tanya Yoongi lagi. Yoongi sangat gugup sampai ia merasa harus benar-benar siap sebelum bertemu orang tua Seungwan.

"Aku sih biasanya panggil 'dad' sama 'mom'. Kamu panggil mereka pakai sebutan 'om' dan 'tante' aja. Oh iya, nama kakak aku tuh 'Seunghee'," jelas Seungwan kemudian menatap Yoongi tepat di kedua mata. "Kalau nama asliku, kamu tau, kan?"

Yoongi mengangguk. "Son Seungwan. Tapi kamu kenapa bisa dipanggil Wendy?"

Seungwan terdiam sejenak seakan berusaha memikirkan bagaimana awal ia mendapat panggilan tersebut. Akhirnya Seungwan berkata, "Nama 'Wendy' itu pemberian ayahku supaya tetangga kami di Toronto tidak susah saat memanggilku. Kata ayahku, 'Wendy' itu artinya 'teman yang memberi bantuan pada orang lain', hehehe. Aneh, ya?"

Yoongi terrsenyum tipis. "Ngga. Cocok banget sama kamu."

Yoongi tahu kalimat yang baru saja ia ucapkan terdengar sangat manis hingga membuat Seungwan tertawa dengan pipinya yang perlahan memerah. Entah sudah berapa lama mereka tidak menghabiskan waktu santai seperti sekarang. Sebelumnya Yoongi dan Seungwan sangat sibuk dalam urusan sekolah, menghadapi ujian evaluasi, pembinaan ketat dari sekolah, hingga try out yang selalu menghabiskan tenaga.

Dua minggu di Toronto bukanlah waktu yang sebentar. Untuk pertama kalinya Yoongi tidak akan merayakan natal dan tahun baru bersama keluarganya di Seoul. Tahun ini ia akan merayakannya bersama keluarga Seungwan. Perasaan Yoongi campur aduk, antara sedih dan senang.

Baru saja Yoongi hendak mengajak Seungwan tidur, kekasihnya itu sudah mendekatkan wajahnya pada wajah Yoongi, kemudian mencium bibir Yoongi dengan lembut. Lampu kabin pesawat sudah dipadamkan, Yoongi dan Seungwan sama sekali tidak perlu khawatir jika mereka diperhatikan oleh penumpang lain.

"Yoongi, lagi dong," ujar Seungwan manja saat Yoongi mengakhiri ciuman mereka. "Sampe di Toronto mungkin kita susah, loh, cium-cium gini. Kamar kita bakal kepisah. Pagi sampai malam pasti bareng keluargaku terus. Mau pergi pun pasti ngga bisa berdua—"

Kalimat dari bibir Seungwan terhenti karena bibir Yoongi yang kembali bersinggah. Yoongi melumat bibir Seungwan dengan lembut. Tangan Yoongi menyentuh tengkuk Seungwan, jari-jarinya seakan memberitahu Seungwan agar kebersamaan mereka tidak pernah berakhir.

True Angel ✔️Where stories live. Discover now