4

1.7K 220 11
                                    


Tentang Kau dan Semesta [4]

Iqbaal menghentikan laju motornya ketika sudah memasuki garasi rumahnya, pelan, ia bergerak turun dari motor sambil menaruh helm diatas motor ninjanya, sekilas ia melihat kaca spion untuk memastikan jika rambutnya kini tidak berantakan.

Dengan langkah lebar, Iqbaal bergerak memasuki rumah yang kini hanya ditinggali oleh dua orang saja, yaitu dirinya dan Bunda. Iqbaal sama sekali tidak keberatan tinggal bersama sang Bunda dengan rumah sebesar ini.

Cowok itu membungkukkan badannya, untuk melepas sepatu yang masih melekat di kakinya, kemudian berjalan memasuki rumah, namun ada yang aneh, di luar gerbang tadi ia sempat melihat mobil hitam terparkir tidak jauh dari rumahnya.

Dan sekarang, ia melihat sepatu seorang pria suudah tergeletak manis di depan teras rumahnya. dari pada penasaran, Iqbaal memilih untuk cepat-cepat bertanya kepada Bundanya.

Langkahnya terhenti ketika melihat Bundanya tengah berbicara serius dengan seorang pria yang familiar di matanya, ia mencoba berjalan mendekat. Dan alangkah terkejutnya Iqbaal ketika melihat Bundanya menangis dan didepannya sudah ada Ayah Herry.

Tanpa sadar kedua tangannya terkepal kuat, ia tidak terima jika Bundanya menangisi orang yang sama lagi, rahangnya mengeras, cepat, Iqbaal langsung muncul diantara perbincangan keduanya. Akibat aksi Iqbaal, Ayah Herry cukup terkejut dengan kedatangannya tiba-tiba.

"Untuk apa anda datang kemari?" tanyanya mengintrogasi, jujur ia masih tidak bisa menerima gugatan cerai yang Ayah Herry berikan kepada Bundanya setahun lalu. Rasanya bayangan itu masih terekam jelas di memorinya.

Membuat Iqbaal kadang merasa bodoh karena tidak dapat mencegah perceraian itu.

Ayah Herry bangkit dari duduknya seakan ingin menjelaskan kepada anak semata wayangnya yang ia tinggal bersama mantan isterinya, "Iqbaal..," ucapnya pelan, mengisyaratkan Iqbaal untuk lebih mendekat kearahnya.

Namun Iqbaal sama sekali tidak memberi pergerakan sedikitpun, membuat sang Bunda akhirnya mengambil suara dengan parau, "Nak, Ayah akan menikah." sorot matanya mengisyaratkan kekecewaan pada suaminya.

Iqbaal tidak bisa tinggal diam, emosinya semakin menjadi-jadi ketika mendengar hal itu, "Ayah, menikah?" ulangnya dengan selip nada tidak percaya darinya, semudah itukah Ayah Herry mengganti posisinya dengan Bunda?

"Lima hari lagi," jelas Herry, "lima hari lagi Ayah akan melangsungkan pernikahan kedua Ayah."

Mendengar hal itu Iqbaal tidak dapat menahan diri untuk tidak memberontak, ia ingin sekali memukul wajah Ayahnya itu, yang tidak tahu malu datang kerumahnya lalu memberi kabar seperti ini,

Namun gerakkannya terhalang oleh Bunda Rike, wanita paruh baya itu memegang sebelah tangannya yang terangkat, siap untuk meninju wajah Herry, dengan lembut. Kepalanya menggeleng pelan, mengisyaratkan Iqbaal untuk tidak memukul mantan suaminya itu.

"Dia Ayah kamu, Baal." ingat sang Bunda lembut, walau dalam keadaan terpuruk seperti ini Bunda akan tetap bersuara dengan suara lembut yang menyejukkan.

"Ayah?" tanya Iqbaal pada Bunda, "Ayah macam apa yang rela ninggalin keluarganya demi perempuan lain, Bun?!"

Bunda Rike tertegun, ia belum pernah melihat anaknya semarah ini dengan Herry, mata sendunya menatap Herry meminta penjelasan, supaya Iqbaal menjadi lebih tenang dan tidak berontak seperti ini.

Sekilas, Iqbaal melirik benda persegi panjang yang tergeletak di meja, itu undangan. Cowok itu lekas dengan cepat mengambilnya, membaca setiap rentetan kata yang tertera di bagian depan undangan itu.

semesta | IdrWhere stories live. Discover now