0.14 - Di Balik Selimut

131K 17.1K 3.7K
                                    


Aryan mengerang kecil. Keningnya berkerut, membuka matanya. Pemuda itu mengerjap, mendengar suara sayup-sayup.


"Gue duluan sih anjir gue yang minjem!"

"Gue yang bawa chargernya!"

"Ini punya Erin njir berisik banget."

"Eh tolong minggir ya batre gue juga abis anak-anak SIMS gue dah minta susu!"

"Jorok ih Ju susu susu."

"Apasih anj-"

"Hus hus diem, di UKS. Nanti aja chargernya."


Aryan melengos kasar. Berharap disambut dengan gadis jangkung berambut pendek yang tadi merupakan orang terakhir yang ia lihat sebelum tak sadarkan diri, kini malah dikelilingi manusia-manusia laknat ini.

"Eh Amingku sadar!!!" pekik Yuta drama, membuat semua menoleh.

Hanin yang kini duduk di depan meja Mbak Indah ikut berbalik, memandang Aryan yang dikerubungi membuatnya agak sulit terlihat. Gadis itu menghela nafas lega, sadar diri dan kembali menghadap meja Mbak Indah. Mbak Indah sendiri berdiri segera mendatangi Aryan.

"Elo tuh ya. Kan dah dibilang lo tuh nggak enak badan, lagi demam, masih aja pala batu! Hih kalau jadi anak gue dah gue bakar lo di open," omel Jeje geram.

"Makin gosong njir," celetuk Yuta yang ditabok Junaid disuruh diam.

"Itu tuh, Ming, kemaren kagak ada makan sama sekali terus lo main basket di Adira sampe tengah malam kan gara-gara patah hati," sindir Jeka membuat Aryan jadi ingin pingsan saja lagi.

Hanin mengangkat alis, sadar sindiran itu ditujukan padanya. Ia hanya melirik, tapi masih jaim untuk mendekat.

"Ngapain toh Aryan main basket malam-malam sampe nggak makan?" tanya Mbak Indah ikut mengomel kecil setelah memberikan Aryan minum dan memperbaiki letak bantal di belakang Aryan untuk bersandar.

"Itu Mbak, gebetannya punya pacar bule," celetuk Yogi mengompori. Junaid sendiri sudah melengos, menjauh tak mau ikut-ikutan.

Hanin merutuk kecil. Masih membelakangi mereka sambil mencoba menahan diri untuk tidak mengumpat. Pasalnya, anak IPS 1 yang ia kenal akrab cuma Erin. Ya... Jeka juga sih walau tak akrab-akrab banget.

"Aryan kalau patah hati serem, mbak. Semua dimaki-maki terus tadi malam gue sama June dipaksa nemenin main basket tapi yang ada kita digebukin pake bola," kata Jeka mengadu, duduk di salah satu tempat tidur.

"Segitunya kamu ini," kata Mbak Indah memukul pelan kening Aryan dengan telunjuk. "Udah, kalau dah ada yang punya tuh ya jangan maksa."

"Tul!" kata Jeje ikut duduk di sudut tempat tidur Aryan diikuti Yogi di sampingnya.

Aryan menipiskan bibir, "ya kalau udah suka gimana, Mbak."

"CUIHHHHH!"

Aryan mendelik, menoleh sebal pada teman-temannya yang kompak menyoraki. Tak tahu, gadis yang duduk di dekat pintu UKS itu tersentak dan tertegun.

Mbak Indah terkekeh kecil, kemudian menoleh ke belakang. "Hanin, tolong ambilin kotak di laci kedua dong," katanya membuat Aryan membelalak.

Aryan langsung menegak. Cowok itu membeku, kemudian menoleh pada Jeka yang jadi diam memasang wajah polos tak tahu menahu. Aryan juga menoleh pada Jeje, memberi tatapan memerotes yang dibalas cewek itu juga sama polosnya dengan Jeka.

"Eh? Ada Hanin ya?" celetuk Jeje menoleh kanan kiri.

"Oh ada tuh disitu," balas Yogi menunjuk Hanin yang mengambil kotak yang dimaksud, lalu berjalan mendekat.

2A3: Attention ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang