0.44 - Pertemanan Absurd

94.5K 12.3K 3.7K
                                    


"AMINGGGGG!!!!"

Aryan mendecak. Langsung menoyor Jeka yang melebarkan lengan menyambutnya memasuki kelas. Aryan mendengus, heran sendiri Jeka tiap hari makin nggak beres otaknya. Katanya kapten basket, cowok gantengnya sekolah, banyak fansnya, tapi kok kelakuan alay nggak karuan.

Erin yang mendengar suara nyaring Jeka jadi menoleh. Gadis itu segera menghampiri Aryan, "Yan lo ada data tugas praktek dari Pak Hendro waktu itu nggak?" sambernya begitu saja membuat Aryan yang baru akan menghampiri meja Junaid menoleh kaget.

Apalagi pake ditanyain tugas. Ya Aryan melongo.

"Tinggal besok tutup akhir nilai. Pak Hendro minta tugas kelompok kita," kata Erin membuat Aryan mendelik mencoba mencerna. "Kan waktu itu filenya sama elo."

"Napa minta sekarang dah?" tanya Aryan mencoba mengingat, "gue nggak bawa flashdisk."

"Balik sana, ambil," perintah Erin membuat Aryan jelas menolak langsung.

"Gue baru datang anjir," Aryan mendengus, "udah entar aja," katanya tak peduli dan beranjak pergi.

Erin melotot, langsung menarik lengan cowok itu menahan keras sampai Aryan mau tak mau berhenti. "Ini urusan nilai ya Ryan, gue nggak mau lanjut berantem lagi. Mana filenya?! Elo nggak bisa nyuruh orang rumah lo ngirim? Pake kurir kek apa kek," omel Erin memerintah. Menegaskan bahwa memang di kelas ini cuma Erinda Vanesh yang bisa mengomeli Aryan Amir begini, bahkan Jeje yang bisa dibilang derajatnya masih di atas Aryan saja tak sampai melewati batas ini.

Aryan mendengus, "rumah gue nggak ada orang. Lo tau sendiri tiap dapat SP nggak ada yang datang kan? Emang rumah gue kosong," katanya sewot, "kalau adapun juga mana sudi ngirim tugas gue."

Erin mendecak. Melepaskan tangan Aryan dengan kesal, "tau gini gue nggak nungguin elu," katanya dengan kesal.

Aryan mencibir tak terima, "siapa yang suruh anjir, lu mau nikung temen sendiri ikut ikut nunggu gua?" sindirnya membuat Erin mendelik sinis.

Erin menggerutu lagi, berbalik dan ingin beranjak saat ada seseorang nimbrung.

"Kemaren gue save di google drive gue tugasnya," celetuk Virgo yang entah dari mana datangnya membuat Erin sampai terloncat kecil dan menoleh.

Erin melebarkan mata, "napa lo nggak ngomong dari tadi sih Gopur!?" marahnya kembali mengomel.

"Elo nggak ngomong," sahut Virgo tenang, menuju mejanya meraih tas. Tepat di samping Aryan yang berdiri tenang memandangi keduanya sambil merapatkan bibir.

"Makanya, sekali aja nggak usah pake ngegas lah. Emosi mulu gimana masalah mau kelar," kata Aryan menggurui di samping Erin membuat Erin mengumpat.

"Ngaca lo goblo," balas Erin melotot kecil. "Sejak jadi ketua kelas di sini emosi gue emang selalu meledak-ledak bahkan suara gue harus lebih keras, gara-gara ngadepin orang-orang kayak lo," katanya dengan kesal.

"Itu resiko lo. Siapa suruh mau mau aja jadi ketua," sahut Aryan tak mau kalah, seperti biasa.

"Nggak usah berantem anjir," celetuk Virgo membuka laptop dan fokus menyalakannya.

"Langsung kirim ke email Pak Hendro aja," kata Erin mendekat ke samping Virgo diikuti Aryan.

"Kenapa sih baru minta tugas sekarang? Yang kemaren mana?" keluh Aryan menggerutu.

"Tau tuh. Katanya belum dinilai, rese banget," sahut Erin kesal.

"Udah tua sih. Masih ngeyel aja jadi guru," ucap Aryan mengumpati.

2A3: Attention ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang