Yoon Gi pun melajukan mobilnya setelah baik Se Mi maupun dirinya memasang sabuk pengaman. Mobil itu melaju dengan kecepatan yang bisa dikatakan tinggi. Membelah jalanan siang Seoul yang tidak terlalu lengang itu.

Hanya beberapa menit untuk mereka sampai di basement apartemen yang dihuni Ji Min. Dengan cepat, Se Mi melepas sabuk pengamannya sesaat setelah mobil yang dikendarai Yoon Gi berhenti sempurna.

"Oppa tunggu saja di sini. Aku tidak akan lama," ucap Se Mi. Ia hendak membuka pintu mobil, tetapi segera dicegah oleh Yoon Gi.

"Berjanjilah padaku. Jangan melakukan hal yang gegabah," ucap Yoon Gi. Sorot matanya yang serius, tetapi juga khawatir tampak menatap lurus pada mata Se Mi.

Se Mi hanya berdeham sambil mengangguk. Yoon Gi pun melepas genggaman tangannya pada lengan Se Mi dan membiarkan gadis itu pergi. Ingin rasanya ia mengikuti Se Mi agar ia bisa mengontrol kalau-kalau emosi Se Mi akan meledak saat berbicara dengan Ji Min nanti. Namun, ia tak mau merusak privasi mereka. Itu di luar tanggung jawabnya sebagai seorang manajer. Baik sebagai seorang manajer atau pun kakak sepupu, sudah seharusnya ia memberikan sedikit ruang bagi keduanya untuk berbicara berdua.

Se Mi menekan tombol di samping pintu apartemen Ji Min yang merupakan bel hunian itu. Tak lama, pintu itu pun terbuka. Menampilkan sosok pria yang tidak begitu tinggi dengan kaus putih dan celana jeansnya tengah berdiri di sana. Wajahnya yang manis tampak sedikit terkejut begitu mengetahui siapa orang yang baru saja menekan bel rumahnya.

"Yoo Se Mi?" gumam Ji Min.

"Apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu, Park Ji Min?!" desis Se Mi tajam.

Mendengar Se Mi yang berbicara dengan nada seperti itu membuat Ji Min tersentak bukan main. Pasalnya, gadis itu tidak pernah berkata tajam padanya. Sekali pun tidak pernah. Bahan ketika dulu ia meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, Se Mi sama sekali tidak marah atau pun berkata kejam dan juga tajam padanya. Ia pasti sudah sangat mengecewakan gadis itu sekarang.

"Jangan berbicara di depan pintu. Lebih baik kau masuk dulu," ucap Ji Min lalu menyilakan gadis itu masuk.

Se Mi pun menurut. Ia tak mau mengambil risiko adanya orang lain yang mengambil gambar mereka diam-diam dan mengunggahnya di internet. Cukup dengan pernyataan yang dibuat Ji Min. Itu saja sudah membuatnya sakit kepala sekarang. Apalagi jika ditambah dengan pengakuan seseorang tentang Se Mi yang berkunjung ke rumah kekasihnya, dalam tanda kutip Park Ji Min.

"Aku tidak ingin berbasa-basi denganmu. Katakan apa tujuanmu mengatakan itu," desis Se Mi yang terkesan dingin.

"Duduklah dulu dan kita bicarakan ini dengan kepala dingin," ucap Ji Min membujuk gadis itu agar mengambil duduk. Posisi mereka saat ini memang saling berhadapan dalam keadaan berdiri di ruang tengah apartemen Ji Min.

"Jangan membuang waktuku, Park Ji Min," desis Se Mi tajam dengan tatapan yang juga tak kalah tajamnya. Jika tatapan mata bisa menyayat kulit layaknya pisau bermata tajam, mungkin saat ini tubuh Ji Min sudah penuh dengan sayatan luka yang menjadi pintu mengalirnya darah segar.

"Membuang waktumu kau bilang? Apakah menemuiku dan berbicara denganku hanya membuang waktumu?" tanya Ji Min dingin. Entah mengapa ia merasa tersinggung dengan ucapan Se Mi tadi.

Se Mi tampak menarik napasnya dalam lalu mengembuskannya kasar. "Sudahlah, Park Ji Min. Katakan saja apa tujuanmu mengatakan itu," ucap Se Mi tidak sabar.

"Apa? Tentang aku yang membenarkan rumor itu?" tanya Ji Min sarkastis. Senyum miringnya perlahan terlukis jelas di bibirnya.

Se Mi terdiam. Ditatapnya dalam kedua mata Ji Min. Cukup lama hingga akhirnya ia menyerah. Ia benar-benar tidak bisa mengerti apa yang ada dalam pikiran pria itu. "Kenapa?" lirihnya.

RETROUVAILLES [END] ✔जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें