43b

220K 14.3K 1.6K
                                    

Kedua pasang remaja itu sudah berada di kerumanan siswa Chandrawasih lainnya. Di samping Darka ada Dani yang diikuti Vino dan Bima sedang menikmati persembahan tarian saman di atas panggung.

Walaupun sudah berada di area PENSI Darka masih belum juga melepaskan genggamannya pada Chinta. Cowok itu seperti enggan melepaskan genggamannya.

Langit di atas mereka semakin mendung, udara di sana juga semakin dingin. Tapi itu tidak menjadi kendala acara mereka, perayaan PENSI semakin meriah. Diiringi beberapa acara dan kegiatan lainnya.

"Woi curut, kemana lo tadi?" tanya Dani baru menyadari keberadaan Darka.

Darka tidak menoleh, cowok itu masih fokus melihat persembahan di atas panggung. "Nih di samping gue." Sahut Darka menunjuk genggaman tangannya ke arah Dani.

Lantas Dani jadi menoleh melihat Chinta, yang sibuk celingak-celinguk mencari sesuatu.

"Chinta." Celetuk Dani, seolah memanggil cewek itu agar menoleh melihatnya.

Bukan hanya Chinta yang jadi menoleh. Vino dan Bima yang sedari tadi hanya melihat panggung jadi ikut-ikutan menoleh.

"Hai," sapa Chinta dengan senyum lebarnya.

"Hai Nta," tegur Bima. Cowok itu memberi senyum lebarnya.

Mendengar suara Bima, lantas Darka jadi menoleh melihat Chinta. Cewek itu tersenyum lebar matanya terus melihat ke arah Bima.

Darka jadi mendengus sebal, lantas mendekatkan mulutnya ke telinga Chinta.

"Senyumin aja terus, gue hajar Bima sekarang." Bisik Darka penuh ancaman. Seketika senyum Chinta memudar, cewek itu jadi menatap Darka tajam.

Darka menaikkan satu alisnya, siap menerima serangan atau apapun yang akan keluar dari mulut Chinta. Jauh dari dugaan Darka, Chinta malah memalingkan wajahnya. Darka tidak menghiraukan hal itu, dia malah merangkul pundak Chinta.

"Marah ya?" tanya Darka pelan. Chinta menggeleng.

"Nggak marah tapi entar dijutekin dua hari," sindir Darka. Chinta jadi menoleh melihatnya. Tapi tidak mengucapkan satu patah kata apa pun.

"Chinta," panggil Darka lembut. Cowok itu mengadahkan kepalanya ke atas, langit mulai menjatuhkan butiran airnya, "Hujan." Refleks Darka menutupi kepala Chinta dengan tangannya, cewek itu juga jadi kebingungan.

Darka menarik tangan Chinta membawa cewek itu keluar dari kerumunan dengan sangat cepat. Tidak membiarkan tetesan hujan membasahi tubuh cewek itu. Jika mereka meninggalkan area PENSI. Beda dengan siswa lainnya, mereka malah semakin merapat ke depan panggung.

Darka dan Chinta. Keduanya sudah berada di koridor sekolah, mereka berteduh di sana. Gemerisik air hujan terdengar sangat deras. Tapi acara PENSI terus berlangsung, bahkan menjadi lebih meriah. Dentunan lagu terus menghiasi panggung. Darka sebenarnya ingin ke sana dia juga ingin menikmati alunan lagu bersama guyuran air hujan. Dia ingin bersenang-senang bersama temannya. Tapi itu sangat tidak mungkin, dia sedang bersama Chinta. Dia tidak ingin air hujan menyentuh tubuh cewek itu, dia tidak ingin melihat Chinta sakit.

Darka menyandarkan tubuhnya di tiang tembok koridor dengan melipat tangannya di dada. Kedua bola matanya terus melihat ke arah panggung PENSI.

Chinta sendiri juga sedang menyandarkan tubuhnya di tiang tembok koridor di depan Darka sambil terus memperhatikan Darka.

"Mau ke sana?" tanya Chinta, "ke sana gih."

Darka menoleh, dia menatap Chinta lekat. Cowok itu terus menatap Chinta tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Chinta jadi merasa aneh, Darka menatapnya dengan tatapan beda.

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang