Chapter 9 : Pertunangan Palsu

33.4K 2.8K 78
                                    

Author Playlist : Justin Bieber - Love Yourself

***

Enjoy yah! ^-^

***

"Boleh kutahu kenapa kau memutuskan untuk kembali dan menyusulku?"

Rasa penasaran menggelitik Helena saat melihat James tiba-tiba datang dengan langkah angkuh tadi.

Perlahan ia mengangkat kepala, menatap rahang tegas seorang pria yang tengah membaringkannya di atas sofa berwarna putih di dalam apartemennya. "Kenapa kau menyusulku?" ulangnya, mendesak.

Jauh di dalam hatinya, Helena tidak bisa memungkiri jika ia berhutang pada pria ini-pria yang secara tidak sengaja menyelamatkannya dari ibunya.

Terdengar berlebihan memang, namun untuknya pria ini kini berjasa besar.

James mengangkat bahunya ringan. Mendudukkan diri di samping Helena hingga memaksa wanita itu untuk merapatkan tubuhnya ke punggung sofa agar pria itu memiliki ruang yang cukup untuk duduk.

"Telepon genggammu tidak bisa aku hubungi," ujarnya dengan mata menyipit. "Kau membuatku susah!" tambahnya saat Helena memutar kedua bola matanya. "Ke depan, kau harus memastikan telepon genggammu dalam keadaan menyala, Ann!"

"Dan kenapa aku harus mematuhi perintahmu?" balas Helena dengan satu alis terangkat.

Keduanya terdiam, saling menatap dengan sikap menantang dan keheningan pun meraja.

"Lupakan!" putus Helena, memecah kesunyian singkat diantara mereka. "Jadi kenapa kau kembali?"

"Instingku mengatakan jika kau sedang dalam bahaya," jawab James dengan senyum menyebalkan. Satu alisnya terangkat tinggi. "Apa kau pikir aku akan menjawab seperti itu?"

"Andai neraka dingin sekalipun aku tidak akan pernah berpikir hingga sejauh itu, Tuan Smith," balas Helena pedas.

Ia menggeser tubuhnya, berusaha untuk duduk dan melawan rasa sakit yang menyerang kepalanya.

"Ck, kenapa kau tidak memiliki selera humor?" ejek pria itu. "Aku ingin membatalkan janji kita malam ini."

Satu alis Helena terangkat tinggi. "Aku tidak ingat memiliki janji denganmu." Ia mengerjap, mulutnya membentuk 'O' besar. "Ah, pesta nanti malam?" tukasnya cepat dengan nada polos yang terdengar menyebalkan di telingan James. "Kenapa kau membatalkannya?"

James tidak menjawab.

"Apa kau mengkhawatirkanku?"

Tawa renyah James menggema di dalam ruangan kecil itu sesaat setelah mendengar pertanyaan Helena yang dilontarkan dengan nada datar. "Aku, mengkhawatirkanmu?" beonya terdengar mengejek. "Kau menganggap dirimu terlalu tinggi," katanya, menohok.

Helena membuang muka. Giginya gemeretak, menahan marah yang mulai menjalar di dalam pembuluh darahnya. Kenapa ia harus merasa tersinggung oleh pernyataan James tadi? Memang apa yang diharapkannya? Pria itu tidak mungkin mengkhawatirkan kondisi kesehatannya, bukan?

"Aku hanya tidak mau kau membuatku malu di pesta nanti," seloroh James. "Akan sangat merepotkan jika kondisimu memburuk dan kau jatuh pingsan."

"Aku baik-baik saja," balas Helena sengit, membuat James terhenyak. "Aku masih bisa menghadiri pesta konyolmu itu," lanjutnya dengan dagu terangkat, menantang.

James mengangkat bahu. "Jika itu maumu," tukasnya terlihat cuek. "Aku akan seegera mengirim semua barang-barang keperluanmu."

"Tentu saja kau harus mengirimnya," balas Helena santai. "Kecuali kau tidak keberatan jika aku datang dengan pakaian compang-camping."

TAMAT - Helena (Walcott series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang