Bab 22 : First Time

28.5K 2.6K 138
                                    

Author playlist : Despacito - Luis Fonsi, Daddy Yankee ft. Justin Bieber (Madilyn Bailey & Leroy Sanchez Cover)

***

PDF tersedia. Discount 20% hingga tgl 04 September 2022. Versi cetak tersedia (hard cover), harga 120rb diluar ongkir dari Bandung.

.

.

.

Happy reading! ^^

.

.

.

Abighail menyibak tirai jendela hotel tempatnya menginap selama beberapa hari belakangan ini. Wajah yang biasa tanpa emosi itu kini terlihat cemas. Bukan tanpa alasan Abi merasa cemas. Bagaimana tidak? Selama berada di Chicago, Largo selalu bepergian seorang diri tanpa pengawalan. Pria itu seolah tidak peduli dengan keselamatannya sendiri, karenanya Abi merasa cemas luar biasa.

Di luar, salju turun semakin deras, membuat Abi semakin tidak tenang karena Largo masih belum pulang ke hotel padahal waktu sudah hampir lewat tengah malam.

Brengsek. Seharusnya aku mencegahnya pergi atau setidaknya menemaninya.

Abi bergerak menuju sofa putih untuk menyambar mantel panjangnya saat indra pendengarannya menangkap suara langkah kaki ke arahnya. Wanita itu mendongak, seperti biasa ia memperlihatkan ekspresi datar, tanpa emosi saat menatap pria yang sedari tadi membuatnya menunggu dengan perasaan was-was.

"Apa kau tahu jam berapa ini?"

Pertanyaan itu dilontarkan Abi dengan nada monoton. Largo bergeming dan memilih untuk berjalan menuju mini bar yang terletak disisi kanan ruangan untuk menuangkan vodka ke dalam gelas minumannya. Pria itu perlu minuman keras untuk menenangkan pikirannya saat ini.

Satu alis Abi terangkat saat ia kembali bicara dengan nada monoton yang sama, "Apa terjadi sesuatu pada pengasuhmu itu?"

"Aku tidak suka kau memanggilnya seperti itu!" tukas Largo dingin. "Bagiku dia ibuku," sambungnya tajam sementara Abhigail mengangkat bahunya acuh tak acuh.

Wanita itu tidak menyukai Rowena setelah tahu bagaimana wanita paruh baya itu memperlakukan putrinya—Helena. Hingga detik ini Abhigail masih bertanya-tanya kenapa Largo bisa mencintai wanita jahat itu? Dan kenapa dia selalu membelanya?

"Setelah apa yang dilakukannya pada adikmu—Helena, kau masih membela wanita itu?" tanya Abi, tidak percaya.

"Kau tidak tahu apa pun tentangnya," desis Largo, penuh penekanan. "Kalian tidak tahu apa pun tentangnya karena itu jangan mengatakan hal yang buruk tentangnya!"

"Kau dibutakan oleh cinta," balas Abi, dingin. Kedua tangan wanita itu terkepal erat. Abi tahu jika tidak seharusnya ia mengatakan hal itu, karena tidak pantas. Ia tidak berhak mencampuri urusan Largo, tapi tetap saja ia merasa harus melakukan sesuatu untuk menyadarkan pria itu. Abi merasa jika perasaan Largo pada Rowena bukan sekedar perasaan seorang anak pada ibunya. Wanita itu merasa jika Largo mencintai Rowena seperti cinta seorang pria pada wanita.

"Nyonya Miller sudah berusia paruh baya. Apa kau tidak memiliki wanita lain untuk kau cintai?"

Largo menyipitkan mata. "Apa maksudmu?" tanyanya, tidak mengerti. "Kau mengira aku mencintai Nona Collins layaknya seorang pria pada wanita?"

Abhigail tidak menjawab. Ekpresinya tak terbaca.

Largo menggelengkan kepala pelan lalu meneguk minumannya hingga tandas dalam satu tegukan. "Asal kau tahu, aku mencintainya lebih dari itu," katanya. Pria itu meletakkan gelas kristalnya di atas meja bar. Tatapannya menerawang jauh saat ia kembali bicara, "Tidak ada yang bisa mengerti dirinya selain aku, dan tidak ada yang mengerti aku selain dirinya."

TAMAT - Helena (Walcott series #1)Where stories live. Discover now