Chapter 8 : Rasa Sakit

33.6K 2.7K 114
                                    

Author playlist : Bruno Mars - That's What I Like

***

Enjoy! ^^

***

"Aku akan menjemputmu tepat pukul tujuh malam, jadi kau harus pastikan sudah berpenampilan pantas saat aku datang nanti." Suara James terdengar begitu tegas saat mengatakannya, tak terbantahkan dan ia hanya bisa tertawa di dalam hati saat melihat perubahan mimik wajah wanita yang duduk di sampingnya ini.

Ah, tidak bisa ia pungkiri, Helena memang terlihat cantik, namun yang membuatnya tertarik pada wanita ini bukan karena alasan fisiknya saja. Helena berbeda dengan wanita yang selama ini dikenalnya, dan itu membuatnya semakin bertekad untuk memiliki wanita itu.

James menipiskan bibir, tanpa sadar menggosok bibir bawahnya dengan telunjuk tangan kanannya, sebuah kebiasaan yang sering dilakukannya saat ia tengah berpikir serius.

Ia pasti hanya merasa penasaran. Ya. Hanya itu. Rasa yang didasari karena penolakan wanita ini. Jika Helena menerimanya dengan senang hati, pasti ia tidak akan segencar ini untuk mengejarnya. Iya, kan? Ah, entahlah. Belakangan ini James seringkali dibuat tidak mengerti oleh perasaannya sendiri jika hal itu menyangkut dengan Helena.

Helena menyempitkan mata. "Aku masih belum setuju," tukasnya dengan dagu terangkat tinggi. Setidkanya ia akan terus melawan hingga titik terakhir. Berharap jika Tuhan membukakan pintu hati James dan membuat pria itu melupakan keinginan konyol untuk menikah dengannya.

"Ini bukan masalah setuju atau tidak setuju, Sayang," balas James santai. Ia bertopang dagu, menatap wanita yang duduk di sampingnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku calon suamimu, jadi kau sama sekali tidak kuizinkan untuk menolak dan membantah keinginanku."

"Kau mengatakan jika aku bukan budakmu tapi pada kenyataannya kau memperlakukanku seperti itu!" desis Helena dengan nada tertahan. Tuhan, tolong beri aku kekuatan agar aku bisa bersabar menghadapi pria tidak tahu malu ini, doanya di dalam hati. Dan tolong beri aku kemampuan untuk mengendalikan diri, tambahnya. Karena tidak akan lucu jika aku lepas kendali dan melayangkan sebuah tinjuan telak di wajah James.

"Kau terlihat ingin menghajarku," gumam James menatap Helena sinis.

Helena melotot, sama sekali tidak mengira jika James bisa membaca pikirannya dengan baik. Apa pria ini peramal? Atau memiliki indra keenam hingga bisa membaca isi pikiran orang lain? Ia berdeham pelan, menyingkirkan semua pikiran konyol yang melintas di dalam kepalanya. "Bisakah kau berhenti bercanda?"

James menaikkan satu alisnya. "Denganmu? Aku bercanda?" cibirnya membuat Helena kembali gemas ingin menghajarnya. Pria itu menggelengkan kepala pelan. "Aku tidak pernah bercanda denganmu, Ann."

"Berhenti memanggilku dengan panggilan itu!"

"Ann?!" gumam James pelan. "Kenapa?" tanyanya. "Nama itu sesuai denganmu. Terdengar begitu cantik."

Untuk sesaat Helena merasa tubuhnya membeku, terlalu takjub mendengar ketulusan dalam nada suara pria itu. Ah tidak, pikirnya. Ia pasti tengah berilusi. "Dengar Tuan Smith!" Ia kembali bicara dengan nada dan ekspresi serius. "Aku tidak memiliki gaun yang cocok untuk acara mewahmu itu," ujarnya beralasa. Well, pada kenyataannya itu memang benar. Helena tidak memiliki gaun yang cukup layak untuk dipakainya. Ia bahkan tidak memiliki peralatan make up lengkap untuk mempercatik dirinya.

"Kau benar-benar miskin," ejek James angkuh. "Tapi itu bukan masalah," lanjutnya membuat Helena kembali merasa terpojok. "Aku bisa mengatasinya, Ann. Kau cukup duduk dengan manis di apartemenmu," terangnya. Ia lalu menatap wanita itu lurus, memperhatikan penampilan Helena dengan seksama. "Dan sepertinya aku tahu apa saja yang kau perlukan untuk tampil sempurna malam ini."

TAMAT - Helena (Walcott series #1)Where stories live. Discover now