Chapter 4 : Senandung Pilu

38.5K 3K 38
                                    

Author Playlist : Martina McBride – Concrete Angel

Enjoy!

***

Helena meringkuk di atas ranjang hangatnya yang nyaman, bergelung layaknya seorang bayi polos rapuh yang masih belum mengerti arti dunia. Lama ia memejamkan mata, sementara di luar, hujan salju masih turun dengan lebatnya, menyebarkan udara dingin yang membekukan hingga ke tulang.

Ruangan kecil minim cahaya itu dikuasai keheningan berat yang menyesakkan, namun entah kenapa Helena justru sangat menikmatinya. Ia menikmati kesendiriannya. Ia menikmati kesepiannya. Selalu.

"Ibu?" panggilnya lirih, tanpa emosi. Lidahnya tergelitik, merasa terganggu saat kata itu meluncur dari tenggorokannya. Sebuah kata sakti yang selama ini sangat jarang diucapkannya. Sebuah kata yang seringkali mengirimkan gelombang ketakutan di dalam aliran darahnya.

Kenapa dia harus kembali datang ke dalam hidupku? Tanyanya di dalam hati.

Perlahan kelopak matanya kembali terbuka, menampakkan iris hijau indah yang kini kembali terluka. Luka yang disebabkan oleh kenangan-kenangan menyakitkan yang ditorehkan oleh seseorang yang telah melahirkannya ke dunia.

Helena tahu jika kelahirannya tidak diinginkan. Namun bukankah hal itu juga bukan keinginannya? Bukankah seorang anak tidak bisa memilih orangtuanya? Lalu kenapa ibunya begitu membencinya hanya karena Helena terlahir akibat ulah bejad pria brengsek yang telah memperkosanya?

Karena ulah ayahmu aku menderita seumur hidupku!!!

Melihatmu aku seperti melihat bajingan bejad itu!!!

Aku membencimu!!!

Helena tersentak bangun saat suara-suara dari masa lalunya itu kembali datang menghantuinya. Dulu ibunya selalu mengatakan hal itu padanya. Terus berulang-ulang setiap kali dia marah hingga Helena merasa lelah.

Terkadang ia berharap jika ia tidak dilahirkan di dunia. Untuk apa? Tanyanya di dalam hati. Untuk apa ia hidup jika hanya untuk menjadi pelampiasan kemarahan dan rasa benci sosok yang seharusnya menyayanginya?

Helena menghela napas panjang.

Lelah.

Ia benar-benar merasa lelah; lelah oleh rasa benci yang diperlihatkan oleh ibu kandungnya, dan kini ia harus kembali berkompromi dengan masa lalunya karena ibunya kembali datang dalam kehidupannya hanya untuk mengambil seberkas sinar rapuh yang selama ini telah dijaga Helena agar tetap menyala.

Mungkin kebencian ibunya akan hilang dengan kematiannya. Helena tersenyum dalam kesendiriannya. Benar. Mungkin ibunya hanya akan merasa puas saat melihat anak dari pria yang paling dibencinya itu mati.

***

Helena hampir saja membanting pintu apartemennya saat melihat sosok ayah tirinya berdiri di sana dengan senyum lebarnya.

Demi Tuhan, apa yang diinginkan orang ini di depan pintu apartemenku sepagi ini? Keluh Helena di dalam hati.

Wanita itu sama sekali tidak memperlihatkan sikap ramah, sebaliknya ia menyambut pria itu dengan sikap tidak bersahabat. "Apa yang anda inginkan?" tanyanya tanpa ekspresi, namun Andrew sepertinya sama sekali tidak terganggu.

Pria itu masih tersenyum dan menjawab dengan suara bersahabat, "Ibumu memintaku untuk menjemputmu."

Satu alis Helena terangkat. Ia mendengus pelan, mencemooh maksud kedatangan Andrew yang terdengar menggelikan. "Tolong jangan katakan jika ibuku tengah mengundangku untuk sarapan bersama," ujarnya sembari mengibaskan telapak tangannya ke udara.

TAMAT - Helena (Walcott series #1)Where stories live. Discover now