"Untuk jepit rambutnya, gue suka."

Hingga gadis itu telah menghilang di balik pintu. Barulah ia sadar dan secepat mungkin menghubungi seseorang di seberang sana dengan perasaan campur aduk.

"GUE BERHASIL JOSH!"

***

Bunyi sepatu pantofle menggema di koridor lantai dasar. Olyn berjalan santai menuju kelasnya. Ia berangkat sedikit pagi karena naik angkutan umum. Dini hari tadi, tetangganya mengetuk rumah Diana untuk meminjam motor, yang kebetulan istrinya akan melahirkan.

Alhasil gadis itu harus berangkat secepat mungkin, dan bel pun baru berbunyi dua puluh menit lagi.

"Ass-"

Olyn tidak sempat melanjutkan salam nya lagi. Pemandangan di depannya terlalu menarik perhatiannya. Ada apa?

Matanya menatap siswa-siswi di kelas yang sedang khusyuk, bahkan ada yang nimbrung. Dan sedetik kemudian ia memekik, "Tugas!"

Secepat kilat menuju bangku dan mengeluarkan catatan Bahasa Indonesia, "Buatlah satu tulisan essai dengan tema bebas, dan di larang menjiplak bahkan searching." Ia kembali membaca catatan tersebut dan menepuk keningnya bingung.

"Gimana nih.." Ia menggigit bibir bawahnya mencari ide tema. Sesekali mencoret kata-kata yang tidak sesuai, merobek dan membuangnya ke sembarang tempat. Ia melirik sedikit cctv di sudut atas. Gadis itu mengurungkan niatnya untuk membuka ponsel.

Olyn menatap jam bulat yang di pasang di depan kelas. Tepatnya di bagian atas, "Bentar lagi masuk."

Ia pun beralih menatap pintu kelas. Julian berjalan santai melewati Olyn. Menaruh tas dan membuka ponselnya.

"Lo kenapa gak bilang semalam kalau ada PR?"

Pria itu menaikkan sebelah alisnya, "Buat apa?" Ucapnya tanpa menoleh. "Emang lo siapa? Temen juga bukan."

Gadis itu mengernyit mendapati sikap Julian yang kembali seperti biasanya. "Bule jahat!"

Julian mengulum senyumnya, dan kedua sudut bibirnya semakin terangkat ke atas. Melihat Olyn bergegas menghampiri beberapa teman seperjuangannya yang belum mengerjakan. Ia menjadi semakin frustrasi, ketika bel tanda pelajaran pertama akan di mulai.

Olyn terus berdoa dalam hati agar hari ini dia tidak mendapatkan masalah. Ia semakin gusar ketika guru yang di tunggu pun masuk, "Mati aku."

Semua siswa-siswi memberi salam dan kembali duduk dengan rapi, "Baiklah anak-anak. Bagaimana tugas minggu lalu. Apakah sudah selesai?"

Karena hampir sebagian bernasib sama dengan Olyn. Mereka hanya menyahut tidak jelas. Entahlah. Bukannya semakin tua seorang guru akan pelupa. Tapi guru yang dua tahun ke depan akan memasukin usia enam puluh tahun, masih saja ingat apa yang selalu ia katakan.

Ia pun tersenyum mengetahui gelagat anak didik nya. "Ibu tidak menagih tugas melainkan menambahnya," Mereka menunggu guru tersebut melanjutkan perkataannya. "Berhubung diadakan seminar oleh Dinas Pendidikan. Ibu dan beberapa guru lainnya mewakili sekolah kita untuk hadir. Jadi, kalian kerjakan soal pilihan ganda di bab tiga, kumpul sehari sebelum Ibu mengajar di kelas kalian lagi."

Sorak-sorai semakin terdengar keras ketika guru tersebut pergi. Olyn mengelus dada nya lega, "Aman.."

"Yah begitulah." Celetuk Julian dari belakang.

Olyn tidak menggubrisnya dan memilih menghampiri Key dan teman lainnya. Nge-gosip.

***

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Where stories live. Discover now