Bab 34 - Pelepasan Rindu

4.8K 283 8
                                    

Ray turun dari pesawat lalu menatap langit biru yang menjulang tinggi diatasnya. Senyum nya terukir, lalu Ray berjalan untuk keluar dari daerah landasan.

Ray dan Mommy nya lebih memilih untuk memesan taksi online dan pulang lebih dulu. Urusan koper dan yang lain akan diurus oleh Daddy Ray.

Taksi online yang baru saja dipesan, tak kurun dalam waktu lima menit sudah berada dihadapan mereka. Ray membukakan pintu untuk Mommy nya lalu masuk kedalam mobil itu. Mobil yang mereka naiki melaju meninggalkan bandara Soekarno-Hatta.

Ray menatap wanita paruh baya disebelahnya yang tampak fokus dengan handphone ditangannya, dengan ragu takut akan mengganggu aktivitas ibu nya, Ray memberanikan diri untuk mengeluarkan suara nya,

"Mom..", wanita yang disebut mom itu langsung menoleh dan menatap Ray sambil menaikkan alisnya,

"Amira kenapa ga diajak sih? Dia juga ga bales semua pesan yang Ray kirimin?" tanya Ray serius.

Alis yang tadi naik sekarang berposisi semula, "Ray, kamu harus tau. Amira juga punya kesibukan. Dia kuliah dan ada yang perlu kamu tau,," Mommy Ray memberhentikan ucapannya,

Otak Ray penuh tanda tanya sekarang. Apa yang harus dia ketahui? Apa yang tidak ia ketahui? Kenapa dia bisa tidak mengetahui?

"Amira sekarang udah kerja. Dia mau mandiri gitu katanya." sambung Mommy Ray.

Mulut Ray terbuka. Pikirannya melayang-layang entah kemana. Pertanyaan nya belum terjawab semua. Mengapa Amira tak memberitahu nya. Ray diam seribu bahasa. Ia tak ingin bertanya lagi kepada Mommy nya karena ia akan bertanya langsung pada Amira.

"Pak bisa ngebut?" perintah Ray. Bapak sopir didepan mengangguk dan menambah kecepatan mobil nya.

"Apapun alasan Amira ga ngasih tau kamu, kamu ga boleh marah sama dia. Yang dia lakuin baik kok, mantu idaman mama banget itu. Mandiri! Jangan dilepas yaa sayang. Kalo bisa lulus kuliah dihalal-in." tutur Mommy Ray semangat. Ray yang mendengar hal itu hanya terkekeh kecil. Ia bahkan tak ingin menunggu Amira lulus, sekarang pun ia mau menikahi gadisnya itu.

Ray sekarang sedang membayangkan bagaimana wajah gadisnya setelah lima tahun tak bertatapan langsung. Ia rindu memeluk Amira. Ia rindu rasa bibir Amira. Bahkan ia rindu dengan ocehan Amira yang selalu marah ketika Ray mencueki nya karena buku. Mungkin setelah berjumpa, Ray tak akan melepas pelukannya. Ia jadi terkekeh sendiri membayangkan bagaimana nanti akan bertemu dengan gadisnya.

❄❄❄

Amira hari ini tidak bekerja. Ia sengaja minta tukar jadwal libur karena ingin menyambut kepulangan pria es nya. Sudah dari pagi Amira menunggu dan mempersiapkan makanan dengan dibantu oleh pembantu Ray. Kini Amira sedang duduk diruang tv sambil mengotak-atik siaran televisi. Tidak ada siaran yang bagus. Isi dunia televisi hanya ftv tak masuk di akal untuk ada di dunia nyata dan berita-berita gosip para selebriti yang tidak terlalu penting. Amira mengganti channel televisi dan menemukan channel yang filmnya lumayan bagus.

"Upin-Ipin! Lebih bagus daripada sopirku pengendara hatiku! Apaan, sopir mah dimana-mana udah tua. Ngaco!"

Yaa! Amira sudah seperti komentator. Mungkin jika ditawarkan menjadi juri untuk casting film Amira akan menjadi juri yang paling dibenci. Karena terlalu detail memberi komentar. Sedari tadi Amira mengoceh tak jelas karena acara televisi yang bahkan walau ia komentari tak akan bisa berubah. Tapi siapa yang tidak kesal, berita "anak si *sensor* baru bisa memegang sendok sendiri" itu sudah menjadi trending berita dunia selebriti. Menyebalkan bukan? Kartun-kartun yang sewaktu kecil Amira tonton bahkan sudah tak ada iklan nya lagi di televisi karena hilang ditelan zaman. Apa boleh buat, Amira bukanlah sutradara ataupun KPI.

The King Of Ice [COMPLETED]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz