Bab 1 - MOS👻

14.2K 570 4
                                    

Tampak dari ufuk timur matahari kini terlihat sangat bersahabat. Ia berpendar layaknya sinar satu-satunya yang mengisi pagi penuh warna bagi seorang gadis yang tengah mensyukuri hari pada pagi ini.

Diliriknya arloji berwarna peach di tangannya. Sejenak ia tertegun lalu menghela nafasnya. Sebentar lagi titik nol nya akan dimulai.

"Pa cepet dong nanti Amira telat. Ini kan MOS, nanti Amira dihukum!" teriak Amira dari teras rumah.


Dengan tergesa-gesa, pria yang tadi dipanggil dengan sebutan 'Pa' itu keluar dari dalam rumah. Bersamaan dengan seorang wanita paruh baya yang sedang merapikan dasinya. "Iya sayang, ayo masuk ke mobil." Pria itu mencium sejenak kening wanita paruh baya di hadapannya lalu langsung memasuki mobil nya dan mulai mengendarai mobil dengan kecepatan normal.

Amira terus menerus melihat kearah arloji miliknya sambil melihat penampilan nya di cermin. Rambut terikat dua dengan name tag dari kardus. Hal umum yang memalukan dan pastinya terjadi di setiap masa orientasi. Ditambah ia harus mengganti tali sepatunya dengan tali plastik. Membuatnya terlihat seperti gadis bodoh dimata orang-orang. Namun ia harus menerima kenyataan ini. Lagipula bukan hanya dia yang seperti ini kan.

Tak lama kemudian Papa Amira mengerem mobilnya tepat di depan gerbang sekolah. Amira langsung memberikan tangannya dan menyalam papanya. "Amira masuk dulu ya, Pa." Pria itu hanya membalas dengan senyum dan anggukan.

Amira pun membalas senyuman itu dan turun dengan sedikit berlari. Ia melihat jam nya yang menunjukkan pukul. "Tujuh lewat lima belas!" Amira membelalakkan matanya. Ia mulai mempercepat langkahnya hingga akhirnya ia sampai di sebuah lapangan yang sudah diisi oleh banyak orang.

Dengan nafas yang ngos-ngosan karena sedikit berlari, Amira berhenti di pinggir lapangan. "Huh..untung belum terlambat." sambil menghela nafas ia menatap ke arah sekolah barunya. Melihat ke kanan ke kiri dan akhirnya menemukan barisan yang dipenuhi oleh murid sepertinya.

Amira langsung mengambil posisi untuk berbaris. Ia celingak celinguk melihat kesana kemari. Ia berharap ada orang yang ia kenal di lapangan ini. Dan benar saja, dia mengarahkan pandangannya ke gadis di barisan yang satu deret namun agak jauh darinya. Dia melihat seseorang yang familiar di matanya. Sepertinya gadis dengan rambut pirang sebahu itu tidak asing. Jangan lupakan jepitan badai yang menjepit kedua sisi poninya. Tanpa merasa malu ataupun canggung ia berteriak memanggil nama gadis itu.

"Raina!!" teriak Amira.

Kini sorot mata para siswa yang tadinya di arah lain tertuju ke Amira. Mereka menatap Amira dengan tatapan bertanya-tanya dan ada juga yang menatapnya sinis. Mungkin mereka berfikir Amira adalah gadis bar-bar. Namun reaksi Amira hanya membalas mereka dengan cengiran kuda.

Amira pun tak mau fikir panjang soal pendapat mereka yang sedari tadi masih melihat ke arahnya. Ia pun mulai memotong barisan untuk pindah dan mengejutkan Raina. "Cilukbaaa!" layaknya seorang balita. Amira mengejutkan Raina dari belakang.

Raina terkejut dan spontan langsung menutup wajahnya. Kehadiran Amira yang tiba-tiba berada di hadapannya berhasil membuat jantungnya hampir mencelos.

"Gosh! Amira ternyat lo sekolah disini juga. Ya ampun beruntung banget nih gue jumpa sama lo!" pekik Raina. Dia adalah teman Amira semasa sekolah menengah pertama dulu. Pada masa itu mereka hanya sebatas teman dekat biasa dalam arti tidak terlalu akrab.

Amira menepuk pundak Raina pelan. "Gue kali yang beruntung jumpa lo. Lo kok ga ngabarin sih di grup kelas kalo sekolah disini." tanya Amira

"Ooh itu karna--" ucapan Raina terpotong oleh suara keras dari mic yang berasal dari depan podium.

"Baiklah anak-anak selamat datang di SMA Nusantara. Saya adalah kepala sekolah kalian di SMA ini. Saya harap kalian bisa nyaman disekolah ini. Bisa membuat prestasi yang terpenting dan bisa membuat nama baik sekolah jadi harum di mata masyarakat. Ingat motto sekolah 'keluarga' kita semua adalah keluarga. Jadi kalau kalian butuh bantuan jangan segan-segan untuk meminta bantuan kepada pihak sekolah atau anak ekstrakurikuler khususnya OSIS yang bersangkutan untuk memimpin orientasi hari ini sampai tiga hari ke depan. Baiklah, hari ini MOS saya nyatakan dimulai." cetus kepala sekolah. Lalu dihadiahi tepuk tangan meriah oleh murid baru.

Kepala sekolah pun turun dari podium. Semuanya kembali ricuh dan riuh membahas tentang sekolah baru mereka. Ada yang saling berkenalan, ada yang diam bahkan ada yang memberikan ekspresi berlebihan karena berjumpa teman lamanya seperti Raina dan Amira. Tiba-tiba suasana hening saat ada yang naik ke atas podium. Semua mata langsung tertuju kepada pria yang mengenakan seragam putih abu-abu di depan sana.

Tampaknya tidak ada yang benar-benar bisa berkutik. Pria itu bahkan mampu menyihir sebagian peserta MOS termasuk yang wanita karena wajahnya.

Tbc...

The King Of Ice [COMPLETED]Where stories live. Discover now