11

1.4K 204 7
                                    

Tentang kau dan semesta [11]

Malam harinya (namakamu) tidak bisa tidur, padahal jam kini menunjukkan pukul sebelas, pikirannya masih melayang pada kata-kata yang Iqbaal ucapkan saat di lapangan, nyatanya ucapan Iqbaal mampu membuat (namakamu) uring-uringan sendiri.

(namakamu) tidak bisa sedetik saja menghilangkan nama Iqbaal dari kepalanya, membuat (namakamu) kesal sendiri, apakah bayangan Iqbaal tidak lelah karena terus berputar-putar di kepalanya?

"Murung aja lo, kenapa?" 

Suara itu membuat tubuh (namakamu) sedikit tersentak, pasalnya ia hampir saja melupakan keberadaan Bella di dalam kosannya, cewek itu malam ini akan tidur berdua dengannya. Ada banyak yang ingin di ceritakan katanya.

Kepala (namakamu) menggeleng pelan, menjawab pertanyaan Bella, "Gak apa-apa." alibinya.

Mata Bella memicing menatap (namakamu) yang masih tiduran di sampingnya, acara televisi kini bukan menjadi fokusnya lagi, Bella bangkit dari tidurnya menatap (namakamu) yang masih terlentang.

"Bohong." tuduhnya, ia tahu jika (namakamu) tengah berbohong saat ini.

Hal itu membuat (namakamu) menghembuskan nafas beratnya, mau tidak mau ia ikutan duduk berhadapan dengan Bella. Sebelah tangannya mengambil bantal lalu ia taruh dipangkuannya.

"Iqbaal kayaknya marah sama gue, karena udah marah-marah dia waktu di lapangan tadi, gue masih kesel, abis dia ninggalin gue di cafe waktu itu."

Kening Bella berkerut samar, "Cuma gara-gara itu?" 

"Hm, tapi tetep aja gue kesel, tersingkir, diabaikan, gitu." jelas (namakamu), ia menghembuskan nafasnya, ketika mengingat hal itu entah kenapa ia mulai merasa sesak, ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.

Bella membenahkan posisi duduknya, tangannya mengambil remote mengecilkan volume televisi itu, "Lo gak seharusnya kayak gitu ke Iqbaal, dia nyari lo kemaren, apa dia udah minta maaf dan ngakuin kesalahannya?"

Kepala (namakamu) mengangguk, Iqbaal sudah minta maaf dan mengakui kesalahannya tadi.

"Nah, apa yang perlu dipermasalahin? dia minta maaf, udah. Ngakuin kesalahan, udah. Apa lagi, kecuali kalo lo punya rasa sama dia, makanya lo jadi gak jelas sekarang."

(namakamu) berdecak kesal mendapat balasan seperti itu dari Bella, "Ck, tau lah, pusing gue." katanya acuh, menaruh bantal itu disampingnya.

Ucapan (namakamu) membuat senyum Bella mengembang, matanya masih memandang (namakamu) yang sudah terlentang disampingnya sambil menatap televisi, "Hah, udah gue tebak kalo lo bakal kepincut sama Iqbaal."

Tuduhan Bella membuat (namakamu) langsung menatap sahabatnya itu sinis, bagaimana bisa Bella menyimpulkan ceritanya seperti itu?

"Sok tau." desisnya pura-pura tidak perduli.

"Bukannya sok tau, gelagat lo udah keliatan, lo juga masih pake cincin pemberian Iqbaal 'kan?" karena matanya tidak sengaja menangkap benda bundar itu masih terpasang dijari manis (namakamu), makanya ia mengucapkan hal itu.

"Dia yang nyuruh, katanya harus dipake." (namakamu) masih berusaha mengelak, walaupun matanya kini tidak bisa lepas dari cincin pemberian Iqbaal.

Bella memicingkan matanya, "Alesan." tuduhnya.

"Ih, beneran."

"Tetep aja gue gak percaya, gue bukan cenayang yang bisa tau apa yang ada dipikiran dan hari seseorang, kalo pun gue cenayang, mungkin sekarang yang ada dihati dan pikiran lo ya cuma Iqbaal."

semesta | IdrWhere stories live. Discover now