37

320K 20.9K 3K
                                    

Chinta. Gadis itu sedang berbaring di kasurnya sambil memeluk erat boneka teddy birunya. Berkali-kali notip ponselnya berbunyi, 11 panggilan tidak terjawab 15 pesan belum di baca dan itu semua dari Darka. Bukan tidak mengetahui hanya saja Chinta tidak memiliki mood untuk menjawab panggilan apalagi sekedar membaca pesan dari Darka.

Biarkan Darka marah pikirnya, karena sekarang dia tidak ingin memikirkan apa pun dulu. Dari tadi pagi hanya satu pikiran yang bersarang di pikiran Chinta, hal itu lah yang membuat moodnya menjadi buruk.

Dia membenci kebenaran yang terjadi hari ini, yang mengharuskan dia melepaskan Darka kembali ke Eca.

Air mata Chinta menggalir lagi, andai dia bisa mengelak dari hari ini. Tapi nyatanya dia tidak bisa, tetap saja itu terjadi padanya.

Chinta meraih ponselnya, melihat panggilan tidak terjawab dari Darka. Ia kembali menangis, lalu meraih sebuah nomor dan memanggilnya.

"Halo Nta." Jawab seseorang diseberang sana.

Chinta menghapus air matanya, mengambil boneka teddy semakin mendekat, lalu memeluknya erat.

"Halo Ca." Ucap Chinta dengan suara parau habis nangis.

Sekarang Chinta sedang menelpon Eca.

"Lo nangis Nta. Lagi ada masalah ya?"

"Iya."

"Apa? Lo bisa kasih tau gue Nta, mungkin gue bisa bantu."

Chinta menarik napasnya, sebelum menjawab Eca. Bahkan Eca bisa mendengarnya.

"Please bantuin gue Ca."

Mungkin kalau Chinta sedang berada dengan Eca sekarang, Chinta akan melihat wajah bingung dari Eca karena perkataannya.

"Bantuin apa Nta?"

"Please bawa Darka pergi dari gue Ca, bawa dia kembali ke elo lagi."

"Lo ngomong apa sih Nta, gue nggak ngerti."

"Please Ca."

Chinta mulai menangis lagi.

"Lo kenapa sih, dia nyakitin lo lagi, iya Nta?"

"Gue yang bakal nyakitin dia, Ca. Kalau nggak biarin dia kembali ke elo."

"Jangan berpikir yang aneh-aneh Nta. Darka punya lo, akan tetap jadi milik lo."

"Dia punya lo, sejak dulu Ca. Please kali ini aja, ikuti permainan gue. Buat Darka kembali ke elo."

"Permainan apa? Permainan kayak waktu itu lo menjebak gue sama Darka di cafe. Iya Nta?"

Tidak ada jawaban dari Chinta.

"Denger Nta, gue nggak tau apa yang terjadi sama lo sekarang. Tapi gue nggak bakal mau ngelakuin permainan lo itu, Darka punya lo, sampai kapanpun bakal jadi punya lo."

"Please Ca." Mohon Chinta lagi.

"Sorry Nta, gue nggak bisa. Lo aneh hari ini."

Chinta mendengar nada putus dari ponselnya. Eca memutuskan sambungannya, itu semakin membuat Chinta menangis. Ia menenggelamkan kepalanya di boneka teddy, agar isakan tangisnya tidak terdengar.

Darka. Ini yang gue takuti, takdir lain yang membawa lo menjauh dari gue. Batin Chinta lirih.

***

"Ada yang mau lo jelasin!" Ucap Darka yang duduk di atas motornya. Chinta yang berada di depan Darka hanya membalas menatapnya.

"Semalem gue sibuk ngerjai tugas, malam-malam berikutnya juga sama. Jadi tolong jangan recokin gue dengan panggilan atau pesan dari lo itu." ketus Chinta.

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang