0.17 - Mau Nyender

132K 17.3K 5.7K
                                    

Beberapa lama terus menyerang-bertahan, akhirnya Hanin mendengus dan lelah sendiri. Membuat Aryan melebarkan mata, kemudian perlahan menarik kedua ujung bibirnya. Tertawa renyah dengan suara berat itu. Walau masih terdengar agar parau dan serak.

Aryan menatap Hanin, kini lebih menguasai ekspresi dan berucap tegas, "pulang sama gue."

Hanin mendelik, sudah gatal benar ingin menjambak bringas rambut Aryan.

Tapi bibir pucat cowok ini membuatnya tak tega.


Sial.

Kenapa juga Hanin jadi nggak tega gini sama ni cowok biadab!?


Hanin melengos kasar, berdiri di sisi depan parkiran masih berhadapan dengan cowok berplester demam di keningnya ini.

"Kakak gue nggak ada di rumah. Jadi percuma lo mau modus," kata Hanin tajam.

"Wo asik dong," celetuk Aryan justru mengerling, "rumah lo sepi, he he."


Sudahlah, bodo amat dengan demam.


"ANJ—IYA IYA AMPUN PALA GUE PUSING IYA AMPUN!" rengek Aryan sudah tertunduk-tunduk karena tangan Hanin menarik-narik rambutnya sampai dengan kedua tangan sangking geramnya.

"HARUSNYA TADI GUE GELINDINGIN LO AJA KE PARET DEPAN!" amuk Hanin kini memukul-mukul kepala Aryan yang tertunduk di depannya seperti banteng lepas, "EMANG MANUSIA NGGAK TAU DIRI LO KENAPA NGGAK MUSNAH AJA HA?!"

Beberapa orang jadi terkejut melihat itu. Bahkan banyak dari mereka jadi tak berani mendekat mengambil motor yang terpakir di dekat keduanya.

"Astaga, Hayunggi."

Sebuah suara familiar membuat Hanin terlonjak. Gadis itu refleks melepaskan Aryan yang masih merintih dengan rambut berantakan dan nafas terengah.

Hanin berbalik, terlompat kecil dengan mata melebar.

"Eh, Mr Simon....."

Mr Simon memandangi gadis jangkung itu, menipiskan bibir dan mendekat. Membuat Hanin langsung merutuk merasa sangat malu.

"Sir, Sir.... liat ini muridnya..." adu Aryan langsung curi kesempatan, "saya lagi sakit, Sir. Tapi disiksa sama dia," kata Aryan menunjuk plester demam di keningnya. Rambut cowok itu masih acak-acakan tak karuan.

"Nggak, Sir! Dia godain saya!" kata Hanin balik mengadu.

"Fitnah Mister!" balas Aryan tak mau kalah, "tadi Ha--uhuk uhuk uhuk ehm uhuk," Cowok itu jadi terbatuk-batuk dengan suara serak yang parau, membuat Hanin menoleh dengan mata melebar.

"Kenapa ribut di depan parkiran gini? Diliatin banyak orang," tegur Mr Simon membuat Hanin jadi terdiam dan meringis kecil.

"Hanin, berapa kali diingatkan. Kebiasaan kamu jambak-jambakin orang tuh harus dihentiin loh," kata pria itu mengingatkan aduan murid kelasnya yang sering terkena tangan tajam Hanin. Korbannya ya tidak jauh dari Hanbin, Bobi, sampai Juan.

Aryan mendecak-decak kini, dengan wajah seakan tak maklum membuat Hanin mendelik.

"Iya, Sir. Ini kan... Cuma becanda...." jawab Hanin tiba-tiba jadi mengkerut malu-malu.

Aryan sekarang bingung. Mau kesal karena cewek ini jelas sekali sok cantik di depan guru ganteng, atau justru terpesona senang karena gadis ini jadi sangat manis menggemaskan.

2A3: Attention ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang