"Perasaan gue negara api deh,"

"Udah gue ganti." Ucapnya tidak mau kalah.

Ucapan mereka terhenti mendengar tawa Mauza. Pria itu menggeleng tidak percaya, "Sampai sekarang kalian masih bertengkar?" Tanya Mauza disela tawanya, dan di balas anggukan mereka. "Ya ampun.." Tambahnya seolah tak percaya.

"Itu wajib Za. Bener gak Oli?" Ucapnya menaik turun kan alisnya. "Kita bahkan masih satu sekolah, sekelas lagi. Tiga tahun berturut-turut lho. Sehati banget." Cerocos Julian sehingga Olyn menginjak kakinya. Membuat pria itu meringis.

"Sehati gigi lo ompong!" Kesal Olyn. "Sembarangan aja ngomongnya," Lanjutnya dengan tatapan sinis.

Ia tertawa dan dengan santainya menoyor kening Olyn. Gadis itu mengumpat tidak jelas, seraya mengelus kening yang lebih tepat seperti di tabok.

"Udah ya,"

Mauza menengahi perdebatan di antara dua manusia berbeda gender tersebut. "Lyn," Ucapnya. "Aku akan mulai kembali semuanya di sini. Tinggal serta satu sekolah dengan kalian berdua,"

Betapa senangnya hati Olyn mendengar ucapan Mauza. Matanya berkaca-kaca sambil menahan gejolak rasa yang berlebih. "Serius?!"

Mauza mengangguk sambil lalu mengelus pipi kanan Olyn. Gadis itu semakin terlihat manis di matanya. Bahkan tubuhnya sedikit meninggi dari dua tahun lalu.

Julian yang melihat adegan menyesakkan mengibaskan tangan di depan dada. "Kok cuaca jadi panas ya?" Ucapnya langsung menarik perhatian mereka. "Baju gue juga mulai ngerembes keringat." Sambungnya lebih pada diri sendiri.

Hati gue ngerembes rasa nyilu coy! Ngeliat lo berdua jadi pengin mencekik Joshua.

Mauza yang mengerti akan maksud Julian. Menyudahi rasa rindu di antara dirinya juga Olyn. Tidak lama sopir Julian datang, membuatnya harus berpisah dengan gadisnya.

"Yaudah kita pergi dulu Za,"

Ia langsung menarik pergelangan tangan Olyn. Gadis itu segera pamit ketika Julian menariknya sedikit kasar. Mauza pun memberi lambaian tangan pada Olyn yang semakin jauh.

***

Dua orang berbeda gender itu tertawa lepas. Membiarkan pandangan orang yang menatapnya dengan pikiran bercabang.

Ganteng sama cantik. Jadi iri...

Ucap salah satu siswi yang lewat terdengar jelas di telinga. Membuat pipi Olyn bersemu dan Mauza yang gemas mencubit pelan kedua pipi chubby tersebut.

"Jadi itu saingan lo dulu?"

Julian memutuskan pandangan dari perpustakaan. Dimana Mauza dan Olyn menjadi pusat perhatian di sana. Ia menatap Joshua lalu mengangguk. "Gue gak nyangka bakal secepat ini ketemu dia."

Joshua melipat kedua tangan di depan dada. Menyender santai pada bangku di depan kelas mereka. "Siapa namanya?"

"Athafariz Mauza Abrisam,"

Joshua mengangguk mengerti. Lalu menyahut, "Gue rasa lo bakal ada saingan. Baru hari pertama tuh cowok udah narik perhatian para cewek di sekitarnya."

Pria itu menatap datar tangan Olyn yang di genggam Mauza. Sungguh menyesakkan.

"Gue gak peduli. Gue cuma butuh si Oli natap gue ada. Menganggap gue seperti dia ke Mauza." Ucapnya cepat. Ia membayangkan saingan yang levelnya berbeda jauh di atasnya.

"Mauza itu pintar, siswa terpandai dengan segudang prestasi. Bertutur kata lembut, dengan selalu menjunjung tinggi kejujuran serta tanggung jawab. Cowok yang jadi incaran cewek di sekolah, termasuk dia." Diakhir kalimat ia menatap sendu Olyn yang berjalan menjauhi perpustakaan bersama Mauza.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Where stories live. Discover now