Bab 12 - Kepastian

6.7K 387 7
                                    

Banyak murid yang terlihat memenuhi kantin sekolah ini. Kantin yang cukup lebar dan dipenuhi dengan banyak nya makanan ini sudah menjadi tempat wajib yang harus dikunjungi murid SMA Nusantara. Bahkan ketika bolos pelajaran pun, para pelajar tetap melangkahkan kakinya menuju kantin. Begitu pula dengan gadis pendek yang sekarang sedang celingak-celinguk dengan kantong plastik ditangannya. Dia tampaknya tidak mencari makanan. Namun ia mencari sosok orang yang batang hidungnya tak terlihat sedari pagi tadi. Amira menatap ke segala penjuru arah, ia tidak melewatkan satu sudutpun bagian yang ada di kantin ini. Setelah matanya lengah menelusuri kantin sambil mendongakkan kepalanya, ia terpikirkan akan suatu tempat. Ia berjalan cepat dan menuju ketempat itu.

Sampailah Amira disuatu tempat yang bertuliskan

Perpustakaan SMA Nusantara

Ia tersenyum kecil lalu masuk kedalam perpustakaan itu. Benar saja, orang yang dicarinya ada disitu sambil membaca buku.

"Ray!" teriak Amira yang membuat Ray langsung menatap ke ambang pintu sambil membulatkan matanya. Seluruh pasang mata di perpustakaan pun kini menatapnya kesal, beberapa ada yang mencibirnya. Amira mengacungkan jarinya yang membentuk huruf 'v' sambil nyengir.

"Peace." ujarnya kepada yang lain lalu menuju ke arah Ray.

Ia berjalan menuju kursi dimana Ray membaca buku. Kebetulan disebelah Ray ada kursi yang kosong. Pria itu menatap Amira yang duduk disampingnya dengan membawa kantong plastik. Ia menatap Amira dan menaikkan alisnya seolah-olah bertanya 'apa yang dia bawa'.

"Jaket kamu yang semalem." Amira menyodorkan kantong plastik itu kepada Ray. Ray mengambilnya dan meletakkan dimeja. Tiba-tiba ia teringat akan kejadian semalam.

Amira dan Ray kini sedang duduk di kursi taman kota. Mereka berdua tampaknya asik dengan aktivitas nya masing-masing. Amira yang dari tadi memainkan handphonenya sambil ber selfie dan Ray yang membaca bukunya. Tiba-tiba ada tukang cotton candy yang kemarin ia jumpai di Taman yang ia tidak ketahui namanya bersama Fahri. Amira merasa deja vu.

"Eh si eneng, kok pacarnya udah beda?" tanya kang cottoncandy sambil menyodorkan cottoncandy kepada Amira.

"Apaan sih kang, ya udah saya beli satu." Amira memberi uang kepada tukang cottoncandy itu dan akhirnya tukang cottoncandy itu pergi.

Amira membuka permen berwarna pini segar itu sambil menoleh ke arah Ray yang sedari tadi menatapnya.

"Gue mana?" Amira mengernyitkan dahinya. Ia bingung dengan apa yang ditanyakan Ray.

Ray yang tau Amira sedang bingung memutar bola matanya dengan malas.

"Cottoncandy nya cuma satu." Amira baru mengerti ternyata yang dimaksud Ray adalah cottoncandy.

"Kamu suka?" tanya Amira

Ray menganggukkan kepalanya.

"Yaudah kita bagi dua ya." Amira membuka bungkus cottoncandy itu dan memberi satu bagian kepada Ray.

Amira menggigit cottoncandy tersebut. Matanya membulat sempurna. Dengan mulut yang masih menggigit cottoncandy, ia melihat Ray yang melakukan hal sama dengannya. Sontak ia langsung menelan cotton candy tersebut dan merubah posisinya.

Ray dapat melihat Amira yang tersipu sambil tertawa kecil.

Tess..

"Eh hujan." panik Amira.

Hujannya semakin deras. Mobil Ray diparkir agak jauh dari sini. Mereka ingin menerobos hujan namun ia tak tega melihat Amira basah. Ia menyodorkan jaketnya dan langsung dipakai oleh Amira. Mereka pun lari dan menerobos hujan itu.

Senyuman berhasil terukir diwajah Ray. Amira yang tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini langsung menatapnya.

"Kamu kenapa ketawa?" tanya Amira yang langsung membuat senyuman Ray pudar. Ray hanya mendehem tanpa memberikan jawaban.

"Ray sebenarnya ada yang mau aku omongin." ujar Amira sambil menunduk.

"Silahkan."

"Tapi janji. Kamu harus janji untuk ga akan marah atau ngejauh." Amira memberikan jari kelingkingnya yang langsung dibalas oleh Ray sambil mengangguk dengan tatapan heran.

"Kamu kapan mau kasih aku kepastian?" Ray membulatkan matanya. Ia mengerti apa yang dimaksud Amira. Dia juga telah memberi Amira harapan dan sudah mulai menyukainya bukan.

"Kasih aku waktu ya." senyum Amira mengembang. Artinya ia masih punya harapan besar dan Ray. Dia mengganti kosakatanya menjadi aku.

Bel masuk telah berbunyi. Ray memberikan tangannya yang lansung diterima oleh Amira. Berjalan berdua kembali ke kelas dengan genggaman yang erat.

••••

The King Of Ice [COMPLETED]Where stories live. Discover now